Mohon tunggu...
Akhmad Solikhin
Akhmad Solikhin Mohon Tunggu... Lainnya - Biotechnologist

Ayo Melek Sains

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Dialog Batin Nyamuk Wolbachia

30 November 2023   03:12 Diperbarui: 30 November 2023   06:04 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aedes aegypti Wolbachia (sumber: annual report WMP 2022)

Komentar 3:

Sejauh pemahaman penulis mengenai teknologi Wolbachia, penulis belum menemukan adanya sesuatu yang berbahaya dari nyamuk Wolbachia. Pendapat penulis disini juga diperkuat dengan hasil kajian resiko yang dilakukan oleh tim independent yang terdiri dari beberapa ahli di bidangnya.

Tim yang buat oleh Kemenristek Dikti (sekarang Kemendikbudristek) pada 2016 tersebut menyatakan bahwa pelepasan nyamuk Wolbachia yang dilakukan di Yogyakarta menimbulkan risiko yang sangat rendah terhadap manusia, hewan dan lingkungan. (baca: mdpi.com)

Jika masyarakat awam diminta mencari data mengenai bahaya dari nyamuk Wolbachia di google, yang banyak muncul adalah data-data yang kurang valid untuk dipertanggungjawabkan keabsahaanya. Beberapa data bahaya nyamuk Wolbachia yang tersebar di mesin pencari google juga dipaparkan oleh pihak yang diluar kompetensinya.

Terkait keberhasilan negara lain, silahkan baca tulisan Menengok Nyamuk Wolbachia di Singapura.

Pernyataan 4:

"..di Singapura, direktur NEA (instutut lingkungan hidup) menyatakan bahwa penggunaan teknologi Wolbachia itu tidak efektif menurunkan kasus dangue.." (menit ke 5.18)

Komentar 4:

Berdasarkan hasil studi 1-5 program Wolbachia di Singapura, semua menununjukkan hasil yang posistif, yaitu menurunkan jumlah signifikan nyamuk Aedes aegypti di lokasi pelepasan dibanding dengan lokasi kontrol. (Baca tulisan Menengok Nyamuk Wolbachia di Singapura).

Kasus dangue yang melonjak di Singapura pada tahun 2020 bersamaan dengan proses studi tahap 5 disebabkan oleh faktor lain diantaranya pelepasan nyamuk Wolbachia belum dilakukan secara luas, banyaknya populasi nyamuk Aedes aegypti di lokasi lain tanpa intervensi, peredaran berbagai serotipe virus dangue, dan rendahnya imunitas penduduk.

Pernyataan yang benar dari direktur NEA menurut penulis adalah bahwa program Wolbachia di Singapura bukan satu-satunya kunci untuk mengatasi masalah dangue. Perikalu masyarakat menjadi kunci penting. Hal serupa sebenarnya dilakukan juga di Indonesia dimana PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) dan G1R1J (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik) serta program lainnya tetap perlu diterapkan bersama inovasi teknologi Wolbachia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun