Membandingkan angka kematian dangue tahun 2022 (1014 kasus) dengan jumlah pendudukan Indonesia (tahun 2022: 275,77 juta) sangat tidak relevan. Tentu saja jumlah tersebut terpaut siginifikan dan sangat jauh. Begitu pula dengan data kasus kecelakaan (tahun 2021: 103.645) maupun data diabetes (tahun 2021: 236.711).
Namun, apakah kematian yang dianggap kecil tersebut tetap membuat kita maupun pemerintah tidak berupaya lebih lanjut? Padahal di dalam laporan Kemenkes juga menyatakan bahwa kenaikan tren kasus DB di Indonesia selama 50 tahun kebalakang, telah disertai dengan upaya penganganannya.
Berdasarkan data pokok dangue per golongan umur tahun 2018-2023 proporsi umur penderita dan kematian akibat dangue terjadi paling besar pada usia 5-14 tahun (Kemenkes, 2023). Usia produktif yang merupakan calon penerus masa depan bangsa menjadi paling banyak terkena dangue dan paling banyak mengalami kematian karena dangue.
Pertanyaanya, apakah kita masih tidak akan peduli kalau kasus kematian dangue dikatakan rendah seperti sekarang? Yang mati sedikit itu mereka yang berusia produktif lho. Jadi Kemenkes tidak salah dengan inovasi teknologi Wolbachia. Itu upaya mengurangi resiko kematian dan bahkan target 2030 adalah 0 kasus keamatian dangue.
Pernyataan 2:
"..tidak benar dikatakan bahwa selama 50 tahun ini dbd (dangue) tidak terkendali dan kematian besar, data ini juga dari kemenkes.." (menit ke 3.59)
Komentar 2:
Disini berarti narasumber ingin menyatakan bahwa dangue selama 50 tahun ini sudah terkendali. Padahal dari Kemenkes seperti di komentar 1 penulis, Kemenkes jelas menyebutkan bahwa beban dangue semakin meningkat selama 50 tahun di Indonesia.
Mengenai kematian yang besar, Kemenkes tidak pernah menyampaikan hal tersebut. Dalam laporan Kemenkes tahun 2022 jelas menyatakan bahwa angka kejadian dangue (IR) tidak diikuti dengan dengan pola kematian yang meningkat menurun dari 41,% (1968) ke <1% (2022).
Pernyataan 3:
"..apa yang disampaikan selalu yang baik-baik saja. Cek google untuk mencari tahu bahayanya Wolbachia dan cek tingkat keberhasilannya di negara lain.." (menit ke 4.30).