Setelah pemberian mendali dan piala mereka berangkat ke museum tempat Sandra minta. Tidak ke museum saja mereka sempatkan untuk berbelanja sebentar dan menonton film yang sedang ramai akhir-akhir ini hingga larut malam. Entah mereka sadar atau tidak perlakuan mereka satu sama lain tidak seperti hanya "teman".
:::
Kelas sebelas sudah mereka lewat, kini mereka menjadi kaka kelas tingkat akhir dalam Sekolah Menengah Atas. Tak banyak aktifitas yang mereka lakukan selain hanya belajar untuk mempersiapkan diri mereka untuk lanjut menempuh pendidikan dan sebagian dari mereka mempersiapkan diri mereka untuk langsung terjun ke dalam dunia professional.
Tak terasa ujian sudah terlewati dan kini mereka hanya menunggu waktu pelepasan mereka sebagai siswa. Selama menunggu Sandra dan Nendra menghabiskan waktu mereka bersama entah pergi ke kebun binatang bersama, mengisi kepala kosong mereka di taman kota dengan langit yang jingga hingga menikmati konser berdua. Lebih banyak waktu yang mereka habiskan bersama ntah mereka sadari atau tidak. Kini tiba waktu mereka wisuda dan seusai acara semua siswa mengabadikan momen perpisahannya tidak terkecuali Sandra dan Nendra.
Usai berfoto tampak Sandra menatap kearah Nendra yang tengah melihat hasil foto mereka. "Ndra, menurut lu kita ini apa?"
"Kita ini sahabat kan." Nendra tahu pertanyaan ini akan mengarah kemana.
Bodoh, apa jawaban yang gua arepin ya. Kita emang cuman temen. Sandra sedang menyesali pertanyaannya yang terucap. "Oooh iya bener ngapain gua nanya juga ya. Sorry dibajak." Dia sadar ini bukan sedang ber-pesan singkat di handphone
"Hahaha gua ngerti kok San. Gua juga ngerasain candunya, hangatnya, bahkan gua ngerasan nyaman yang cuman sekedar diem aja tanpa obrolin apapun. Cuman kita emang gabisa San." Kini Nendra balik menatap Sandra dengan serius namun tidak membuat yang ditatap menjadi tidak nyaman.
"Kenapa ga bisa Ndra? Lu juga ngerasain apa yang gua rasain kan."
"Lu paham kan kita beda keyakinan, kita beda tempat ibadah, kita berbeda cara meminta."
Terpukul dengan ucapan Nendra namun Sandra masih mengelak. "Kita bisa jalanin dulu aja Ndra. Mungkin kedepannya salah satu dari kita bisa pindah."