"Oh iyaa, Â congrast san jadi MVP di turnamen kemaren keren loe." Ucap Nendra
"Whahaha makasih ndra, biasa aja si ga penting juga."
Bingung dengan respon Sandra, Nendra melemparkan pertanyaan "Hah? Kenapa ga pent-"
"Waduh, motor cewe mas ga pernah ganti oli ya?! turun mesin ini" Mekanik bengkel berucap dengan keras. Tak menghiraukan ucapan sang mekanik, Nendra langsung segera menoleh kearah Sandra yang tengah meneguk yogurtnya dan yang diliatpun dengan cepat membuang muka seakan tidak tahu apa-apa. "Motornya kalau mau di titipin disini gapapa mas, pengerjaannya ga bisa cepet."
"Oh yaudaa dititipin aja ya mas nanti pagi saya ambil."
Diperjalanan pulang, Nendra Kembali menanyakan yang sempat terpotong. "Oh iya, yang tadi kenapa ga penting padahal kan lu juara jadi MVP lagi?"
Sandra tersenyum kecil. "Orang tua gue ga peduli soal kaya gitu, mereka cuman mau anaknya ranking 1 terus masuk universitas negeri. Mereka cuman peduli itu makanya kadang gua iri sama lu, coba gua pinter kaya lu, sorry ya."
Nendra mengerti sekarang kenapa di setiap turnamen basket yang Sandra menangkan ia tidak segembira teman-temannya yang lain. "Gausa minta maaf juga kali San. Bukan salah lu. Menurut gua, asal yang lu suka sama apa yang lu lakuin sekarang lakuin aja. Toh, masuk universitas bukan cuman jalur akademik doang kok. Setiap lu latihan juga muka lu ga pernah sepet kaya kucing abis nyium pantat."
"Sialan lu udah serius banget gua dengerinnya." PLAK!! Tak lupa dengan tangan melayang tepat menuju tepat kea rah kepala. "Gua masukin juga pala lu ke ring." Ucap Sandra dengan nada mengancam.
"Jangan dong, nanti lu kangen lagi sama gua."
"Idih najis pede banget lo"