“Lailatul Qadr akan segera tiba, bunda,” kutatap istriku yang mengusap linangan air matanya, seraya menggangguk.
“Ayah mohon maaf tidak bisa menemani bunda, Adam dan Aisha menghidupkan malam seribu bulan,” air matanya semakin tidak terbendung. Ia hanya mengangguk.
---
18.15
“Bondan! Siapkan regu mu!” seru komandan batalyon ku.
“Siap komandan!” jawabku sigap. Lantas ku panggil semua anggota reguku. Dua belas orang serentak berlarian kearahku dan membuat barisan.
“Bondan, tugasmu memimpin regu menelusuri dua desa terdampak banjir di sisi selatan dengan membawa tiga perahu karet. Evakuasi sebanyak mungkin orang! Utamakan orang-orang tua, wanita dan anak-anak! Jika perlu malam ini sampai pagi besok kita bergerak tanpa henti menyisir rumah demi rumah di dua desa itu!”
“SIAP, KOMANDAN!” jawabku dan semua anggota regu kompak.
Kami segera berlarian menuju perahu karet yang sudah kami persiapkan. Hujan rintik mulai membasahi seragam SAR kami. Lantunan sholawat menjelang waktu isya’ menemani keberangkatan kami.
--
22.05