GONTOR PUTRI, MENDIDIK SANTRIWATI MENJADI SITTIL KUL
Oleh Akbar Zainudin, Penulis Buku Man Jadda Wajada
Selalu menyenangkan kalau diundang untuk mengisi seminar motivasi di Gontor Putri, ada ikatan emosional sebagai sesama alumni Gontor (saya alumni Gontor tahun 1991), juga sangat personal, karena istri saya juga alumni Gontor Putri. Kemarin, kebetulan saya diminta mengisi seminar motivasi dan menulis di Gontor Putri 3.
Ada satu istilah yang sering digunakan di Gontor Putri yang sampai sekarang masih digunakan, yaitu para santriwati dididik untuk menjadi sittil-kul. Ini istilah khas yang hanya ada di Gontor Putri, karena di pesantren lain belum pernah saya dengar.
Ternyata, setelah saya telusuri, istilah ini berasal dari bahasa Arab, sayyidatu kulli syaiin, yang bila diterjemahkan bebas artinya "menguasai segala sesuatu". Segala sesuatu ini apa? Selain pengetahuan luas dalam bidang keagamaan dan ilmu umum, salah satu ciri khas Gontor, baik putra maupun putri adalah apa yang disebut sebagai keterampilan hidup, biasa kita sebut life skill.
Pengembangan keterampilan hidup itu dibangun dalam kegiatan yang penuh selama 24 jam, mulai dari bangun pagi, hingga bangun lagi. Tidak ada sedikitpun waktu kosong di Pondok.
Bangun pagi langsung persiapan shalat subuh. Selesai berjamaah subuh, membaca Al-Qur'an dan pemberian kosa kata berbahasa Arab dan Inggris, setelah itu kegiatan bebas. Ada yang berolah raga, mandi, mencuci, menghafal, belajar mandiri, dan sebagainya.
Selesai makan, lalu masuk kelas hingga shalat Asar. Sehabis asar, membaca Al-Qur'an dan dilanjutkan waktu bebas lagi sampai maghrib. Satu jam sebelum maghrib, sudah di masjid untuk membaca Al-Qur'an. Setelah makan malam dan shalat Isya, dilanjutkan dengan belajar terbimbing sampai pukul 22.00 dilanjutkan dengan istirahat.
Setiap minggu, ada Pramuka, Public Speaking (Muhadhoroh), lari pagi bersama, dan berbagai kegiatan lainnya. Ada klub olah raga, jurnalistik (koran dan majalah), kesenian, keterampilan, bahasa, dan sebagainya. Bahkan ada klub mengetik 10 jari, di mana keterampilan itu menjadi sangat berguna bagi profesi menulis saya sekarang.
Para santriwati dididik untuk menjadi serba-bisa dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Mulai awal tahun, kalender kegiatan sudah ditetapkan. Setiap minggunya, selalu ada kegiatan dalam berbagai bidang. Tidak pernah berhenti. Sepanjang tahun.