Untuk melihat kekuatan diri, mulailah dari mengamati hal-hal yang kita sukai. Dengan menyukai satu hal, kita akan cenderung lebih banyak berkutat di masalah tersebut, karena kita menikmati kesukaan kita.Â
Humor, teknologi, seni, musik, dan berbagai hal lain bisa kita sukai. Dari situlah kita mulai mengembangkan apa saja yang bisa menjadi daya tarik pribadi kita dalam mengajar.
Kedua, cobalah berbicara dengan nyaman
Carilah cara berbicara yang paling nyaman dari berbagai gaya bicara yang pernah kita coba. Jika kita sudah menemukan dan merasa cocok dengan gaya tersebut, perkuat posisi itu. Mulailah berbicara dengan satu gaya tersebut di berbagai kesempatan mengajar.
Secara periodik, atau dalam beberapa bulan sekali misalnya, cobalah untuk melakukan review apakah gaya bicara kita sudah sesuai dengan kepribadian kita, dan cukup bisa diterima oleh peserta diri.Â
Jangan sampai kita merasa nyaman dengan gaya bicara yang kita jalani, sementara di mata peserta kurang bisa diterima.
Misalnya dari sisi intonasi suara. Apakah selama ini sudah cukup variatif atau masih monoton. Problem mengajar biasanya terjadi pada intonasi suara yang monoton, sehingga menyebabkan peserta didik akan mengalami kebosanan.Â
Coba perhatikan dari sisi kecepatan dan ketepatan pembicaraan, apakah cara berbicara kita terlalu cepat, terlalu lambat, artikulasinya tidak jelas, atau sudah cukup.Â
Kecepatan dan ketepatan pembicaraan ini berhubungan dengan pemahaman peserta didik terhadap perkataan dan penjelasan kita.
Pada akhirnya, kita perlu melakukan review secara keseluruhan tentang presentasi ini, apakah cara kita menjelaskan suatu permasalahan mudah dipahami peserta didik atau tidak. Apakah logika yang kita jelaskan bisa dipahami dengan mudah, atau mereka justru merasa kesulitan dalam memahami apa yang kita bicarakan.
Jika kita merasa bahwa satu gaya bicara kita tidak cocok ataupun kurang meyakinkan, cobalah mengubah gaya bicara tersebut sampai benar-benar kita temukan dan yakini bahwa inilah gaya bicara yang harus kita pertahankan dalam mengajar.