Bedanya, mereka bisa cepat melakukan recovery, sehingga kesalahan yang dilakukan tidak terlihat mencolok, bahkan terkadang tidak disadari oleh audiens atau siswa.
Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk trauma terhadap kesalahan yang pernah kita perbuat. Selama kesalahan yang kita lakukan itu tidak membahayakan, maka jangan sampai menjadi beban yang menghalangi langkah kita.Â
Biarlah kesalahan itu terjadi, dan anggap saja sebagai sesuatu yang normal, lalu jadikan kesalahan itu sebagai momentum untuk memperbaiki diri.
Ketakutan Kedelapan: Takut Mengajar Tidak Menarik
Setiap pengajar selalu terbebani oleh keinginan untuk tampil semenarik mungkin di depan para siswa. Karena itulah, biasanya ia mempersiapkan segala sesuatunya secara matang.Â
Materi pengajaran dipersiapkan secara baik dan mendalam, slide presentasi didesain dengan bagus dan menarik, hingga performa penampilan pun begitu diperhatikan.Â
Kesemuanya ini ditujukan untuk mempersembahkan yang terbaik dan membuat kesan di hati para siswa.
Tuntutan untuk melakukan proses pengajaran yang baik terkadang tidak hanya datang dari diri sendiri, tetapi biasanya juga datang dari atasan atau supervisor.Â
Mereka biasanya menuntut kita agar bisa menyampaikan sesuatu secara baik, sehingga proses belajar-mengajar menjadi lebih efektif.
Dengan tuntutan yang begitu besar, terkadang bukan menjadi motivasi bagi para guru untuk melakukan yang lebih baik, tetapi---dalam beberapa kasus---tuntutan besar ini justru menjadi beban mental yang berat.Â
Ia terbebani untuk bisa tampil sempurna di hadapan siswa. Pada akhirnya, beban berat itu akan menjadi boomerang, karena pengajar tersebut akan tampil secara tidak bebas, kaku, dan demam panggung.
Maka dari itu, rileks dan lepas merupakan aspek terpenting dalam kegiatan mengajar.Â