Tekanan untuk tampil sempurna mengakibatkan seseorang terbebani mental dan pikirannya, sehingga menyebabkannya ia kehilangan kata-kata.
Salah satu cara untuk mengembalikan situasi ini menjadi lebih baik, adalah dengan membuat jeda waktu beberapa menit.Â
Jeda ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari memberikan lembar kerja dan kuesioner yang harus diisi oleh siswa, memberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis, memutar lagu atau video, membuat permainan kelompok, dan berbagai aktivitas lainnya yang melibatkan siswa (partisipatoris).Â
Di satu sisi peserta akan memperoleh kegiatan yang variatif, sementara di sisi lain berbagai kegiatan yang dilakukan tersebut memberikan waktu bagi guru untuk berpikir sejenak, melihat-lihat materi yang ada, serta mengembalikan energi dan kepercayaan diri yang sempat hilang beberapa saat.
Ketakutan Ketiga: Takut Melakukan Kesalahan
Pada saat mengajar, biasanya seseorang akan mengalami ketakutan berbuat kesalahan.Â
Seseorang menginginkan proses belajar-mengajar yang baik, sempurna, dan semua rencana bisa berjalan dengan lancar.Â
Ia juga mengharapkan agar siswa bisa memahami apa yang disampaikan sehingga tujuan pengajarannya bisa tercapai.Â
Namun harus disadari, bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk berbuat kesalahan pada saat presentasi. Bukan karena ia secara pribadi adalah manusia biasa, tetapi juga karena ia berhubungan dengan banyak orang, di mana terdapat berbagai hal yang ada di luar kontrolnya. Siswa misalnya, adalah orang lain yang berada di luar dirinya.
Dengan menyadari bahwa pada saat ia mengajar terdapat banyak faktor di luar dirinya, maka potensi kesalahan akan selalu terjadi.Â
Kesadaran ini akan memberikan pemahaman, jika terjadi kesalahan adalah hal manusiawi. Paradigma ini menjadi penting agar kita tidak kehilangan kepercayaan diri dan panik manakala terjadi kesalahan.
Kesalahan adalah cara terbaik seorang pengajar untuk terus belajar. Dengan mengetahui berbagai kesalahan yang dilakukannya, ia akan memperbaikinya di masa mendatang.