Padahal, biasanya ketakutan semacam itu hanya ada dalam pikiran kita. Dan pada saat kita memulai untuk mengajar, maka ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya. Karena itu, kenapa kita tidak mencoba menyingkirkan ketakutan-ketakutan itu?
Ketakutan Kedua: Takut Kehabisan Kata-kata
Salah satu ketakutan terbesar saat mengajar adalah, takut akan kehilangan atau kehabisan kata-kata di tengah-tengah kegiatan mengajar.Â
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang kehilangan kata-kata semacam ini. Tetapi faktor utamanya adalah terjadinya sesuatu dalam pikiran kita, atau biasa disebut "blank"atau pikiran yang kosong.Â
Ketika pikiran seseorang dalam keadaan kosong, maka ia tidak bisa mengucapkan kata-kata.Â
Dan seakan-akan berbagai kalimat yang telah disusunnya itu hilang dari pikirannya atau tertahan di tenggorokan. Akibatnya, muncul kekalutan dan kepanikan, dan keringat dingin dari tubuhnya. Hal ini menandakan bahwa orang tersebut sedang mengalami nervous dan kegugupan.
Kondisi seperti inilah yang menjadi titik kritis dalam proses belajar-mengajar. Jika guru mampu keluar dari situasi kritis dengan baik, maka ia akan mampu mengembalikan keadaan seperti semula. Tetapi jika ia tidak mampu keluar dari situasi ini, kepanikan itu akan terus bertambah dan merusak proses belajar-mengajar.
Ada beberapa sebab yang membuat seseorang mengalami kehilangan kata-kata. Salah satunya adalah karena ia menghafalkan materi pengajaran kata demi kata secara langsung. Akibatnya, saat ia lupa akan satu kata atau kalimat tersebut, maka ia tidak bisa melanjutkan kalimat-kalimat berikutnya.
Untuk mengatasinya, cobalah untuk memahami materi secara komprehensif, sehingga tidak perlu menghafalkan kata per kata.Â
Jika takut lupa, tulislah poin-poin penting dalam lembaran kertas kecil atau slide presentasi.Â
Dengan menguasai skema besar pengajaran akan memudahkan bagi guru untuk menghadapi berbagai situasi apapun, termasuk mengatasi lupa akan sesuatu yang akan dibicarakannya.
Kehilangan kata-kata juga bisa disebabkan karena tekanan mental yang sangat kuat. Misalnya, ia menuntut dirinya untuk tampil dengan performa terbaik.Â