l Sebisa mungkin menjaga stabilitas nilai tukar
l Meningkatkan perekonomian nasional
Namun, ke dua hal tersebut tidak dapat dilakukan secara simultan. Adakalanya salah satunya yang lebih diprioritaskan. Kondisi seperti itulah oleh yang oleh Ekonom moneter tersohor, Mundel Flemming, disebut Trinitas Mustahil/trinity impossible atau trilemma kebijakan dimana suatu negara tidak dapat secara bersamaan mempertahankan nilai tukar tetap, pergreakan modal bebas, dan kebijakan moneter independen. Penggambaran atas model tersebut seperti ini,
Gabungan dari tiga kebijakan ini, yaitu nilai tukar tetap, arus modal terbuka, dan kebijakan moneter independen, dikenal sebagai penyebab krisis keuangan. Krisis peso Meksiko (1994--95), Krisi Keuangan Asia (1997--98), dan jatuhnya keuangan Argentina (2001--02) sering dijadikan contoh kasus trinitas mustahil.
Krisis Asia Timur (1997--98) diketahui terjadi akibat penggabungan tiga kebijakan yang melanggar konsep trinitas mustahil. Negara-negara Asia Timur saat itu menjangkarkan mata uangnya ke dolar Amerika Serikat secara de facto (nilai tukar tetap), mengizinkan pergerakan modal yang bebas (arus modal terbuka), dan membuat kebijakan moneter yang independen secara bersamaan.
Karena ada penjangkaran dolar secara de facto, investor asing dapat menanamkan modal di negara-negara Asia tanpa perlu mengkhawatirkan fluktuasi nilai tukar, hal tersebut dikarenakan pemerintah menjamin stabilnya nilai tukar dengan menjual devisa dollar nya ke pasar.
Kedua, keterbukaan arus modal membuat investasi asing masuk tanpa hambatan. Ketiga, tingkat bunga jangka pendek di negara-negara Asia jauh lebih tinggi daripada tingkat bunga jangka pendek Amerika Serikat tahun 1990-1999.
Berkat faktor-faktor tersebut, banyak investor asing yang menanamkan uangnya di Asia dan mendulang laba besar. Ketika keseimbangan perdagangan negara-negara Asia sedang baik, investasi akan terus berputar di negara tersebut. Ketika keseimbangan perdagangannya bergeser, investor langsung menarik uangnya sehingga memicu krisis Asia.
Untuk memahami alur konsep model tersebut seperti ini, kami jabarkan maksud skema tersebut
- Fixed Exchange Rate, Ketika pemerintah menerapkan kebijakan tersebut konsekuensinya adalah pemerintah harus memiliki cadangan devisa yang besar untuk menjaga stabilitas rupiah terhadap dollar misalnya. Jika pemerintah ingin 1 dollar = seribu rupiah, ada trade-off yang harus dikeluarkan pemerintah dengan cara melepas dollar nya ke pasar ketika harga berfluktuasi. Rezim ini biasa disebut, rezim nilai tukar tetap
- Free Capital Flow, nama lain dari kebijakan ini adalah nilai tukar mengambang bebas, dengan kata lain pemerintah tidak intervensi terhadap besaran nilai tukar yang berlaku di pasar atau pasarlah yang akan melakukan penyesuaian terhadap permintaan dan penawaran.
- Kebijakan ini sempat digunakan Indonesia di saat kebijakan Fixed Exchange Rate Indonesia kala itu tidak mampu membendung dengan cadangan devisa, wal hasil ketika keran di buka boom nilai rupaih langsung terjun bebas dari sekitar Rp.1.500 sampai tertinggi Rp. 16.000
- Soverign Monetary Policy, nama lain dari kebijakan ini adalah nilai tukar mengambang terkendali. Kebijaka inilah yang akhirnya digunakan era Presiden B.J. Habibie dimana pada kebijakan ini berusaha menerapkan kebijakan batas atas dan batas bawah.
- Dengan kata lain, ada saat pemerintah akan intervensi dengan melepas dollar di saat nilai tukar melebihi batas tertentu, dan pemerintah justru membeli rupiah saat batas bawah tertentu. nyatanya kebijakan ini efektif mereda sementara gejolak fluktuasi nilai tukar.