Mungkin ada yang merasa bingung harus mulai dari mana. Jawabannya sederhana yakni mulai dari diri sendiri.Â
Jika orangtua rutin shalat berjamaah maka anak-anak akan mengikuti. Jika anak melihat ayahnya bergegas ke masjid untuk shalat maka mereka akan memahami bahwa shalat adalah sesuatu yang sangat penting.
Selain itu, pendekatan yang tepat juga diperlukan. Jangan sampai anak menganggap sholat sebagai beban. Sebaliknya, buatlah suasana shalat menjadi menyenangkan dan bermakna.Â
Misalnya, setelah shalat berjamaah ajak mereka berdiskusi tentang makna bacaan shalat atau kisah-kisah inspiratif tentang pentingnya shalat.
Anak-anak adalah cerminan dari kebiasaan yang ditanamkan dalam keluarga. Jika shalat tidak menjadi prioritas di rumah maka anak pun akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak penting. Sebaliknya, jika shalat selalu diutamakan maka mereka akan menjalaninya dengan penuh kesadaran.
Isra Mi'raj bukan sekadar peringatan yang berlalu begitu saja. Ini adalah momentum bagi kita untuk mengevaluasi seberapa jauh kita telah menjalankan amanah shalat, baik secara pribadi maupun dalam mendidik anak generasi kita.Â
Jika hari ini masih ada anak Kelas 6 yang belum bisa shalat maka ini adalah peringatan bagi kita semua untuk lebih serius dalam membimbing mereka.
Jangan menunggu mereka tumbuh dewasa baru mulai belajar shalat. Jangan berharap mereka akan otomatis bisa shalat tanpa ada usaha dari kita untuk mengajarkannya. Mulailah dari sekarang sebelum terlambat.
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari peristiwa Isra Mi'raj dan menjadikan shalat sebagai fondasi utama dalam kehidupan kita serta generasi setelah kita.Â
Sebab, sejatinya, kesuksesan yang hakiki bukanlah pada harta, jabatan, atau gelar, tetapi pada seberapa taat kita dalam menjalankan perintah Allah SWT terutama dalam menjaga shalat lima waktu.
Semoga ini bermanfaat.