Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Was-was Menanti Kejelasan Kurikulum Merdeka dan Deep Learning

11 November 2024   15:43 Diperbarui: 12 November 2024   16:02 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Abdul Mu'ti menghadiri peluncuran Hari Guru Nasional 2024 di Palembang. (KOMPAS.com/AYUNDA PININTA KASIH)

Nah, deep learning akan dapat menjadi sebuah pendekatan esensial yang memperkuat tujuan Kurikulum Merdeka. Yakni, mencetak generasi yang mampu berpikir kritis, berdaya saing, dan tetap bahagia dalam proses belajar mereka.

Ganti atau Lanjutkan Kurikulum Merdeka?

Setiap pergantian menteri di dunia pendidikan seringkali membawa harapan sekaligus kekhawatiran, terutama mengenai kemungkinan perubahan kurikulum. Hal ini seolah menjadi tradisi tersendiri di Indonesia, dimana setiap menteri baru dihadapkan pada pilihan untuk mempertahankan atau mengganti kurikulum yang ada. 

Namun, apakah perubahan kurikulum selalu menjadi solusi terbaik? 

Saat ini, Kurikulum Merdeka yang tergolong masih baru seolah berada di persimpangan jalan, menghadapi potensi digantikan begitu saja dengan kurikulum baru.

Sebagai kurikulum yang tergolong masih baru, Kurikulum Merdeka telah menjadi bagian dari sistem pendidikan Indonesia yang mulai dipahami dan diterima banyak pihak. Pergantian kurikulum di tengah proses adaptasi yang masih berlangsung berisiko menimbulkan kebingungan di kalangan guru, siswa, dan orang tua. 

Bagi para guru, kurikulum adalah peta utama dalam mengajar. Dan perubahan yang terlalu sering dapat mengurangi konsistensi dalam metode pengajaran. 

Bagi siswa dan orangtua, kurikulum yang kerap berubah-ubah bisa mempengaruhi kepercayaan terhadap arah pendidikan.

Sejatinya, perubahan kurikulum bukan hanya tentang konten atau metode, tetapi juga tentang identitas pendidikan itu sendiri. Dengan mempertahankan nama Kurikulum Merdeka misalnya, kita bisa menjaga identitas tersebut sekaligus menunjukkan konsistensi pada publik. 

Jika diperlukan revisi atau penyesuaian dalam pelaksanaannya, perubahan tersebut bisa dilakukan tanpa harus mengubah nama yang sudah mulai akrab di masyarakat. Ini merupakan langkah bijak untuk menghindari polemik dan menjaga stabilitas pendidikan.

Kurikulum Merdeka pada dasarnya menawarkan ruang kebebasan dalam belajar yang cocok dengan konsep deep learning, namun tetap membutuhkan beberapa penyesuaian untuk mencapai hasil optimal. 

Jika implementasinya dirasa perlu ditingkatkan, perubahan bisa dilakukan pada pendekatan atau prosedur teknis, tanpa mengubah nama kurikulum itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun