Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bukan Sekadar Tambah Anak, Siap Mendidik dan Memberikan Pendidikan Terbaik

15 Oktober 2024   06:53 Diperbarui: 15 Oktober 2024   11:03 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki anak adalah anugerah yang luar biasa dari Allah SWT, yang seringkali diiringi dengan proses perencanaan yang matang. Bagi pasangan yang sudah menikah, keinginan untuk memiliki keturunan biasanya menjadi salah satu topik penting.

Bahkan, setelah kelahiran anak pertama, keinginan untuk menambah jumlah anak sering muncul sebagai bagian dari rencana keluarga jangka panjang. Tak hanya orangtua, seringkali anak pertama pun pengen untuk punya adik. 

Mengkomunikasikan rencana memiliki anak kedua kepada anak pertama bisa menjadi tantangan tersendiri, namun bukanlah masalah bila dikelola dengan baik.

Percakapan ini bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan mendekatkan hubungan keluarga. Melibatkan anak pertama dalam diskusi seputar kehadiran calon adik bisa membuatnya merasa dihargai dan menjadi bagian penting dari keluarga tersebut.

Pengalaman saya membicarakan hal ini dengan anak pertama menunjukkan bahwa meskipun "si calon kakak" mungkin belum sepenuhnya memahami konsep penambahan anggota keluarga, tapi dia sering merespon dengan antusias dan tulus tanpa paksaan. 

Anak pertama yang merasa dilibatkan dalam rencana keluarga cenderung akan menyambut kehadiran adik baru dengan lebih positif dan siap untuk berperan sebagai kakak yang suportif.

Tentunya sebelum memutuskan untuk menambah anak, (sebaiknya) orangtua perlu mempertimbangkan berbagai hal. Mulai dari kesiapan finansial, mental, hingga bagaimana mengatur perhatian dan kasih sayang yang adil bagi semua anak. Mengingat anak pertama juga perlu kesiapan emosional untuk menerima peran baru sebagai kakak.

Karena menambah anak bukan hanya soal jumlah anggota keluarga, tetapi juga tentang memastikan setiap anak mendapatkan perhatian, cinta, dan dukungan yang memadai. Oleh karena itu, rencanakanlah dan diskusikan dengan baik agar setiap keputusan yang diambil bisa membawa kebahagiaan untuk semua.

Ilustrasi | Orangtua saat merencanakan untuk tambah anak. (via momsmag.rahetbally.com) 
Ilustrasi | Orangtua saat merencanakan untuk tambah anak. (via momsmag.rahetbally.com) 

Risiko menambah anak dalam perspektif zaman now

Di era modern ini, memiliki anak juga penuh tantangan. Kompleksitas kehidupan saat ini, termasuk mengenai masalah karakter dan pergaulan anak menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan oleh para orangtua. 

Kekhawatiran terbesar adalah bila anak-anak ini "lost control" atau kehilangan arah, sehingga bisa mempengaruhi masa depan mereka dan berbalik menjadi bumerang bagi orangtuanya. 

Meski demikian, tantangan bukan alasan untuk menghindari keinginan untuk menambah anak, maka harus siap menjemput tanggung jawab membangun keluarga yang harmonis.

Banyak orang mengaitkan kekhawatiran finansial berpengaruh dalam keputusan untuk menambah anak. Setiap anak telah dijanjikan rezekinya oleh Allah SWT.

Konsep "banyak anak, banyak rezeki" yang sering digaungkan oleh orang-orang zaman dahulu masih relevan. Tentu saja, dalam mewujudkan pernyataan tersebut, dibutuhkan ikhtiar serta upaya cerdas dalam mengelola sumber rezeki yang ada.

Yang perlu digaris bawahi adalah bagaimana kita menyikapi risiko-risiko dalam membesarkan anak di zaman serba cepat ini. Setiap pilihan hidup memang memiliki risiko, tetapi cara kita menghadapi dan mempersiapkannya adalah "koentji". 

Sebagai orangtua, membekali diri dengan ilmu tentang parenting atau pengasuhan, pendidikan, dan komunikasi yang efektif sangat penting dalam mendampingi tumbuh kembang anak di tengah segala tantangan modern.

Sebab, merencanakan menambah anak juga berarti siap menghadapi tantangan yang akan datang. Perencanaan matang disertai dengan doa dan usaha, adalah langkah terbaik untuk mewujudkan keluarga yang harmonis di tengah berbagai perubahan yang terjadi di dunia ini.

Tidak hanya bikin tapi didik lah anak. (Ilustrasi via kompas.com)
Tidak hanya bikin tapi didik lah anak. (Ilustrasi via kompas.com)

Kesiapan orangtua mendidik anak lebih dari satu

Memiliki lebih dari satu anak bukan sekadar soal menambah anggota keluarga, melainkan juga tentang kesiapan orangtua dalam menghadapi tanggung jawab besar yang menyertainya. 

Anak bukanlah sekadar anugerah, tetapi juga amanah yang membawa potensi besar dari Allah SWT---terdiri dari fisik, akal, dan hati. 

Setiap anak lahir dengan fitrahnya, dan tugas orangtua lah untuk memastikan potensi ini berkembang secara optimal. 

Orangtua yang ingin memiliki lebih dari satu anak harus memahami bahwa setiap anak berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang adil. Hal ini berarti orangtua perlu memberi porsi perhatian yang sama kepada setiap anak, tanpa ada yang merasa diistimewakan atau diabaikan. 

Bukan hanya tentang menyediakan kebutuhan fisik seperti makanan dan berbagai barang perlengkapan, tetapi juga memastikan setiap anak merasa diterima, dicintai, dan didukung dalam pengembangan potensi mereka.

Kehadiran orangtua yang benar-benar terlibat dalam keseharian anak, bukan hanya hadir secara fisik tetapi juga secara emosional. Dengan menjaga kedekatan dengan anak guna membangun hubungan yang sehat.

Ada yang mengatakan, "Jangan cuma bisa bikin anak banyak, tapi juga harus siap mendidiknya." Pernyataan ini sangat relevan, mengingat betapa pentingnya peran orangtua dalam membentuk karakter dan masa depan anak. 

Mendidik anak-anak memerlukan kesabaran, komitmen, dan pengetahuan yang cukup. Setiap orangtua harus terus belajar dan "terdidik" agar bisa menjadi panutan yang baik bagi anak-anaknya.

Tambah anak, tambah kuantitas dan kualitas: perhatikan aspek pendidikan

Mengasuh dan membesarkan anak merupakan tugas dan misi besar yang diemban orangtua memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak dan memadai. 

Di era modern ini, pendidikan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendasar yang akan menentukan masa depan anak. Orangtua harus memastikan akses pendidikan anak-anaknya tercapai dengan baik, baik pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan informal yang diperoleh di rumah.

Fenomena yang sering kita lihat adalah keluarga dengan banyak anak tetapi kerap menghadapi tantangan dalam mendidik mereka. Anak-anak mungkin terlibat dalam masalah yang sebenarnya bisa dicegah jika pendidikan yang baik diberikan sejak dini.

Oleh karena itu, memiliki banyak anak tidak hanya tentang jumlah, tetapi juga kualitas perhatian dan pendidikan yang bisa diberikan oleh orangtua. Jika ingin anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas, pendidikan harus menjadi prioritas utama.

Pendidikan formal adalah bekal yang penting, tetapi pendidikan informal tidak kalah krusial. Pendidikan informal mencakup nilai-nilai kehidupan, akhlak, etika, keterampilan sosial dan emosional, dan kebiasaan positif yang harus dibangun sejak kecil oleh para orangtua. 

Peran orangtua di sini sangat signifikan dan tanggung jawab adalah bagian dari pendidikan informal yang akan membentuk karakter anak-anak seumur hidup mereka. 

Sering kali kami mendapati orangtua yang (mungkin) merasa bahwa setelah anak-anak disekolahkan, tanggung jawab pendidikan dapat ditugaskan kepada para guru yang mendidik anak di sekolah. 

Sekolah memang memiliki peran penting dalam memberikan ilmu pengetahuan, tetapi pendidikan dari rumah adalah pondasi yang akan menentukan seberapa baik anak-anak bisa memanfaatkan ilmu yang mereka dapatkan di sekolah. Oleh karena itu, pendidikan formal dan informal harus berjalan seimbang dan saling melengkapi.

Jika ada keinginan untuk memiliki banyak anak, misalnya 3-4-5, pastikan orangtua siap memberikan pendidikan yang berkualitas untuk setiap anak. Bukan hanya siap dalam hal finansial, tetapi juga dalam hal perhatian dan komitmen untuk mendidik. 

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan kesempatan belajar yang sama, dan orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab memastikan itu bisa terjadi. 

Mendidik dalam jangkauan pendidikan bukan sekadar soal nilai akademik, tetapi juga tentang membantu anak menemukan jati diri, bakal, potensi dan keahlian mereka. Dukungan penuh dari orangtua akan memberi anak kepercayaan diri untuk mengejar impian dan cita-cita.

Dunia terus berubah, dan tantangan yang dihadapi anak-anak kita pun semakin kompleks. Dengan terus memperbarui pengetahuan dan pendekatan pola asuh anak (parenting), orangtua bisa menjadi teladan yang baik dan memberikan bimbingan yang relevan bagi anak-anaknya. 

Menambah anak berarti menambah peran menanamkan nilai-nilai positif sejak dini, sehingga anak memiliki fondasi yang kuat untuk menghadapi dinamika kehidupan maupun dunia kerja. 

Diulangi keputusan untuk memiliki anak lebih dari satu harus didasari oleh kesiapan yang matang. Ini bukan soal kuantitas, tetapi kualitas. Bagaimana orangtua mampu membesarkan anak-anak dengan penuh perhatian dan bimbingan. 

Jadilah "orangtua yang baik" yang peduli pendidikan yang akan mempersiapkan anak-anak untuk masa depan yang lebih cerah. 

Dengan begitu, setiap anak bisa tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berkarakter, bertanggung jawab, mampu berkontribusi positif bagi masyarakat, dan mampu menjadi manusia yang menebar manfaat di muka bumi.

Maka, bagi para orangtua, tidak ada salahnya ingin menambah adik baru, asalkan siap untuk mendidik dan memberikan pendidikan yang terbaik bagi generasinya.

Semoga ini bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun