Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Doom Spending dan Godaan Utang Masa Kini di Kalangan Guru

8 Oktober 2024   09:19 Diperbarui: 8 Oktober 2024   09:20 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Data menunjukkan bahwa guru adalah nomor 1 terjebak pinjaman online. (dari materi workshop yang diikuti Akbar Pitopang)

Fenomena guru yang berhutang kerapkali bukan semata karena minimnya pendapatan, tapi juga karena banyaknya godaan kredit dan atau cicilan yang datang tanpa henti. 

Dalam keseharian, guru berhadapan dengan berbagai tawaran menarik, mulai dari kredit tanpa bunga hingga cicilan dengan tenor panjang. 

Penawaran-penawaran ini sering disampaikan dengan bahasa marketing yang menggoda, membuat guru yang awalnya tidak berniat berhutang akhirnya tergoda untuk ikut serta. 

Iming-iming kemudahan ini terkadang begitu sulit ditolak, apalagi saat kebutuhan sudah mendesak.

Di sekolah-sekolah, tak jarang ada penjual yang datang, menawarkan berbagai produk dengan pendekatan ramah, seolah hanya untuk "cuci mata". Namun, ketika produk yang ditawarkan ternyata sangat diperlukan ---seperti peralatan dapur atau kebutuhan rumah tangga--- guru merasa terjebak dalam situasi dimana mereka harus membeli, meski itu artinya berutang. 

Skema cicilan yang tampaknya ringan membuat keputusan berhutang semakin mudah, bahkan tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.

Godaan semacam ini diperparah dengan kurangnya kesadaran meski pemahaman finansial sudah memadai. Banyak guru sebenarnya sudah cukup memahami risiko yang mengintai di balik kemudahan kredit yang ditawarkan. 

Terjebak dalam ilusi "tanpa bunga" atau cicilan ringan yang sebenarnya dapat membebani keuangan dalam jangka panjang. Di tengah tuntutan hidup yang semakin berat, pilihan berhutang menjadi jebakan yang sulit dilepaskan.

Ketika pemasukan tidak mencukupi, godaan kredit menjadi semakin sulit dihindari. Lalu membuat banyak guru akhirnya terperangkap dalam jerat hutang yang berkepanjangan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa guru tidak hanya membutuhkan perhatian dalam hal profesionalisme, tetapi juga dalam hal kesejahteraan finansial. Tanpa edukasi keuangan yang memadai dan upaya peningkatan gaji yang signifikan, godaan kredit akan terus mengintai, dan banyak guru akan terus terjebak dalam lingkaran utang yang tak berujung.

Guru dan godaan hutang: pinjol dan paylater. (dari materi workshop yang diikuti Akbar Pitopang)
Guru dan godaan hutang: pinjol dan paylater. (dari materi workshop yang diikuti Akbar Pitopang)

Guru Wajib Mengelola Keuangan di Tengah Tawaran Utang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun