Konten-konten yang seharusnya tidak layak untuk usia anak, termasuk pornografi, dapat diakses dengan mudah. Akibatnya, paparan terhadap konten seperti ini dapat memicu perilaku kekerasan seksual terhadap teman sebayanya maupun korban yang baru dikenal melalui media sosial.
Ironisnya, orangtua sering kali tidak menyadari dampak buruk dari pemberian akses tanpa batas ini. Dengan dalih "anak tidak rewel" atau "biar tenang," mereka membiarkan anaknya terpapar konten-konten berbahaya tanpa pengawasan ketat.Â
Padahal, era digital ini menuntut peran aktif orangtua dalam mengontrol dan memfilter tontonan yang dikonsumsi oleh anak-anak setiap harinya.Â
Bila tanpa kontrol maka bisa menjadi bumerang, menciptakan generasi yang lebih rentan terhadap kekerasan, baik fisik, verbal, maupun seksual.
Penting bagi masyarakat dan kita semua untuk lebih bijak dalam menghadapi era digital ini. Orangtua harus lebih aktif mengawasi apa yang dikonsumsi anak-anaknya di dunia maya.
Sebaiknya pemerintah serta pengelola platform media digital harus bertanggung jawab dalam menyediakan konten yang aman dan mendidik. Termasuk dalam bentuk regulasi atau aturan ketat dan harus benar-benar diberlakukan.
Karena pada akhirnya, kekerasan bukan hanya masalah individu maupun kegagalan sistem pendidikan, tetapi juga hasil dari ekosistemnya yang dibiarkan tumbuh tanpa kontrol.
Semoga ini bermanfaat..
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H