Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kekerasan dan Kegagalan Ekosistem Pendidikan

3 Oktober 2024   15:03 Diperbarui: 3 Oktober 2024   21:01 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak kecil menikmati lukisan pada Pameran Speak Up 2: On Bullying & Intolerance di Jakarta, (20/7/2024). | KOMPAS/IGNATIUS NAWA TUNGGAL

Konten-konten yang seharusnya tidak layak untuk usia anak, termasuk pornografi, dapat diakses dengan mudah. Akibatnya, paparan terhadap konten seperti ini dapat memicu perilaku kekerasan seksual terhadap teman sebayanya maupun korban yang baru dikenal melalui media sosial.

Ironisnya, orangtua sering kali tidak menyadari dampak buruk dari pemberian akses tanpa batas ini. Dengan dalih "anak tidak rewel" atau "biar tenang," mereka membiarkan anaknya terpapar konten-konten berbahaya tanpa pengawasan ketat. 

Padahal, era digital ini menuntut peran aktif orangtua dalam mengontrol dan memfilter tontonan yang dikonsumsi oleh anak-anak setiap harinya. 

Bila tanpa kontrol maka bisa menjadi bumerang, menciptakan generasi yang lebih rentan terhadap kekerasan, baik fisik, verbal, maupun seksual.

Penting bagi masyarakat dan kita semua untuk lebih bijak dalam menghadapi era digital ini. Orangtua harus lebih aktif mengawasi apa yang dikonsumsi anak-anaknya di dunia maya.

Sebaiknya pemerintah serta pengelola platform media digital harus bertanggung jawab dalam menyediakan konten yang aman dan mendidik. Termasuk dalam bentuk regulasi atau aturan ketat dan harus benar-benar diberlakukan.

Karena pada akhirnya, kekerasan bukan hanya masalah individu maupun kegagalan sistem pendidikan, tetapi juga hasil dari ekosistemnya yang dibiarkan tumbuh tanpa kontrol.

Semoga ini bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun