Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengelola Kolam di Sekolah dengan Tanggung Jawab

10 Oktober 2024   05:31 Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:35 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolam yang ada di sekolah-sekolah. Shutterstock via kompas.com)

Biasanya, wali kelas akan segera menghubungi orangtua untuk mengantarkan pakaian ganti. Namun, situasinya tidak selalu sesederhana itu terutama bagi orangtua yang bekerja atau yang memiliki kesibukan di luar rumah.

Banyak orangtua saat ini baik ayah maupun ibu, bekerja di luar rumah dengan jadwal yang padat. Sehingga, ketika terjadi insiden seperti anak jatuh ke kolam dan pakaian mereka basah, tidak semua orang tua bisa langsung menjemput atau mengantarkan pakaian ganti dalam waktu singkat. 

Hal ini tentu menjadi dilema, baik bagi orangtua maupun pihak sekolah, karena kondisi anak yang tidak nyaman bisa mengganggu aktivitas belajar.

Solusi yang cukup logis, orangtua bisa dibiasakan untuk membekali anak dengan pakaian ganti di tas sekolah, terutama untuk siswa kelas rendah yang cenderung lebih aktif dan ceroboh. Ini bisa menjadi antisipasi sederhana yang sangat membantu ketika terjadi insiden kecil seperti jatuh ke kolam atau basah karena bermain di luar ruangan.

Guru membimbing siswa dalam program kolam Adiwiyata di sekolah. | via adiwiyata spenfour singaraja
Guru membimbing siswa dalam program kolam Adiwiyata di sekolah. | via adiwiyata spenfour singaraja

Antara Kolam Sekolah dan Program Adiwiyata

Dulunya, kolam-kolam ini dibuat sebagai bagian dari Program Adiwiyata, sebuah inisiatif sekolah berbasis lingkungan yang sempat booming beberapa tahun lalu. 

Program ini mendorong sekolah-sekolah untuk lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya energi alami secara baik. 

Nah, kolam di sekolah berfungsi sebagai pengumpul atau penampung air dari berbagai aktivitas, seperti air bekas cuci tangan, air wudhu, hingga air hujan, yang kemudian dimanfaatkan kembali untuk beberapa keperluan.

Air yang terkumpul tersebut bisa digunakan untuk menyiram tanaman di sekitar sekolah, mengurangi kebutuhan air bersih dan menekan penggunaan energi listrik untuk pompa air. 

Selain itu, kolam ini sering dihiasi dengan ikan atau tanaman air, yang tak hanya mempercantik lingkungan, tetapi juga menjadi habitat bagi ekosistem kecil yang mendukung siswa belajar tentang kehidupan alam.

Namun, seiring dengan meredupnya popularitas program Adiwiyata, banyak kolam di sekolah-sekolah yang tidak lagi terurus dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun