Biasanya, wali kelas akan segera menghubungi orangtua untuk mengantarkan pakaian ganti. Namun, situasinya tidak selalu sesederhana itu terutama bagi orangtua yang bekerja atau yang memiliki kesibukan di luar rumah.
Banyak orangtua saat ini baik ayah maupun ibu, bekerja di luar rumah dengan jadwal yang padat. Sehingga, ketika terjadi insiden seperti anak jatuh ke kolam dan pakaian mereka basah, tidak semua orang tua bisa langsung menjemput atau mengantarkan pakaian ganti dalam waktu singkat.Â
Hal ini tentu menjadi dilema, baik bagi orangtua maupun pihak sekolah, karena kondisi anak yang tidak nyaman bisa mengganggu aktivitas belajar.
Solusi yang cukup logis, orangtua bisa dibiasakan untuk membekali anak dengan pakaian ganti di tas sekolah, terutama untuk siswa kelas rendah yang cenderung lebih aktif dan ceroboh. Ini bisa menjadi antisipasi sederhana yang sangat membantu ketika terjadi insiden kecil seperti jatuh ke kolam atau basah karena bermain di luar ruangan.
Antara Kolam Sekolah dan Program Adiwiyata
Dulunya, kolam-kolam ini dibuat sebagai bagian dari Program Adiwiyata, sebuah inisiatif sekolah berbasis lingkungan yang sempat booming beberapa tahun lalu.Â
Program ini mendorong sekolah-sekolah untuk lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya energi alami secara baik.Â
Nah, kolam di sekolah berfungsi sebagai pengumpul atau penampung air dari berbagai aktivitas, seperti air bekas cuci tangan, air wudhu, hingga air hujan, yang kemudian dimanfaatkan kembali untuk beberapa keperluan.
Air yang terkumpul tersebut bisa digunakan untuk menyiram tanaman di sekitar sekolah, mengurangi kebutuhan air bersih dan menekan penggunaan energi listrik untuk pompa air.Â
Selain itu, kolam ini sering dihiasi dengan ikan atau tanaman air, yang tak hanya mempercantik lingkungan, tetapi juga menjadi habitat bagi ekosistem kecil yang mendukung siswa belajar tentang kehidupan alam.
Namun, seiring dengan meredupnya popularitas program Adiwiyata, banyak kolam di sekolah-sekolah yang tidak lagi terurus dengan baik.Â