Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Orangtua Bonding Anak dari Buaian hingga Liang Lahat

20 September 2024   13:51 Diperbarui: 21 September 2024   07:39 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bonding anak. (our-team/Freepik via Kompas.com)

Ayah dan Bunda, pasti sudah tahu mengenai kasus-kasus tragis yang melibatkan anak dan remaja belakangan ini yang memang mengundang keprihatinan mendalam. Salah satunya, kasus kekerasan dan pembunuhan atas remaja perempuan, dimana para pelakunya ternyata masih berada dalam rentang usia anak dan remaja. Kejadian ini tidak hanya menyayat hati, tetapi juga membuka diskusi lebih luas tentang peran orangtua dalam membentuk karakter anak. Di balik tragedi ini, muncul pertanyaan besar, bagaimana proses bonding atau kedekatan emosional antara anak dengan orangtuanya?

Bonding atau ikatan emosional antara orangtua dan anak memegang peranan penting dalam membangun kepribadian dan karakter anak. Psikolog menyebut bahwa bonding yang kuat dapat membantu anak merasa lebih aman, dicintai, dan didukung. 

Hal ini menjadi fondasi bagi mereka untuk tumbuh menjadi individu yang stabil secara emosional dan moral. Sebaliknya, saat ikatan ini lemah atau bahkan tidak ada, anak bisa merasa terisolasi dan cenderung mencari pelarian yang seringkali berujung pada perilaku destruktif.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup modern, tantangan dalam membangun bonding semakin kompleks. Orangtua yang sibuk dengan pekerjaan, seringkali secara tidak sadar memprioritaskan karir daripada waktu berkualitas bersama anak. 

Padahal, dalam fase-fase krusial perkembangan anak, perhatian dan keterlibatan orangtua sangat dibutuhkan untuk memberikan pengertian dan arahan. Bila tanpa keterlibatan aktif dari orangtua, anak mungkin mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya, yang tidak selalu datang dari sumber yang positif.

Ada banyak aspek penting dalam proses bonding yang perlu diperhatikan oleh orangtua, diantaranya waktu berkualitas, komunikasi efektif, dan empati. 

Waktu berkualitas bukan sekadar menemani anak, tetapi melibatkan interaksi yang bermakna. Komunikasi efektif berarti mendengarkan tanpa menghakimi, serta memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan perasaannya. Lalu empati memungkinkan orangtua memahami apa yang dirasakan anak dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan.

Selain itu, penting bagi orangtua untuk memahami perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia mereka. Anak-anak yang berada di usia remaja misalnya, sedang mengalami masa pencarian identitas yang membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh dari lingkungan. 

Ketika bonding orangtua tidak kuat, anak akan mencari figur lain sebagai pengganti ---yang terkadang bisa berasal dari kelompok teman sebaya yang memiliki pengaruh negatif.

Bonding yang kuat juga membekali anak dengan kemampuan untuk mengelola emosi dan konflik dengan lebih baik. Anak yang merasa diperhatikan dan didukung oleh orangtua cenderung lebih mampu mengendalikan diri ketika menghadapi situasi yang menantang. 

Kasus-kasus kekerasan yang melibatkan anak dan atau remaja menunjukkan bahwa selain pendidikan formal, pendidikan emosional dan moral dari rumah (pendidikan informal) adalah faktor kunci dalam mencegah perilaku menyimpang. 

Orangtua perlu menyadari bahwa peran mereka tidak sekadar menyediakan kebutuhan fisik anak, tetapi juga menjadi mentor dan teladan dalam hidup anak. Ketika anak merasa aman dan didukung di rumah, mereka akan lebih kuat dalam menghadapi tekanan eskternal.

Antara Memiliki Anak dan Bonding Dimulai dari Perencanaan

Memiliki anak mungkin merupakan hal yang bisa terjadi secara alami, namun membangun ikatan emosional atau bonding dengan anak adalah tantangan yang jauh lebih besar dan mendalam. 

Banyak orangtua berpikir bahwa dengan memenuhi kebutuhan materi, mereka sudah menjalankan peran mereka dengan baik. Padahal, aspek psikologis dan mental anak juga sangat membutuhkan perhatian yang tidak kalah penting. 

Dalam hal ini, tidak semua orangtua mampu mendidik anak dengan optimal, terutama jika jumlah anak cukup banyak dan jarak usia mereka berdekatan. Semakin banyak anak, semakin besar juga tantangan untuk membangun bonding yang sehat dan kuat.

Proses bonding sebenarnya bisa dimulai bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Interaksi orangtua, khususnya ibu, dengan bayi dalam kandungan, seperti berbicara atau menyentuh perut, dapat menumbuhkan ikatan awal. 

Setelah anak lahir, bonding ini harus terus diperkuat melalui perhatian, kasih sayang, dan komunikasi yang konsisten. Orangtua bukan hanya sekadar penyedia kebutuhan fisik, tetapi juga harus menjadi penyokong kebutuhan psikologis. 

Sentuhan kasih, perhatian penuh, dan dukungan emosional adalah fondasi penting dalam membentuk kepribadian anak sejak dini.

Tahap paling kritis dari bonding adalah pada fase pra-sekolah, saat anak mulai belajar memahami dunia di luar lingkup keluarga. Anak yang tumbuh dengan ikatan kuat bersama orangtuanya cenderung lebih percaya diri, mampu mengendalikan emosi, dan berinteraksi dengan baik saat mereka memasuki lingkungan sekolah. 

Mereka tidak hanya siap secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan sosial yang lebih baik. Kepercayaan diri ini adalah modal berharga yang akan membantu anak dalam menjalin hubungan dengan teman-teman yang berasal dari latar belakang berbeda.

Kualitas hubungan yang dibangun jauh lebih penting daripada kuantitas waktu yang dihabiskan. Orangtua perlu memahami bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang unik, dan tanggung jawab orangtua adalah memastikan bahwa setiap anak merasa didengar, dihargai, dan dicintai. 

Proses bonding ini tidak bisa diabaikan, karena kelak akan mempengaruhi perkembangan mental dan emosional anak sepanjang hidupnya.

Nah, memiliki anak adalah anugerah, namun membangun bonding yang kuat adalah tugas mulia yang memerlukan dedikasi dan ketulusan. Ketika orangtua mampu menjalankan peran ini dengan baik, mereka tidak hanya mencetak generasi yang cerdas, tetapi juga individu yang memiliki kestabilan emosional dan kemampuan sosial yang luar biasa. 

Dengan bonding yang kokoh, anak-anak akan siap menghadapi dunia dengan segala kompleksitasnya.

Pentingnya Bonding Orangtua dalam Membangun Karakter Generasi. (Dok. Shutterstock/220 Selfmade studio via Kompas.com)
Pentingnya Bonding Orangtua dalam Membangun Karakter Generasi. (Dok. Shutterstock/220 Selfmade studio via Kompas.com)

Bagaimana Bonding Anak Setelah Masuk Sekolah

Memasukkan anak ke sekolah bukan berarti tanggung jawab orangtua dalam proses bonding bisa berkurang begitu saja. Banyak orangtua yang salah kaprah menganggap bahwa setelah anak mulai sekolah, tugas mendidik dan membentuk karakter sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru. 

Ini adalah kesalahpahaman besar! Sekolah memang memberikan pendidikan formal, tetapi pendidikan emosional dan pembentukan karakter yang paling berpengaruh tetap datang dari rumah, melalui peran orangtua yang aktif dan konsisten.

Ketika anak berada di sekolah, orangtua memang menyerahkan anaknya selama beberapa jam di bawah pengawasan guru. Namun, tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak tidak boleh berhenti di sini. 

Sayangnya, begitu anak pulang sekolah, waktu bonding dengan orangtua sering kali terbatas karena alasan klasik seperti kesibukan kerja, aktivitas lain, atau bahkan kelelahan. Alhasil, anak seringkali merasa terabaikan di rumah, yang dapat berakibat buruk pada perkembangan emosional dan sosial mereka di kemudian hari.

Jika orangtua terlalu sibuk atau abai dalam mengalokasikan waktu berkualitas untuk anak setelah sekolah, ini bisa menjadi bumerang bagi keluarga. 

Oleh karena itu, meskipun anak sudah masuk sekolah, peran orangtua sebagai figur utama dalam kehidupan anak tetap tidak bisa digantikan oleh siapapun, termasuk guru. 

Proses bonding harus terus dipelihara, bahkan diperkuat, agar anak tumbuh menjadi individu yang pintar dan matang secara emosional dan berkarakter kuat. 

Jangan biarkan kesibukan menjadi alasan, karena masa depan anak sangat dipengaruhi oleh hubungan emosional yang mereka bangun dengan orangtua di rumah.

Ikatan Bonding Orangtua-Anak Seumur Hidup 

Proses bonding antara orangtua dan anak sejatinya tidak pernah berakhir. Ikatan ini, seperti halnya mencari ilmu, berlangsung sepanjang hayat. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu dari buaian hingga liang lahat. Menurut saya begitu pula dengan mendidik dan membentuk ikatan emosional dengan anak. Tidak ada batas waktu kapan orangtua harus berhenti membimbing anaknya. 

Seiring bertambahnya usia, peran orangtua memang ada yang berubah, tetapi proses bonding ini terus berlanjut dan menyesuaikan kebutuhan anak di setiap fase kehidupannya.

Perlu diingat, pola asuh dan didikan orangtua di zaman dahulu tentu berbeda dengan tantangan yang dihadapi generasi zaman now. Nilai-nilai moral seperti tanggung jawab, disiplin, dan kasih sayang tetap relevan, namun cara menyampaikannya harus disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan zaman. 

Orangtua zaman sekarang perlu memahami bahwa anak-anak hidup di era digital dengan akses informasi yang sangat cepat. Ini berarti metode pendidikan dan bonding yang mereka gunakan harus lebih fleksibel dan adaptif agar tetap relevan.

Orangtua bisa menggunakan cara-cara kekinian untuk tetap berhasil dalam membangun ikatan yang kuat dengan anak. Misalnya, melibatkan teknologi secara positif, seperti mengikuti perkembangan minat anak di dunia digital, berbagi momen berharga di media sosial secara bijak, atau sekadar terlibat dalam aktivitas yang disukai anak. 

Dengan demikian, orangtua tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari dunia anak, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai fundamental dalam proses pendidikan.

Meski begitu, orangtua harus terus belajar bagaimana mendidik anak sesuai dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan esensi nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi sebelumnya. 

Menjadi orangtua yang "melek zaman" berarti tidak takut berubah, namun tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral yang baik. 

Proses bonding yang kuat ini membantu anak merasa aman dan dipahami, bahkan ketika mereka mulai menjalani hidup mandiri.

Proses bonding ini bukan sekadar membentuk hubungan orangtua-anak yang baik, tetapi membekali anak dengan fondasi emosional yang kokoh untuk menghadapi dunia. 

Ikatan ini akan terus berkembang seiring waktu, dari masa anak-anak, remaja, dewasa, hingga mereka benar-benar siap menjalani kehidupan sendiri. 

Orangtua yang memahami bahwa proses ini tidak pernah selesai akan selalu mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, tanpa kehilangan inti dari peran mereka sebagai pendidik pertama dan paling berpengaruh dalam kehidupan anak.

Semoga dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya bonding ini, kita dan para orangtua bisa mencegah tragedi-tragedi atau seperti kasus diatas di masa mendatang. Astaghfirullah, na'udzubillahi min zalik.

Literasi: satu, dua, tiga, empat, lima.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun