Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Orangtua Bonding Anak dari Buaian hingga Liang Lahat

20 September 2024   13:51 Diperbarui: 21 September 2024   07:39 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bonding anak. (our-team/Freepik via Kompas.com)

Proses bonding antara orangtua dan anak sejatinya tidak pernah berakhir. Ikatan ini, seperti halnya mencari ilmu, berlangsung sepanjang hayat. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu dari buaian hingga liang lahat. Menurut saya begitu pula dengan mendidik dan membentuk ikatan emosional dengan anak. Tidak ada batas waktu kapan orangtua harus berhenti membimbing anaknya. 

Seiring bertambahnya usia, peran orangtua memang ada yang berubah, tetapi proses bonding ini terus berlanjut dan menyesuaikan kebutuhan anak di setiap fase kehidupannya.

Perlu diingat, pola asuh dan didikan orangtua di zaman dahulu tentu berbeda dengan tantangan yang dihadapi generasi zaman now. Nilai-nilai moral seperti tanggung jawab, disiplin, dan kasih sayang tetap relevan, namun cara menyampaikannya harus disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan zaman. 

Orangtua zaman sekarang perlu memahami bahwa anak-anak hidup di era digital dengan akses informasi yang sangat cepat. Ini berarti metode pendidikan dan bonding yang mereka gunakan harus lebih fleksibel dan adaptif agar tetap relevan.

Orangtua bisa menggunakan cara-cara kekinian untuk tetap berhasil dalam membangun ikatan yang kuat dengan anak. Misalnya, melibatkan teknologi secara positif, seperti mengikuti perkembangan minat anak di dunia digital, berbagi momen berharga di media sosial secara bijak, atau sekadar terlibat dalam aktivitas yang disukai anak. 

Dengan demikian, orangtua tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari dunia anak, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai fundamental dalam proses pendidikan.

Meski begitu, orangtua harus terus belajar bagaimana mendidik anak sesuai dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan esensi nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi sebelumnya. 

Menjadi orangtua yang "melek zaman" berarti tidak takut berubah, namun tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral yang baik. 

Proses bonding yang kuat ini membantu anak merasa aman dan dipahami, bahkan ketika mereka mulai menjalani hidup mandiri.

Proses bonding ini bukan sekadar membentuk hubungan orangtua-anak yang baik, tetapi membekali anak dengan fondasi emosional yang kokoh untuk menghadapi dunia. 

Ikatan ini akan terus berkembang seiring waktu, dari masa anak-anak, remaja, dewasa, hingga mereka benar-benar siap menjalani kehidupan sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun