Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencegah Bahaya "Tone Deaf", Apakah yang Bisa Kita Lakukan?

28 Agustus 2024   14:39 Diperbarui: 28 Agustus 2024   14:42 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (foto Akbar Pitopang)

Kita harus selalu ingat bahwa apa yang kita lakukan atau katakan memiliki pengaruh yang lebih besar. Dengan memilih untuk tidak pamer dan lebih peduli terhadap perasaan orang lain, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan harmonis ---baik di di media sosial maupun yang terpenting adalah di kehidupan nyata. 

Prestasi sejati bukanlah tentang seberapa banyak pengakuan yang kita dapatkan, melainkan tentang bagaimana kita menggunakan pencapaian kita untuk memberikan dampak positif bagi orang lain.

Ilustrasi. (KOMPAS/AGUS SUSANTO)
Ilustrasi. (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Bagaimana Pentingnya Teladan dalam Keluarga

Dalam dunia yang semakin individualistis, peran keluarga sebagai benteng utama dalam menanamkan nilai-nilai kepedulian sosial tidak bisa diabaikan. Orangtua memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter anak agar lebih peka dan peduli terhadap sesama. 

Di tengah maraknya fenomena "tone deaf", penting untuk merenungkan bagaimana nilai-nilai dasar ini dibangun sejak dini dalam lingkungan rumah terlebih dahulu.

Sikap "tone deaf" bisa berakar dari kurangnya kasih sayang dan kepedulian di lingkungan keluarga. Ketika anak tumbuh tanpa mendapatkan perhatian yang cukup, mereka mungkin sulit mengembangkan empati dan kepekaan sosial. 

Inilah mengapa orangtua harus lebih aktif dalam menumbuhkan rasa kepedulian pada anak. Dimulai dari hal-hal sederhana seperti mengajarkan anak untuk peduli terhadap perasaan orang lain dan memahami konsekuensi dari tindakan mereka.

Mengajarkan kepedulian bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang contoh nyata. Anak-anak belajar memahami lewat apa yang mereka lihat dan alami di rumah. Oleh karena itu, orangtua perlu menjadi teladan dalam bersikap peduli, baik dalam interaksi sehari-hari di keluarga maupun dalam tindakan yang lebih luas di masyarakat. 

Dengan demikian, anak akan tumbuh dengan nilai-nilai kepedulian yang kuat, yang akan mereka bawa hingga dewasa.

Selain itu, penting bagi keluarga untuk menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan. Ketika anak merasa dicintai dan dihargai, mereka akan lebih mudah untuk mengembangkan sikap empati dan memahami perasaan orang lain. 

Lingkungan yang penuh kasih sayang ini juga memberikan rasa aman bagi anak untuk mengekspresikan diri mereka tanpa takut dihakimi. Yang pada gilirannya akan mendorong mereka untuk menjadi pribadi yang lebih peka dan peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun