Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Efektivitas Kebijakan Penghapusan Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA

29 Juli 2024   05:05 Diperbarui: 29 Juli 2024   09:28 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah siswa di lobi SMAN 35 Jakarta, Jakarta Pusat, saat jam pulang sekolah, Senin (5/12/2022). | KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Kemendikbud telah memutuskan untuk menghapus penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) mulai Tahun Pelajaran 2024-2025. Kebijakan ini telah diusulkan sejak pengenalan Kurikulum Merdeka. Langkah ini tentu mengundang perhatian berbagai kalangan, dari pihak sekolah, guru, siswa, orangtua, masyarakat, hingga warganet. Apakah kebijakan ini diharapkan dapat membawa angin segar dalam dunia pendidikan Indonesia?

Sejak kurikulum yang lama, siswa SMA di Indonesia harus memilih jurusan ketika naik ke Kelas XI. Jurusan klasik seperti IPA, IPS, dan Bahasa sudah menjadi bagian dari sistem pendidikan di SMA. 

Namun, apakah sistem penjurusan ini masih relevan di era digital dan globalisasi yang penuh dinamika seperti sekarang?

Dunia kerja dan industri masa depan semakin menuntut kemampuan beradaptasi dan pengetahuan lintas disiplin. Dengan menghapus penjurusan, siswa SMA diharapkan dapat mengeksplorasi bidang studi atau mata pelajaran tanpa terkungkung dalam satu jalur tertentu. 

Dunia kerja dan dunia kampus tetap menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan yang siap menghadapi tantangan masa depan yang tak terduga. Kepada siswa tetap ditekankan untuk menyadari pentingnya critical thinking, creativity, collaboration, dan communication.

Tentu saja, adanya kebijakan penghapusan jurusan IPA, IPA dan Bahasa ini membawa tantangan tersendiri bagi sekolah. Serta penyediaan fasilitas penunjang dan komposisi guru menjadi faktor krusial. 

Implementasi yang baik dari kebijakan ini membutuhkan dukungan yang memadai bagi para pendidik dan satuan pendidikan. 

Yang sangat penting adalah sekolah harus mampu menyusun kurikulum yang holistik dan fleksibel, agar mengakomodasi berbagai minat dan kebutuhan siswa agar dapat berdaya saing tinggi.

Mengurai Polemik dalam Pembagian Jurusan di SMA

Pembagian jurusan di SMA seringkali menjadi sumber polemik yang memicu kecemburuan sosial di kalangan siswa. Fenomena ini terjadi karena siswa jurusan IPA dianggap lebih unggul dan mendapatkan prioritas dari sekolah. 

Di zaman dulu, kondisi ini semakin diperparah oleh kebijakan pemerintah daerah yang memberikan bantuan hanya kepada siswa jurusan IPA, sementara siswa dari jurusan lain seperti IPS dan Bahasa tidak mendapat perhatian serupa. Ketimpangan ini menciptakan ketidakadilan yang terasa nyata di lingkungan sekolah.

Sekolah dan guru seringkali memberikan perhatian yang lebih kepada siswa jurusan IPA. Mereka dianggap memiliki potensi lebih tinggi dalam bidang akademik dan masa depan yang lebih cerah. 

Akibatnya, siswa dari jurusan lain merasa kurang dihargai. Kesenjangan ini tidak hanya mempengaruhi semangat belajar siswa, tetapi juga memicu rasa kecemburuan yang dapat berdampak negatif terhadap hubungan antarsiswa dan antara siswa dengan guru.

Penting untuk diingat bahwa kemampuan dan minat siswa memang berbeda-beda. Tidak lah semua siswa harus memilih jurusan IPA untuk meraih kesuksesan. Jurusan lain juga memiliki nilai dan peran penting dalam masyarakat. 

Namun, cara mengkotak-kotakkan siswa dan memberikan pelayanan yang kontras seperti ini jelas terasa janggal. Pendekatan ini justru dapat memperlebar jurang kecemburuan dan ketidakadilan di lingkungan pendidikan.

Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada perubahan paradigma dalam sistem pendidikan. Sekolah dan guru harus lebih inklusif dalam memberikan perhatian dan dukungan kepada semua siswa sesuai minat dan potensinya. 

Setiap jurusan atau bidang studi memiliki kebermanfaatan dan kontribusi yang berharga. Dengan memberikan kesempatan yang sama dan penghargaan yang setara, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih harmonis dan adil bagi semua siswa.

Ilustrasi pendampingan siswa untuk bakat, minat dan potensinya. (DOK. SEKOLAH PRIBADI via Kompas.com)
Ilustrasi pendampingan siswa untuk bakat, minat dan potensinya. (DOK. SEKOLAH PRIBADI via Kompas.com)

Menemukan Jati Diri: Tantangan Pemilihan Jurusan di SMA

Salah satu argumen kuat yang mendukung penghapusan penjurusan adalah kebutuhan untuk memberikan fleksibilitas lebih kepada siswa dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka. 

Selama ini, jurusan SMA seringkali dikaitkan dengan pilihan jurusan di perguruan tinggi. Misalnya, siswa IPA diharapkan melanjutkan ke jurusan-jurusan sains atau teknik, sedangkan siswa IPS cenderung memilih bidang sosial dan humaniora. 

Apakah benar bahwa penjurusan di SMA benar-benar mencerminkan minat dan potensi siswa secara akurat?

Masa SMA adalah periode krusial bagi anak-anak dalam mencari jati diri mereka. Namun, dalam perjalanan ini, mereka seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan. 

Dorongan pertemanan, perlakuan guru, dan terbatasnya pemahaman orangtua mengenai jenis-jenis jurusan di sekolah menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mereka. 

Akibatnya, pemilihan jurusan di SMA seringkali tidak sepenuhnya mencerminkan minat dan kemampuan siswa secara akurat.

Sebagai seorang yang mengalami serta mengamati langsung fenomena ini, saya menyaksikan banyak teman-teman saya yang akhirnya memilih jurusan kuliah yang tidak sinkron dengan jurusan mereka di SMA. 

Bahkan siswa jurusan IPA, yang sering dianggap memiliki jalur akademik yang lebih pasti, banyak yang akhirnya "melenceng" ke jurusan yang berhubungan dengan ilmu sosial, manajemen, atau bahkan pendidikan. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa minat dan bakat siswa tidak selalu sesuai dengan jurusan yang mereka pilih di SMA.

Hal ini menyoroti pentingnya pemahaman yang lebih mendalam tentang minat dan bakat siswa sejak dini. Memilih jurusan di SMA seharusnya bukan hanya tentang prestise atau tekanan sosial, tetapi tentang menemukan jalan yang paling sesuai dengan potensi individu. 

Sayangnya, banyak siswa yang belum memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang benar-benar mereka inginkan atau apa yang mereka kuasai, sehingga mereka cenderung mengikuti arus atau harapan orang lain.

Perspektif Orangtua dan Masyarakat tentang Dinamika Jurusan di SMA

Guru dan orangtua memainkan peran penting dalam proses ini. Mereka harus menjadi pemandu yang bijaksana dalam membantu siswa mengeksplorasi minat dan bakat mereka. 

Bimbingan yang tepat dapat membantu siswa membuat keputusan yang lebih bulat tentang jurusan yang mereka ambil, baik di SMA maupun di perguruan tinggi. Ini adalah proses yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan keterbukaan.

Selain itu, penting bagi sistem pendidikan untuk menyediakan informasi yang lebih komprehensif tentang berbagai jurusan dan karir yang terkait. Semisal seminar, program edukasi/sosialisasi, serta bimbingan konseling mengenai peluang karir dan jenis pekerjaan. 

Ini membantu siswa mengenal lebih banyak pilihan dan memahami implikasi dari setiap keputusan yang mereka buat. Dengan demikian, siswa dapat membuat pilihan yang lebih matang dan sesuai dengan potensi mereka.

Masa SMA seharusnya menjadi waktu yang menyenangkan dan penuh eksplorasi, bukan tekanan dan kebingungan. 

Dengan dukungan yang tepat dari guru, orangtua, dan sistem pendidikan, siswa dapat menemukan jati diri mereka dengan lebih baik dan membuat keputusan yang lebih tepat untuk masa depan mereka. 

Ini adalah bekal yang berharga untuk menciptakan generasi yang lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan dunia.

Dari perspektif orangtua, kebijakan ini dapat menimbulkan kekhawatiran terkait masa depan anak-anak mereka. Namun, dengan pemahaman yang tepat dan komunikasi yang baik antara sekolah dan orangtua, semoga kekhawatiran ini dapat diatasi. 

Masyarakat juga perlu memahami bahwa dunia pendidikan terus berkembang dan perubahan adalah bagian dari upaya-upaya yang dicita-citakan mampu meningkatkan kualitas pendidikan. 

Sosialisasi yang efektif dan transparansi dalam pelaksanaan kebijakan ini sangat penting untuk mendapatkan dukungan serta relevan bagi berbagai pihak.

Sejumlah siswa di lobi SMAN 35 Jakarta, Jakarta Pusat, saat jam pulang sekolah, Senin (5/12/2022). | KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN
Sejumlah siswa di lobi SMAN 35 Jakarta, Jakarta Pusat, saat jam pulang sekolah, Senin (5/12/2022). | KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Transformasi Penjurusan di SMA Saat Ini

Baru-baru ini, saya mendengar informasi dari rekan Kompasianer Pendidik (KomDik) maupun dari beberapa rekan guru yang mengajar di SMA bahwa pembagian jurusan itu masih tetap ada. 

Memang sudah tidak ada lagi penamaan jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Melainkan sekolah mengubah orientasi jurusan atau paket mata pelajaran menjadi Kesehatan, Engineering/Teknik, dan Ilmu Alam. 

Keputusan ini tentu menimbulkan berbagai reaksi. Ada beranggapan bahwa penghapusan jurusan tertentu dapat mengurangi keragaman dan pilihan bagi siswa. 

Jurusan di SMA tidak mungkin ditiadakan karena memiliki peran penting dalam membentuk pemikiran kritis, keterampilan analitis, dan kemampuan softskill siswa. 

Mungkin ada anggapan bahwa jurusan IPA lebih bergengsi dan menjanjikan prospek karir yang lebih cerah. Namun, pandangan ini sangat sempit dan tidak mencerminkan kenyataan yang lebih luas. 

Setiap bidang studi memiliki potensi dan kontribusi yang signifikan terhadap masyarakat. Ilmu sosial, bahasa, dan humaniora juga memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan keterampilan yang dibutuhkan dalam berbagai profesi dan kehidupan modern saat ini.

Langkah-langkah untuk mempertahankan keberagaman jurusan di SMA harus dilakukan dengan bijak. Sekolah dan pembuat kebijakan pendidikan perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang. 

Mempertahankan keberagaman jurusan dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih mata pelajaran yang mereka minati, agar tetap dapat membentuk generasi yang lebih kreatif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan. 

Wasana Kata

Pendidikan menjadi perjalanan yang memperkaya dan memberdayakan, bukan membatasi dan memaksakan.

Pendidikan seharusnya menjadi alat untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua siswa. Dengan menciptakan lingkungan yang adil, inklusif, dan membangun semangat kolaborasi. 

Ini adalah langkah penting menuju sistem pendidikan yang lebih berkeadilan dan memberikan kesempatan yang setara bagi setiap anak bangsa.

Berkomitmen untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik, dimana setiap siswa merasa dihargai dan didukung dalam meraih impian mereka. Hanya dengan begitu, kita bisa menciptakan generasi masa depan yang solid dan siap menghadapi tantangan zaman.

Penghapusan penjurusan di SMA hendaklah bukan hanya sekedar perubahan administratif, melainkan langkah menuju pendidikan yang lebih inklusif dan adaptif. 

Dengan memberikan kebebasan lebih kepada siswa untuk mengeksplorasi berbagai bidang ilmu, membuka peluang untuk menemukan passion dan potensi mereka secara lebih dinamis, fleksibel, dan siap menghadapi tantangan.

Mari kita bersama-sama mendorong perubahan positif dalam proses pemilihan jurusan di SMA. Dengan membekali diri melalui pemahaman mendalam serta memberikan dukungan yang tepat, dapat membantu setiap siswa menemukan jalur yang paling sesuai dengan potensi dan minat dalam ikhtiar menciptakan masa depan yang cerah dan terarah.

Semoga bermanfaat..
Literasi: 1, 2, 3, 4.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun