Di era digital, media sosial menjadi tempat curhat masyarakat mengenai berbagai hal, termasuk pengalaman buruk mereka dalam proses pembagian daging kurban. Banyak netizen yang berbagi cerita dan komentar tentang ketidaksesuaian yang mereka alami dan amati di kawasan tempat tinggalnya.Â
Salah satu masalah yang sering muncul adalah oknum yang menyembunyikan daging sebelum ditimbang dan dibagikan. Praktik ini jelas merugikan, karena membuat distribusi daging kurban menjadi tidak adil dan tidak transparan.
Selain itu, ada cerita tentang kebiasaan di beberapa kampung, dimana panitia seenaknya memutuskan warga yang dianggap mampu tidak layak mendapatkan daging kurban.Â
Kupon daging hanya diberikan kepada yang dianggap miskin, menyebabkan daging berlebih yang kemudian dikuasai oleh panitia atau pekerja yang memotong kurban. Ini tentu bertentangan dengan semangat kurban yang seharusnya menyentuh semua lapisan masyarakat tanpa diskriminasi.
Cerita lain yang muncul adalah pengurangan jumlah pembagian daging per orang. Taktik ini dilakukan agar ada lebih banyak daging yang bisa diambil oleh oknum-oknum tertentu. Akibatnya, ada saja yang membawa pulang daging dalam jumlah besar, bahkan menggunakan karung. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya pengawasan dan transparansi dalam proses pembagian daging kurban di beberapa tempat.
Ada pula kasus dimana warga atau pengurus menguasai daging sesuka hatinya. Baik warga biasa maupun pengurus terkadang tidak segan-segan mengambil lebih banyak dari yang seharusnya. Tindakan ini jelas mencederai semangat gotong royong dan keadilan dalam pembagian daging kurban, serta merugikan mereka yang lebih membutuhkan.Â
Ironisnya, ada juga cerita tentang warga yang tidak kebagian daging meski sudah memiliki kupon. Situasi ini terjadi karena daging sudah habis diserbu oleh warga lain yang mungkin tidak memiliki kupon atau mengambil lebih dari jatahnya.Â
Dalam hal ini, saya juga pernah mengalaminya, saya tak kebagian daging lagi padahal dapat kupon dari panitia. Hal ini mencerminkan kurangnya disiplin dan pengaturan yang baik dalam proses distribusi daging kurban.
Masalah-masalah ini menunjukkan bahwa masih banyak hal yang perlu diperbaiki dalam proses penyembelihan dan distribusi daging kurban. Edukasi tentang syariat kurban dan pentingnya keadilan dalam pembagian harus terus digalakkan.Â
Pengawasan yang ketat dan transparansi dalam setiap tahap proses kurban juga harus diperkuat. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa semangat gotong royong dalam Idul Adha benar-benar tercermin dalam praktik yang adil dan sesuai syariat.
Cara pembagian daging kurban menurut syariat