1. Masih terbatasnya kompetensi guru. Salah satu penyebab utama produktivitas palsu pada guru adalah kurangnya kompetensi yang memadai. Meskipun memiliki tanggung jawab yang besar dalam membentuk generasi mendatang, tidak semua guru memiliki pelatihan dan pengetahuan yang cukup dalam strategi pengajaran, pengelolaan kelas, atau pemahaman terhadap perkembangan anak atau profil siswa.Â
2. Pengkotak-kotakan status kepegawaian guru. Sistem kepegawaian yang kaku dan timpangnya jumlah guru ASN dan guru honorer juga dapat menyebabkan produktivitas palsu. Birokrasi yang rumit dan prosedur rekrutmen guru seringkali malah membebani guru dengan tugas-tugas yang tidak langsung berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran. Jumlah tugasnya sama, tapi setelah betahun-tahun lamanya tetap belum juga menjadi ASN.
3. Gaji yang tidak memadai. Penerimaan gaji yang tidak memadai atau tidak sebanding dengan tanggung jawab dan beban kerja yang dimiliki oleh guru juga dapat menjadi penyebab produktivitas palsu. Ketidakpuasan guru pada level finansial dapat mengarah pada kurangnya motivasi untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan atau tugas profesi guru.Â
4. Padatnya jadwal mengajar dan beban administrasi. Guru sering menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara jam mengajar di kelas dan tugas administrasi di luar jadwal pelajaran. Padatnya jadwal mengajar seringkali membuat guru merasa terburu-buru dan terpaksa untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif dengan cepat, tanpa memberikan perhatian yang cukup pada kualitas pekerjaan yang dihasilkan. Misalnya, RPP/Modul Ajar yang asal jadi.
Apa saja dampak fake productivity pada guru?
Dari berbagai penyebab diatas, fake productivity memang dapat menimbulkan dampak yang buruk untuk seorang guru atau pendidik.
Guru tersebut mungkin cenderung terlibat dalam aktivitas yang tidak produktif atau tidak relevan untuk meningkatkan pembelajaran siswa.
Dan mereka mungkin terjebak dalam rutinitas produktivitas palsu dimana terlihat sibuk lebih diutamakan daripada efektivitas dalam mencapai tujuan pendidikan.
Mereka mungkin terpaksa menghabiskan waktu berharga mereka untuk mengurus administrasi daripada fokus pada pengembangan materi pembelajaran atau memberikan bimbingan kepada siswa.
Pada akhirnya, guru tersebut mungkin tergoda untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang dari segi tampilan memang terlihat produktif tetapi sebenarnya ternyata tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap apapun itu.
Akibatnya, bisa saja masalah kesehatan mental dan fisik dapat muncul dalam jangka panjang.