Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Melihat Seragam Sekolah dan Wajah Pendidikan Kita

1 Mei 2024   07:50 Diperbarui: 2 Mei 2024   12:20 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rincian harga pembelian kain seragam di salah satu SMAN Tulungagung Jawa Timur. (SLAMET WIDODO/Kompas.com)

Misalnya fenomena sekolah swasta yang membebaskan aturan seragam menarik perhatian tersendiri. Beberapa institusi pendidikan memilih membiarkan siswa memilih pakaian sesuai keinginan mereka. Meskipun demikian, hal ini tampaknya tidak menimbulkan masalah berarti. Fokus lebih dititikberatkan pada prestasi dan karakter siswa sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing.

Namun, apakah kita pernah membayangkan bagaimana masalah seragam sekolah ini terjadi di sekolah-sekolah di daerah pelosok? 

Siswa-siswa di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) mungkin menghadapi tantangan yang berbeda. 

Seragam nasional menjadi barang mewah, dan seringkali mereka hanya bisa mengenakan pakaian apa pun yang ada. Namun, semangat mereka untuk mengejar pendidikan tetap membara, menyentuh hati kita.

Di balik ragam persoalan dalam aturan seragam sekolah, cerita fakta dari daerah pelosok ini mengingatkan kita pada esensi pendidikan, yakni semangat dan tekad untuk belajar. 

Meskipun terbatas oleh situasi ekonomi dan infrastruktur yang mungkin kurang mendukung, siswa-siswa di daerah 3T tetap gigih mengejar impian mereka. 

Semangat ini seharusnya menjadi inspirasi bagi kita semua, bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap individu, tidak peduli dari mana asal dan latar belakangnya.

Saat seragam sekolah yang akhirnya dicorat-coret saat siswa lulus. Jangan sampai terus terjadi. (KOMPAS.COM/SYARIFUDIN)
Saat seragam sekolah yang akhirnya dicorat-coret saat siswa lulus. Jangan sampai terus terjadi. (KOMPAS.COM/SYARIFUDIN)

Merawat seragam sekolah dalam semangat berkelanjutan

Ketika isu seragam sekolah menjadi sorotan, perdebatan pun meluas ke berbagai arah. Dari penekanan atas nilai-nilai kesetaraan hingga penerimaan atas keberagaman ekspresi diri siswa, semuanya turut menjadi bagian dari wacana yang berkembang. 

Penting bagi kita untuk tidak hanya melihat seragam sekolah sebagai kain yang dikenakan, tetapi juga sebagai simbol yang memperjuangkan nilai-nilai penting dalam masyarakat pendidikan kita.

Namun, di sisi lain, ada tradisi yang menyedihkan dalam budaya sekolah, yaitu tradisi corat-coret seragam sekolah di hari pengumuman kelulusan. Betapa mirisnya rasanya melihat seragam yang seharusnya dihargai harus dicoret-coret begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun