Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Konsekuensi Guru Membawa Anak ke Sekolah

27 Februari 2024   06:03 Diperbarui: 28 Februari 2024   14:40 2843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika anak berada di ruang majelis guru. (foto Akbar Pitopang)

Guru harus peka dengan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi murid saat belajar di kelas.

Dengan melakukan persiapan dan pencegahan, maka guru dapat meminimalisir potensi gangguan terhadap proses belajar mengajar.

5. Mengawasi interaksi anak dengan warga sekolah secara bijaksana 

Melengkapi anak dengan barang-barang yang disukainya, seperti mainan, alat tulis, atau buku bacaan, dapat membantu menghibur dan menyeimbangkan perhatian anak. Sehingga tidak mendorong anak untuk mengganggu murid yang sedang belajar di kelas.

Penting untuk memberikan batasan yang jelas terkait interaksi anak dengan murid lainnya. Misalnya hanya akan mengizinkannya bergabung dalam kegiatan tertentu seperti senam, kegiatan olahraga, atau aktivitas yang dilakukan di luar kelas atau halaman sekolah.

***

Dengan langkah-langkah pertimbangan yang matang, guru dapat memastikan bahwa keputusan membawa anak ke sekolah diambil dengan bijak dan sesuai dengan konteks yang ada. 

Keseluruhan kajian berdasarkan pengalaman ini memberikan keyakinan bahwa semua aspek telah dipertimbangkan dengan matang. Dan dengan demikian, segalanya akan berjalan dengan baik.

Semoga dapat menjadi gambaran bagi rekan guru yang nantinya harus berada dalam situasi yang cukup dilematis seperti ini..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun