Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Alih-alih Menjaga Reputasi, Sekolah Harus Terbuka Menuntaskan Dugaan Perundungan Siswa

29 Januari 2024   16:27 Diperbarui: 20 Februari 2024   18:18 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Seorang anak dibonceng ibunya melintasi mural bertema hentikan perundungan di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara. (Agus Susanto/Kompas)

Dalam situasi sulit seperti ini, bila sekolah dengan berani menghadapi kenyataan dan bertindak dengan tegas, maka sekolah dapat membangun kembali kepercayaan masyarakat dan menjaga reputasinya sebagai lembaga pendidikan yang peduli dan bertanggung jawab.

ilustrasi. (dari Kompas.id)
ilustrasi. (dari Kompas.id)

"Stop perundungan", jangan hanya jadi slogan sekolah!

Nah, akan tetapi saya heran mengapa banyak sekolah memilih sikap "pura-pura tidak tahu" apabila tengah berhadapan dengan sebuah masalah yang menyangkut reputasi nama baik sekolah tersebut. 

Dalam beberapa kasus, pihak sekolah mungkin mengadopsi sikap "pura-pura tidak tahu" karena mereka merasa terjebak dalam dilema antara mengungkap kebenaran dan menjaga reputasi. 

Sekolah, terutama yang swasta, memiliki kepentingan besar dalam menjaga citra positif mereka sebagai lembaga pendidikan berkualitas. 

Pemberitaan negatif dapat berdampak pada pendaftaran siswa baru, dukungan finansial, dan bahkan eksistensi lembaga tersebut. 

Dalam upaya untuk melindungi diri, sekolah mungkin memilih untuk merahasiakan atau meminimalisir dampak masalah yang terjadi.

Selain itu, mungkin ada kekhawatiran bahwa jika masalah tersebut terkuak ke hadapan publik maka dapat memicu reaksi beragam dari masyarakat, termasuk orangtua murid, alumni, dan apalagi para netizen. 

Dalam beberapa kasus, ini bisa berujung pada aksi boikot, tuntutan hukum, dan atau penurunan reputasi secara signifikan. 

Oleh karena itu, sekolah mungkin berusaha mengendalikan situasi melalui "jalan rahasia" dengan cara menyembunyikan informasi yang tersedia dan mencari penyelesaian supaya ada kesepakatan "damai".

Meskipun kita memahami seperti ada tekanan yang dihadapi oleh sekolah, akan tetapi transparansi dan akuntabilitas tetap menjadi nilai penting dalam bidang pendidikan. 

Padahal dalam kasus-kasus tertentu, kerjasama antara sekolah dan orangtua murid dalam menyelesaikan masalah secara internal dapat menjadi solusi yang lebih baik daripada sekolah mencoba menyembunyikannya begitu saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun