Kehidupan seorang guru ASN di Indonesia tidak selalu indah seperti yang terlihat. Banyak guru ASN yang terjebak dalam masalah finansial pada ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, terutama hunian tempat tinggal milik pribadi.
Seiring dengan tuntutan hidup yang semakin meningkat, gaji atau penghasilan seorang guru seringkali hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari yang harganya terus melambung tinggi.Â
Sayangnya, kebutuhan dasar seperti papan (rumah atau kediaman tempat tinggal) menjadi tantangan besar untuk direalisasikan.Â
Sebagai solusi, banyak guru ASN yang memilih "jalan ninja" dengan mengambil pinjaman kredit dari pihak bank atau lembaga keuangan.
Pilihan meminjam dana berarti menanggung beban hutang yang mungkin berlangsung hingga pensiun.Â
Ini merupakan tantangan bagi guru yang meskipun penuh dedikasi dalam mendidik, tapi juga harus menyelesaikan masalah keuangan mereka sendiri.
Dalam hal ini perlunya perhatian lebih dari pemerintah dan lembaga terkait terhadap kesejahteraan guru menjadi semakin penting.Â
Mungkin lewat peningkatan gaji, memberikan tunjangan perumahan, atau menciptakan program bantuan khusus untuk guru, bisa menjadi langkah-langkah konkret yang membantu guru memenuhi kebutuhan dasar.Â
Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah, ada kebutuhan lainnya seperti biaya pendidikan, atau pemenuhan urusan mendadak, yang ternyata juga memerlukan dana yang besar tak tetap tidak bisa di-handle hanya dengan gaji bulanan.
Ini mencerminkan kesulitan dan keterbatasan finansial memaksa guru untuk mencari solusi di luar gaji rutin mereka.
Dilema "top up hutang" yang tak kunjung usai
Kisah guru PNS yang masih memiliki hutang di bank meski sudah memasuki masa pensiun, adalah cerita yang kerap terjadi di kalangan pendidik.Â
Melalui pengalaman pribadi sebagai seorang guru, saya pun menyadari bahwa keterbatasan finansial di kalangan guru bukan lah sekedar mitos.