Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Profil Pelajar Pancasila pada Proses Penilaian Hasil Belajar Siswa?

11 Desember 2023   11:50 Diperbarui: 5 Januari 2024   10:58 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajarkan anak agar tidak menyontek dan hargai proses belajar penting dilakukan sejak dini.(Freepik/mixzer via Kompas.com)

Oleh karena itu, orangtua dapat memberikan dukungan lebih baik dengan mengajarkan anak untuk menghargai proses belajar dan menerima hasilnya dengan lapang dada.

Pemahaman yang keliru tentang orientasi nilai akhir menjadikan para orangtua memiliki ambisi agar anaknya mendapatkan nilai yang bagus. Sehingga orangtua hanya memberikan tekanan yang akan mempengaruhi kesehatan akal dan kesehatan mental anaknya.

Orangtua wajib mengingatkan anak bahwa menyontek bukanlah jalan yang benar untuk mencapai keberhasilan. Lebih baik menerima nilai yang diperoleh dengan kejujuran daripada mencapai nilai tinggi dengan cara yang tidak benar. 

Orangtua dapat menjadi panutan dan motivator dalam memberikan contoh dan mendukung anak untuk memperbaiki gaya belajar agar dapat meraih prestasi lebih baik kedepannya.

Pesan kepada orangtua adalah untuk mengajarkan anak-anak mereka untuk tidak mengandalkan cara-cara curang dalam meraih prestasi akademis. Menyadari bahwa nilai bukanlah segalanya.

Dalam pertemuan dengan siswa, pesan sederhana namun berharga seringkali saya menyampaikan ungkapan, "untuk apa nilai 100 tapi mencontek dan tak jujur? Lebih baik nilai 100 tapi dengan penuh kejujuran".

Dan saya yakin rekan-rekan guru pasti sepakat akan hal itu. Untuk itu, orangtua harus memahami orientasi yang harus dipilih, berorientasi pada proses adalah sesuatu yang baik.

Anak-anak kita perlu memahami bahwa kejujuran dan integritas merupakan aspek krusial dalam membentuk karakter dan kepercayaan diri yang mulia.

Melalui kolaborasi antara upaya guru di sekolah dan dukungan orangtua di rumah, semoga kita dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga di-branding dengan integritas yang tinggi. 

Harapannya, semoga kita dapat berkontribusi membangun fondasi yang kuat bagi masyarakat yang bersih dari korupsi, yang memiliki rasa tanggung jawab dan moral, serta mampu meraih keberhasilan dengan cara yang benar dan jujur.

Dengan tidak menyontek, siswa bisa belajar mengamalkan sebuah cara terpuji untuk mengasah karakter integritas demi mewujudkan kesadaran anti korupsi yang dibangun sejak dini.. Aamiin dan insya Allah..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun