Dengan menunjukkan keteladanan dan mendorong kejujuran sejak dini, guru memberikan dasar yang kokoh untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran tanpa mengorbankan nilai-nilai positif.
Membiarkan siswa terbiasa mencontek untuk memperoleh nilai bagus bukanlah sekadar masalah akademis, tetapi juga menyemai benih korupsi yang dimulai dalam budaya sekolah.Â
Guru memiliki kesempatan untuk membentuk budaya yang berfokus pada prestasi yang diperoleh melalui upaya dan kejujuran.Â
Membentuk dan mempersiapkan karakter generasi penerus ini untuk menghadapi tantangan dunia nyata yang bersih dari korupsi harus menjadi prioritas bersama kita.
Guru bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan (knowledge), tetapi juga tentang membentuk karakter dan moralitas.Â
Dengan demikian, sekolah tidak hanya memberikan pendidikan berkualitas, tetapi juga mendidik generasi yang tumbuh dengan kesadaran bahwa kejujuran adalah pondasi utama bagi kemajuan tanpa cela korupsi.
Dukungan Orangtua: orientasi pada proses bukan hasil akhir
Selain peran krusial guru dalam pembentukan karakter anak, orangtua dan keluarga juga memiliki peran tak kalah penting dalam mendukung penanaman nilai-nilai kejujuran dalam proses belajar dan transformasi karakter siswa sesuai Profil Pelajar Pancasila.
Orangtua bukan hanya figur penting dalam kehidupan sehari-hari anak, tetapi juga memiliki pengaruh besar terhadap bagaimana anak memahami arti sebenarnya dari nilai-nilai moral, seperti kejujuran.
Diperlukan upaya edukasi bagi orangtua, dimana mereka perlu menyadari bahwa penilaian hasil belajar tidak semata-mata hanya tentang memperoleh nilai tinggi.Â
Guru memiliki pemahaman mendalam terhadap proses belajar siswa, termasuk kemampuan dan upaya yang anak didiknya lakukan. Apalagi di era Kurikulum Merdeka, dimana KKTP (dulu KKM di Kurikulum 2013) sudah disesuaikan dengan kemampuan dan profil siswa.