Selama periode pembelajaran jarak jauh semasa pandemi, banyak orangtua dengan niat baik membelikan anak-anak mereka smartphone sebagai alat bantu untuk menunjang proses pembelajaran dari rumah.Â
Seiring berakhirnya masa pembelajaran jarak jauh karena telah memasuki situasi new normal, pemberian smartphone kepada anak-anak telah menimbulkan sejumlah tantangan serius.Â
Para orangtua terjebak dalam kesibukan dan rutinitas pekerjaan terkadang kurang memperhatikan bagaimana anak-anak mereka menggunakan smartphone tersebut.Â
Hal ini menjadi celah dimana anak-anak dapat menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepada mereka.Â
Faktanya, tak sedikit kasus menunjukkan bahwa anak-anak bahkan yang masih duduk di bangku SD, telah mengeksplorasi konten yang seharusnya tidak mereka akses termasuk konten berbahaya seperti video porno.
Ada pula kita mengetahui kasus bullying atau kekerasan oleh anak, dimana aksi tidak terpuji tersebut direkam dan disebarluaskan oleh mereka ke internet atau platform media sosial.
Kenyataannya, perkembangan teknologi dan kemudakan akses gadget memberikan cara yang lebih mudah kepada anak-anak untuk terpapar konten-konten yang seharusnya tidak mereka lihat.Â
Meskipun demikian, banyak orangtua tidak memiliki kapasitas atau pengetahuan yang memadai dalam mengintervensi masalah ini.Â
Ketika kecerobohan orangtua diabaikan, risiko kehancuran masa depan generasi muda menjadi semakin nyata dan bisa saja tak terelakkan.
Jika kecerobohan berupa kesadaran dan perhatian orangtua terhadap hal ini terus diabaikan, bukan tidak mungkin generasi muda akan terus terpapar pada konten yang tidak sesuai dengan perkembangan mereka.Â
Oleh karena itu, pendekatan yang bijak dan proaktif dalam mengelola penggunaan smartphone oleh anak-anak pasca pandemi menjadi krusial.