Dengan menjalankan pemberian hukuman dengan cara yang humanis dan mengedepankan pendekatan yang memanusiakan siswa, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif, mendukung perkembangan pribadi siswa, dan membantu siswa memahami nilai-nilai dan norma-norma yang baik dalam masyarakat.
Serta pentingnya memberikan pemahaman kepada siswa mengapa perilaku mereka dianggap salah dan bagaimana mereka dapat memperbaikinya. Ini membantu siswa untuk belajar dari kesalahan mereka.
4. Gengsi meminta maaf mengabaikan pentingnya validasi emosi siswa
No body is perfect! Bahwa tidak ada seorang pun manusia yang sempurna di dunia ini. Menggarisbawahi pentingnya pemahaman tentang ketidaksempurnaan manusia, termasuk guru, dalam proses pembelajaran.Â
Memang benar bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan semua orang pasti pernah melakukan kesalahan atau kekeliruan, termasuk guru.Â
Namun, bagaimana guru menangani kesalahan mereka dan berinteraksi dengan siswa setelahnya dapat memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan belajar.
Penting untuk memahami bahwa guru yang bijaksana adalah guru yang tidak hanya mengakui kesalahan mereka, tetapi juga bersedia untuk memperbaikinya.Â
Guru meminta maaf kepada siswa ketika guru melakukan kesalahan yang dapat memengaruhi siswa. Meminta maaf dengan tulus sepenuh hati adalah tanda kedewasaan dan integritas yang dimiliki guru.
Selain itu, validasi terhadap perasaan siswa sangat penting. Supaya siswa merasa bahwa perasaan mereka dihargai, mendengarkan siswa dengan empati, serta membantu siswa merasa didengar dan dipahami.
Oleh sebab itu, guru jangan gengsi meminta maaf dan memvalidasi perasaan siswa. guru juga dapat menggunakan kesalahan sebagai peluang untuk mengajarkan pentingnya belajar dari kesalahan.
5. Guru arogan, siswa jadi pendendam
Selain ada guru yang gengsi untuk mengakui kesalahan dan gengsi untuk meminta maaf, ternyata ada juga guru suka bersikap arogan di lingkungan sekolah.Â
Sikap arogan atau kasar dari seorang guru dapat memiliki dampak yang sangat negatif pada siswa. Sikap ini tidak hanya dapat menciptakan ketegangan dalam lingkungan sekolah, tetapi juga dapat merangsang rasa dendam pada siswa, yang kemudian dapat berdampak buruk pada semua pihak lainnya.