Dalam dunia pendidikan Indonesia, kita saat ini dihadapkan pada darurat kekerasan yang memerlukan perhatian serius dan kepedulian bersama.
Fenomena kekerasan oleh siswa, termasuk bullying dan tindakan kriminalitas, bahkan potensi tindakan pidana yang semakin sering dilakukan oleh siswa, telah menjadi perhatian utama.
Untuk mengurai akar permasalahan ini, kita perlu memahami bahwa perilaku anak-anak tidak muncul begitu saja. Salah satu aspek penting yang telah kita bahas adalah peran orangtua.
Terkadang, tanpa disadari, orangtua dapat secara tidak langsung mendorong anak-anak menjadi pelaku kekerasan dengan pola asuh yang kurang mendukung perkembangan emosi dan sosial mereka.
Orangtua pada posisi ini seolah sedang menciptakan "monster" dalam diri anak, yang kemudian dapat muncul dalam bentuk sikap agresif atau tak terkontrol yang akan terjadi di kemudian hari.
Sementara itu, peran guru dan sekolah juga memiliki dampak signifikan dalam mengatasi masalah kekerasan ini.
Guru harus menanamkan kepada siswa untuk memiliki kontrol diri yang kuat agar tidak menjadi pelaku kekerasan. Mereka juga perlu menjaga diri sebagai benteng dari potensi menjadi korban kekerasan oleh temannya. Juga, yang tak kalah penting adalah bagaimana siswa mampu merespons situasi ini di sekitar mereka.
Sikap respon sosial yang tepat saat melihat indikasi kekerasan di sekitar siswa sangat penting. Sebagai upaya mendeteksi dan menangani tindakan kekerasan sejak dini. serta memberikan pemahaman dan mendampingi siswa tentang konsekuensi dari tindakan mereka bila mengarah kepada kekerasan.
Dalam menghadapi darurat kekerasan di dunia pendidikan, kolaborasi antara orangtua, guru, dan sekolah menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung upaya penghentian kasus kekerasan oleh siswa.
Berhubungan dengan hal itu, sekarang kita perlu membahas lebih dalam bahwa ternyata tanpa disadari pula ada beberapa sikap atau perlakuan guru ke siswa yang bisa menumbuhkan benih-benih kekerasan dalam diri siswa.
Hal ini jelas saja bahwa kebanyakan guru mungkin tidak menyadarinya sehingga perlakuan tersebut bisa dianggap biasa saja oleh guru, namun sebenarnya itu sebuah bom yang akan meledak suatu saat nanti.