Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tantangan Terberat Mendidik di Era Disrupsi dalam Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW 2023

28 September 2023   00:31 Diperbarui: 28 September 2023   23:31 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya pembentukan karakter peserta didik, menjadi tantangan bagi guru di era disrupsi seperti saat ini. (foto Akbar Pitopang)

Kehidupan di dunia saat ini semakin kompleks, dipenuhi berbagai peluang dan tantangan yang menuntut kita untuk menjadi insan yang tangguh dan dapat diandalkan. 

Bagi generasi muda, menghadapi ekspektasi yang tinggi memerlukan bekal yang kuat agar dapat bertahan dan berjaya dalam era dinamis ini. 

Sebagai pilar utama dalam proses pembentukan generasi andal, peran guru menjadi sangat penting dan tak tergantikan.

Tidak hanya sebatas menjadi pemberi pengetahuan, guru juga bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai dan keterampilan yang mendukung perkembangan kepribadian, hubungan sosial, dan spiritual anak didiknya. 

Dalam suasana persaingan yang ketat, keberhasilan generasi mendatang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, tetapi juga oleh kemampuan untuk beradaptasi, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan baik.

Dalam upaya membentuk generasi unggul, guru harus mampu menjadi pendamping yang bijaksana dan inspiratif. 

Guru harus mampu merangkul keunikan setiap anak didiknya, membantu mereka menemukan potensi terbaik yang dimiliki, dan memberikan panduan yang mendorong eksplorasi diri. 

Dengan demikian, proses belajar mengajar akan menjadi lebih efektif dan bermakna, mengantarkan generasi muda menuju kesuksesan yang dinanti.

Selain mengajarkan ilmu pengetahuan, guru juga berperan dalam membentuk moral dan etika yang kuat. 

Nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, dan empati harus diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran sehingga para generasi muda dapat tumbuh menjadi pribadi yang berintegritas dan peduli terhadap lingkungan sekitar. 

Dengan begitu, anak didik tidak hanya menjadi sukses secara individu, tetapi juga berkontribusi positif bagi masyarakat dan dunia secara luas.

Dalam era digital dan globalisasi, kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi dan memahami perbedaan budaya menjadi semakin penting. 

Guru harus memainkan peran sebagai fasilitator untuk memperkenalkan teknologi yang bermanfaat dalam pembelajaran, sekaligus membantu para siswa memahami dan menghormati keragaman budaya di dunia ini. 

Dengan membekali mereka dengan keterampilan ini, generasi muda akan siap menghadapi dunia yang semakin terhubung dan kompleks. Namun, upaya membentuk generasi unggul tidak akan berhasil tanpa adanya kerja sama dari semua pihak. 

Dukungan dan sinergi dari berbagai elemen ini akan memastikan generasi mendatang memiliki fondasi yang kuat untuk menghadapi beragam perubahan dan tantangan yang akan datang.

Menghadapi dunia yang kompleks dengan berbagai peluang dan tantangan, generasi muda membutuhkan bekal yang komprehensif dan mendalam. 

Peran guru sebagai pilar utama dalam membentuk generasi andal sangatlah krusial. Guru tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga pendamping, inspirator, dan pemimpin yang bijaksana. 

Dengan mengajarkan ilmu pengetahuan sekaligus nilai-nilai moral, keterampilan sosial, dan penghargaan terhadap keberagaman, guru membantu menciptakan generasi unggul yang siap menghadapi masa depan dengan percaya diri dan kematangan batin. 

Apakah upaya tersebut mudah saja diwujudkan sebagaimana membalikkan telapak tangan? Tentu saja tidak!

Saya memandang bahwa ada dua hal mendasar yang harus dikelola demi mewujudkan generasi yang tidak hanya unggul dalam kecerdasan akal, namun juga unggul dalam kepekaan perasaan dan spiritual agar tidak asal-asalan dalam hidup dan berkehidupan.

Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW untuk belajar tentang akhlak mulia dan pendidikan karakter bagi generasi. (foto Akbar Pitopang)
Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW untuk belajar tentang akhlak mulia dan pendidikan karakter bagi generasi. (foto Akbar Pitopang)

#1 Penanaman nilai spiritual dan religiositas

Guru agama, seperti guru Pendidikan Agama Islam (PAI), menghadapi tantangan besar dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan yang dibawa oleh ajaran agama. 

Agama mengandung kebenaran yang dianggap mutlak karena berasal dari Allah SWT, sehingga menjadikan pemahaman tentang ajaran agama sebagai salah satu aspek penting dalam membentuk kesadaran insani secara spiritual. 

Namun, di tengah kemajuan dunia yang semakin canggih, tantangan baru muncul, terutama dengan maraknya era konten digital dan media sosial yang mudah "lost control".

Kehadiran dunia digital dan media sosial dapat menjadi hambatan besar dalam proses penanaman nilai-nilai agama. 

Informasi dan konten yang beragam dengan berbagai sudut pandang sering kali membingungkan dan menyulitkan para generasi muda untuk memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan baik. 

Tidak jarang pula, mereka terpapar konten negatif yang dapat merusak keyakinan dan nilai-nilai spiritual yang telah ditanamkan oleh guru agama. 

Oleh karena itu, peran guru agama menjadi semakin penting dalam membentengi anak didik dari hal-hal yang dapat menggoyahkan keyakinan mereka.

Guru agama memiliki tugas yang berat untuk membimbing dan mengajar para siswa dengan cara yang tepat dan relevan sesuai kondisi zaman. 

Pendekatan yang kreatif dan interaktif perlu diterapkan agar ajaran agama tidak hanya dianggap sebagai kumpulan aturan, tetapi juga sebagai nilai-nilai yang hidup dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Melalui pendekatan ini, guru agama dapat membantu para siswa untuk memahami esensi agama dengan lebih dalam, sehingga keyakinan spiritual mereka menjadi kokoh dan tumbuh dengan baik.

Menghadapi tantangan kompleks di era digital, banyak anak-anak dan remaja mengalami tekanan dari lingkungan sekitar dan media sosial, yang dapat mempengaruhi pandangan mereka tentang agama dan moralitas. 

Guru agama harus menjadi sosok yang dapat diandalkan dan menjadi tempat curhat yang aman bagi para siswa, sehingga mereka merasa didukung dan tidak terjebak dalam pergaulan yang merugikan.

Tidak hanya itu, pendekatan yang mengedepankan kasih sayang dan empati juga perlu diintegrasikan dalam proses pengajaran. 

Dengan cara guru agama membantu para siswa memahami bahwa agama bukanlah tentang kekerasan atau ketakutan, melainkan tentang cinta kasih dan perdamaian. 

Tak dapat disangkal bahwa peran guru agama dalam membentuk generasi muda yang berkualitas sangatlah penting. 

Guru agama bersama para majelis guru harus menjadi garda terdepan dalam melawan dampak negatif dari era digital dan media sosial yang dapat merusak nilai-nilai agama. 

Supaya generasi muda akan menjadi penerus yang tangguh, berakhlak mulia, dan mampu menciptakan dunia yang lebih baik dengan penuh kasih.

Membentuk anak didik menjadi manusia yang unggul dan berkarakter. (koleksi Akbar Pitopang)
Membentuk anak didik menjadi manusia yang unggul dan berkarakter. (koleksi Akbar Pitopang)

#2 Pembentukan karakter berakhlak mulia

Menghadapi era disrupsi yang penuh dengan tantangan, proses pembentukan karakter atau generasi berakhlak mulia menjadi sangat krusial. 

Sejalan dengan peran agama sebagai tameng dan kontrol terhadap tindak-tanduk individu, kurikulum operasional pada satuan pendidikan perlu menjadi sarana yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada anak didik. 

Dalam hal ini, hadirnya Kurikulum Merdeka dengan pendekatan Profil Pelajar Pancasila membawa harapan besar untuk menciptakan generasi yang berkarakter kuat dan berbudi pekerti mulia.

Di tengah revolusi teknologi dan informasi yang terus berkembang pesat, nilai-nilai kemanusiaan dan keberadaban sering kali terabaikan. 

Implementasi Kurikulum Merdeka tidak boleh dianggap remeh. Dibutuhkan pengawasan dan perencanaan yang bijaksana untuk memastikan keberhasilannya dalam membentuk karakter anak didik. 

Pendidikan karakter harus mampu mengantisipasi dampak negatif dari teknologi dan kehidupan sosial yang semakin kompleks.

Untuk mewujudkan visi bersama: generasi yang mampu menghadapi perubahan dengan integritas, kesadaran sosial, dan semangat kebangsaan yang tinggi. 

Dengan begitu, kita dapat mempersiapkan generasi penerus yang siap menghadapi dunia yang semakin kompleks dengan penuh keyakinan dan optimisme.

P5 dan pembentukan karakter anak di era modern sangat membutuhkan perhatian dan dukungan orangtua. (foto Akbar Pitopang)
P5 dan pembentukan karakter anak di era modern sangat membutuhkan perhatian dan dukungan orangtua. (foto Akbar Pitopang)

Mampukah guru menghadapi tantangan itu seorang diri?

Menghadapi tantangan pembentukan karakter yang kompleks, tidak dapat dipungkiri bahwa peran semua pihak, terutama orangtua dan keluarga, sangatlah penting. 

Orangtua adalah pilar utama dalam membentuk generasi yang berakhlak, bermoral, dan beretika. 

Orangtua juga memiliki peran sentral dalam memberikan contoh, mendidik, dan memberikan dukungan yang berarti bagi perkembangan karakter anak-anak.

Orangtua adalah figur pertama yang hadir dalam kehidupan anak. Dari orangtua lah, anak-anak belajar tentang nilai-nilai, norma-norma sosial, dan moralitas. 

Oleh karena itu, orangtua harus menjadi teladan yang baik dalam perilaku dan tindakan sehari-hari. 

Orangtua perlu menunjukkan integritas, empati, dan ketulusan dalam bertindak agar anak-anak dapat meniru sikap-sikap positif tersebut.

Selain menjadi teladan, orangtua juga harus aktif dalam mendidik anak-anaknya sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan dan ketulusan guru. 

Orangtua mesti menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anak, mendengarkan perasaan mereka, dan memberikan arahan yang tepat. 

Dalam era disrupsi seperti saat ini, orangtua juga perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengaruh teknologi dan media sosial terhadap anak-anak. 

Orangtua harus aktif dalam mengawasi dan membimbing penggunaan teknologi oleh anak-anak agar tidak terjerumus dalam konten yang negatif atau merusak karakter mereka. 

Edukasi tentang literasi digital dan etika digital juga sangat penting ditanamkan oleh orangtua sebagai upaya melindungi anak-anak dari dampak negatif teknologi.

Komitmen dan kerjasama antara orangtua dan sekolah/guru jelas menjadi kunci dalam membentuk karakter generasi muda. 

Orangtua perlu terlibat dalam proses pendidikan di sekolah, berdiskusi dengan guru tentang perkembangan anak-anak, dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan pembentukan karakter pada anak. 

Dengan saling mendukung, orangtua dan guru dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang holistik dan berdaya guna bagi perkembangan karakter anak-anak.

Dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, kita dapat mempersiapkan generasi penerus yang siap menghadapi dunia dengan kepribadian yang kokoh dan berlandaskan nilai-nilai luhur.

Refleksi akhlak Nabi Muhammad SAW untuk karakter generasi masa kini

Sehubungan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1445 Hijriyah ini maka hendaknya dapat kita jadikan refleksi untuk merenungkan bagaimana menjadikan sosok Rasulullah sebagai panutan dan suri teladan dalam membentuk karakter generasi masa kini. 

Nabi Muhammad SAW terlahir ke dunia untuk mengembalikan fitrah manusia kepada akhlak yang mulia. 

Karakter Rasulullah SAW yang luar biasa dapat menginspirasi dan memberikan pedoman bagi kita semua dalam kehidupan dunia yang terus berjalan cepat seperti saat ini.

Karakter atau sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang masih relevan dengan perkembangan zaman serta bisa kita tumbuhkan dalam diri generasi kita di masa kini.

Salah satu sifat Nabi yang sangat relevan adalah kejujuran. Nabi Muhammad memperoleh gelar "Al-Amin" –yang diberikan oleh masyarakat Mekkah kala itu yang masih menganut berbagai agama serta kepercayaan nenek moyangnya– yang berarti "orang yang terpercaya." 

Kejujuran adalah landasan utama dalam membentuk karakter yang unggul dan dapat diandalkan. Di era di mana berita atau konten-konten hoaks semakin merajalela, mengajarkan kepada generasi muda tentang pentingnya kejujuran adalah suatu keharusan.

Integritas adalah sifat lain yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW, yang mesti diamalkan dalam segala aspek kehidupan, dari bisnis hingga kehidupan pribadi. Menanamkan integritas kepada generasi muda akan membantu mereka menjadi individu yang dapat dipercaya dan memiliki nilai-nilai moral.

Rasa kasih sayang dan kepedulian juga merupakan sifat-sifat yang sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau selalu bersikap penyayang terhadap anak-anak, orang miskin, dan orang-orang yang membutuhkan, serta kepada semua manusia tanpa pandang bulu. 

Dalam dunia yang semakin keras dan individualistik, mengajarkan kepada generasi muda untuk menjadi penyayang dan peduli terhadap sesama adalah sangat begitu sangat penting. terlebih saat ini Indonesia sudah mengalami darurat bullying dan kekerasan oleh siswa atau generasi muda.

Sudah betapa sering kita menyimak berita tentang kasus kekerasan, bullying, perundungan dan tindakan tidak manusiawi seperti itu yang pelakunya adalah generasi muda kita. Sungguh miris sekali dan harus menjadi perhatian bagi kita.

Selain peran orangtua, keluarga juga sangat berperan dalam mendidik generasi juga tidak bisa diabaikan. 

Ketika Nabi Muhammad SAW sudah menjadi seorang yatim-piatu, beliau tetap mendapat perhatian, kasih sayang, dan pendidikan yang baik dari kakek dan pamannya. Keluarga adalah elemen penting tentang bagaimana dapat berperan dalam membentuk karakter anak. 

Dalam masa modern ini, meskipun banyak orangtua sibuk dengan pekerjaan dan urusan dunia lainnya, penting bagi orangtua untuk tetap memberikan perhatian, bimbingan, dan cinta kepada anak supaya mereka dapat tumbuh menjadi individu yang berkarakter dan berakhlak mulia.

Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momen yang sangat tepat untuk merenungkan bagaimana kita dapat mengambil teladan dari kehidupan dan karakter beliau dalam membentuk karakter generasi masa kini. 

Dengan mengajarkan nilai-nilai kemuliaan seperti kejujuran, integritas, kasih sayang, dan peran kepedulian, kita dapat memperjuangkan generasi muda menghadapi krisis karakter dan akhlak yang ada saat ini. 

Dengan begitu, maka kita dapat melanjutkan warisan berharga dan luar biasa yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW yang tetap relevan dan menginspirasi hingga masa sekarang ini. Aamiin.. 

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun