Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Substansi Pendidikan dan Pelatihan Mengemudi dalam Pembuatan SIM

2 Juni 2023   08:00 Diperbarui: 20 Juli 2023   22:35 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: tribunjogja/bramasto adhy

Kendaraan bermotor, terutama sepeda motor telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat masa kini. 

Di setiap rumah, jumlah sepeda motor semakin meramaikan pemandangan sehari-hari. Kehadirannya membawa kemudahan mobilitas, memberikan kemampuan untuk bergerak dengan cepat dan gesit. 

Fenomena ini mengubah persepsi orangtua dalam kehidupan modern saat ini. Jika di masa lalu, anak-anak diajari untuk bersepeda, kini orangtua cenderung mendukung mereka untuk segera mahir mengendarai sepeda motor.

Harus diakui bahwa hal tersebut merupakan respons terhadap perubahan dalam kebutuhan dan tuntutan zaman. Masyarakat modern menginginkan segala sesuatu dengan cepat dan mudah, dan sepeda motor memberikan jawaban atas kebutuhan tersebut.

Akan tetapi, dalam antusiasme untuk mendapatkan mobilitas yang lebih cepat, kita tidak boleh melupakan konsekuensi yang mungkin timbul. 

Peningkatan jumlah sepeda motor berarti juga peningkatan risiko kecelakaan lalu lintas. Banyak orang yang mahir berkendara, tapi tanpa dasar kompetensi tentang aturan berlalu lintas. Oleh karena itu, penting bagi pengendara untuk memiliki pemahaman yang baik tentang aturan lalu lintas dan praktik keselamatan.

Sementara itu, penggunaan sepeda motor oleh anak-anak juga mengundang keprihatinan. Anak-anak yang belum memiliki kematangan fisik dan mental yang cukup mungkin kurang siap untuk menghadapi risiko dan tantangan yang terkait dengan berkendara di jalan raya. 

Orangtua perlu mempertimbangkan dengan seksama sebelum memberikan sepeda motor kepada anak. Maka pengawasan yang ketat sangat penting untuk memastikan keselamatan anak-anak dalam menggunakan sepeda motor.

Penggunaan kendaraan bermotor memang memberikan kecepatan dan kelincahan yang diinginkan, tapi kita juga harus menyadari risiko dan tanggung jawab yang melekat pada penggunaannya. 

Pemerintah, aparat, masyarakat, lembaga pendidikan, bahkan orangtua harus terlibat aktif dalam mendidik anak-anak dan segenap generasi bangsa tentang pentingnya keselamatan berlalu lintas.

Sumber gambar: tribunjogja/bramasto adhy
Sumber gambar: tribunjogja/bramasto adhy

Memaksimalkan edukasi keselamatan berkendara dan berlalu lintas

Dalam kehidupan modern saat ini, semakin banyak kita melihat anak-anak sekolah yang menggunakan sepeda motor untuk pergi ke sekolah. Namun, ironisnya jarang sekali di antara mereka yang memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Lantaran memang belum cukup umur untuk mengurusnya. 

Hal ini tentu mengancam keselamatan mereka. Dalam situasi seperti ini, sangatlah penting bagi setiap orangtua untuk mendidik anak-anak mereka tentang pentingnya mengutamakan keselamatan saat berkendara dan berlalu lintas.

Karena faktor keadaan memaksa anak sekolah untuk menggunakan sepeda motor, maka orangtua harus tetap menjadikan keselamatan sebagai prioritas utama. 

Setiap orangtua bertanggung jawab untuk mengajarkan anak-anak mereka tentang prinsip-prinsip dasar keselamatan berkendara dan berlalu lintas, meskipun mereka belum memenuhi syarat untuk memiliki SIM.

Penting bagi orangtua untuk memberikan contoh yang baik dalam hal keselamatan berkendara. Mereka harus mengajarkan anak-anak tentang pentingnya mematuhi aturan lalu lintas, mengenakan perlengkapan keselamatan, dan menghindari perilaku berisiko seperti mengendarai dengan kecepatan tinggi atau menggunakan ponsel saat berkendara. 

Pendidikan atau proses edukasi tentang keselamatan lalu lintas harus menjadi pokok pengetahuan yang krusial dari pembelajaran anak, baik di rumah maupun di sekolah.

Kasus kecelakaan yang melibatkan anak-anak sebagai aktornya kerap kita dengar. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi dalam menghadirkan keselamatan berkendara yang memadai masih belum mencapai tingkat yang memadai. 

Kurikulum sekolah hendaknya harus selalu berkesinambungan mencakup materi keselamatan lalu lintas dan pengendaraan yang aman yang diajarkan terus-menerus secara berkelanjutan. sehingga anak didik dapat memahami risiko yang terkait dengan penggunaan kendaraan bermotor tanpa SIM dan bagaimana untuk menghindari kecelakaan.

Pemerintah juga harus turut berperan dalam memastikan keselamatan berkendara ini. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pengendara di bawah umur harus menjadi prioritas. 

Serta sanksi yang tegas harus diberlakukan bagi mereka yang melanggar aturan dan menggunakan kendaraan tanpa SIM.

Dalam menghadapi masalah yang kompleks ini, penting bagi kita semua untuk menyadari bahwa nyawa adalah hal yang paling berharga. 

Kepentingan keselamatan harus diutamakan daripada keinginan untuk memenuhi kebutuhan mobilitas yang instan. Hanya dengan pendidikan, pengawasan, dan penegakan hukum yang ketat, kita dapat menciptakan kondisi yang aman dalam penggunaan kendaraan.

Pendidikan dan pelatihan untuk penerbitan SIM

Proses perolehan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Indonesia seringkali dianggap rumit dan sulit dibandingkan dengan negara lain. Mulai dari ujian teori hingga ujian praktik, banyak yang mengeluh bahwa proses tersebut terasa tanpa ilmu dan wawasan yang memadai. 

Mengapa membuat SIM di Indonesia dianggap lebih rumit daripada di negara lain?

Salah satu alasan mendasar adalah kurangnya pendidikan dan pelatihan yang memadai sebelum proses pembuatan SIM dilakukan. Adanya ujian teori dan praktik untuk menguji pemahaman calon pengemudi terhadap aturan lalu lintas dan keterampilan berkendara. Namun, tanpa pemahaman yang cukup tentu ujian tersebut bisa terasa sulit dan membingungkan.

Seharusnya, tes untuk mendapatkan SIM melalui proses pendidikan dan pelatihan yang lebih komprehensif. Sebelum calon/pemohon menjalani tes, mereka perlu diberikan akses ke sistem pendidikan dan pelatihan agar memenuhi syarat. 

Proses pendidikan dan pelatihan ini bisa saja dilakukan secara online. Yang penting dapat membantu calon pengemudi memahami pentingnya keselamatan berkendara. 

Bahwa SIM bukan sekadar dokumen untuk menghindari razia atau memenuhi persyaratan hukum/aturan yang berlalu, tetapi sebagai alat yang memberikan kompetensi dan kemampuan untuk menyelamatkan nyawa. 

Pendekatan yang lebih holistik dalam proses perolehan SIM juga harus memperhatikan ujian praktik. Ujian ini seharusnya tidak hanya memeriksa keterampilan dasar mengemudi, tetapi juga melibatkan situasi lalu lintas yang lebih realistis. Calon pengemudi harus mampu menghadapi berbagai tantangan di jalan, seperti lalu lintas padat, tanda-tanda lalu lintas yang kompleks, dan perilaku pengendara lainnya. Dengan demikian, calon pengemudi akan lebih siap dan percaya diri saat mengemudi di jalan raya yang sesungguhnya.

Perubahan dalam pendekatan ini akan membawa manfaat jangka panjang bagi keselamatan lalu lintas di Indonesia. program pendidikan dan pelatihan yang terintegrasi dalam proses perolehan SIM dapat mengurangi risiko dan mengedukasi pengemudi tentang pentingnya keselamatan dalam menciptakan lingkungan berkendara yang lebih aman dan bertanggung jawab.

Di lokasi tersebut pernah terjadi kecelakaan yang melibatkan anak sekolah dan emak-emak. Ada korban jiwa dari kecelakaan itu. (foto Akbar Pitopang)
Di lokasi tersebut pernah terjadi kecelakaan yang melibatkan anak sekolah dan emak-emak. Ada korban jiwa dari kecelakaan itu. (foto Akbar Pitopang)

Antara SIM dan jaminan keselamatan

Topik tentang masa berlaku Surat Izin Mengemudi (SIM) seumur hidup memang tengah menjadi perbincangan hangat. 

Sebagian orang berpendapat bahwa dengan SIM seumur hidup, akan tercipta kepastian hukum bagi para pengendara dan menghindari kerumitan dalam perpanjangan SIM. 

Namun, pertanyaan penting yang perlu diajukan adalah apakah masa berlaku seumur hidup dapat benar-benar menjamin keselamatan bersama dan penegakan aturan berkendara dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Keselamatan dalam berkendara dan penegakan aturan lalu lintas merupakan dua hal yang saling terkait. Meskipun memiliki SIM seumur hidup dapat memberikan kepastian hukum, tetapi hal ini tidak serta merta menjamin keselamatan para pengendara. 

Pasalnya, kompetensi, aspek psikologi, dan kesehatan mental seseorang dapat berubah sewaktu-waktu dengan berbagai alasan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pola dan kebiasaan dalam berkendara.

Lalu, aturan dan tata tertib berkendara juga pasti akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Termasuk perubahan teknologi dan infrastruktur yang diterapkan beserta kebijakan lalu lintas. 

Aspek psikologi dan kesehatan mental juga memainkan peran penting dalam keselamatan berkendara. Perubahan kondisi emosional, tekanan hidup, atau perubahan kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan dan merespons situasi di jalan raya. 

Dalam merespon perdebatan mengenai masa berlaku SIM seumur hidup, penting bagi kita untuk mempertimbangkan dampaknya secara menyeluruh. 

Bila alasan kemudahan administratif dapat menjadi keuntungan, maka harus ada langkah-langkah yang memastikan bahwa kompetensi, kesadaran, dan tanggung jawab pengemudi tetap terjaga sepanjang waktu. 

Dengan perhatian pada pendidikan dan evaluasi berkala, mungkin menjadi solusi yang lebih tepat untuk menjamin keselamatan bersama dan penegakan aturan berkendara yang efektif dan sustainable.

Ilustrasi SIM. (Sumber: polri.go.id via kompas.com)
Ilustrasi SIM. (Sumber: polri.go.id via kompas.com)

SIM untuk masa depan, bukan "simsalabim adakadabra"

Proses penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Indonesia memang dikenal rumit dan sering menjadi celah bagi praktik calo yang tidak terpuji. 

Betapa sulitnya soal atau pertanyaan yang diajukan, dimana teori dan praktek jauh di luar kemampuan rata-rata calon pengemudi. Akibatnya, masyarakat cenderung lebih memprioritaskan fisik SIM daripada proses penerbitannya yang sebenarnya sangatlah penting.

Ketika telah terdesak dalam situasi dimana proses penerbitan SIM terasa sangat rumit dan sulit, banyak orang terpaksa menggunakan jasa calo. 

Keadaan ini jelas mengabaikan pentingnya proses penerbitan SIM dalam mewujudkan keselamatan di jalan raya, baik untuk masa kini maupun masa depan.

Penting untuk dicermati bahwa proses penerbitan SIM haruslah bermaksud untuk meningkatkan keselamatan di jalan raya. Oleh karena itu, perlu ada reformasi yang menyeluruh dalam sistem tersebut. 

Pertama, proses penerbitan SIM haruslah transparan, jelas, dan tidak rumit. Soal ujian haruslah relevan dengan pemahaman dan keterampilan berkendara yang aman. Serta disusun dengan memperhatikan karakteristik pengemudi pemula.

Kedua, pengawasan dan penindakan terhadap praktik calo harus diperketat. Para calo harus dihadapkan pada konsekuensi hukum yang serius. Ini akan membantu menciptakan sistem yang adil tidak mencederai pendidikan Pancasila, dimana setiap calon pengemudi memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan SIM berdasarkan kemampuan dan kompetensi.

Ketiga, evaluasi yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa harus ada pemahaman dan keterampilan yang cukup dalam berkendara. Tanpa evaluasi yang objektif, jelas saja dapat mengabaikan pengemudi yang tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang aturan lalu lintas dan teknik berkendara yang aman.

Keempat, hapus jejak kolusi antara oknum kepolisian dan calo dalam penerbitan SIM. Hanya karena faktor seperti uang atau hubungan personal (orang dalam), hal ini sangat merugikan masyarakat yang benar-benar berusaha untuk memenuhi persyaratan dan menjalani proses yang sesuai aturan berlaku.

Keselamatan di jalan raya adalah tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, penting untuk memandang secara kritis dan berani mengubah sistem penerbitan SIM yang rumit dan rentan terhadap praktik calo. 

Dengan mewujudkan proses yang lebih transparan, objektif, dan efektif, kita dapat memastikan bahwa setiap pengemudi memiliki kemampuan yang memadai untuk berkendara dengan aman, menjaga keselamatan diri sendiri, serta orang lain di sekitarnya.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun