Dengan menerapkan kurikulum ini, diharapkan siswa akan lebih terlatih dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila, sehingga menjadi generasi yang lebih bertanggung jawab, berintegritas, dan berkomitmen pada Pancasila.
Tidak hanya itu, dalam proses penerapannya, sekolah juga dapat mengembangkan proyek-proyek yang bertujuan untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Misalnya, sekolah dapat mengadakan kegiatan yang mendukung pembentukan karakter Pancasila, seperti gotong royong, atau pengenalan budaya daerah.Â
Dalam menghadapi tantangan global yang terus berkembang, menguatkan karakter Pancasila melalui pendidikan merupakan langkah strategis dalam membangun masa depan yang kuat bagi bangsa Indonesia.Â
Materi tentang Pancasila adalah materi yang relevan dan sangat esensial untuk disampaikan pada anak didik di era digital yang penuh dengan berbagai kemajuan zaman seperti saat ini.
Dengan pemahaman dan penerapan yang mendalam terhadap Pancasila, diharapkan generasi muda Indonesia dapat menjadi calon pemimpin yang berintegritas, berwawasan global, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap keberlanjutan bangsa dan negara.
Tantangan "lost control" yang dihadapi di luar sekolah
Generasi saat ini menghadapi tantangan yang begitu besar dan kuat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Meskipun nilai-nilai Pancasila diajarkan di sekolah, namun pengaruh negatif dari lingkungan dan perkembangan zaman seringkali merusak dan melunturkan karakter yang telah dibangun.Â
Tantangan zaman yang meliputi teknologi, internet, media sosial, dan game online telah menjadi pemicu kasus-kasus amoral yang semakin mengkhawatirkan.
Salah satu dampak negatif dari perkembangan teknologi adalah terjadinya pergeseran nilai dan kepribadian pada generasi muda. Banyak sekali tersaji konten-konten yang tidak bermoral dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.Â
Kasus-kasus kekerasan yang dilakukan bahkan oleh anak-anak di Sekolah Dasar dan Menengah menunjukkan betapa kuatnya pengaruh lingkungan terhadap kehancuran karakter.Â
Lingkungan yang kurang mendukung, terpapar pada kekerasan di lingkungan sekitar, dan kurangnya pendidikan moral di lingkungan keluarga dapat memicu perilaku agresif dan kekerasan pada anak-anak.Â