Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan identitas bangsa.Â
Adanya nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, seperti keadilan sosial, persatuan, gotong royong, dan demokrasi, menjadi sumber inspirasi yang luar biasa bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia.Â
Untuk memastikan keberlanjutan dan pemahaman yang mendalam terhadap Pancasila, sangat penting bagi kita untuk terus mendukung pengenalan dan pengajaran Pancasila kepada generasi bangsa.
Namun, penting untuk diingat bahwa menguatkan karakter Pancasila bukanlah tugas yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat.Â
Diperlukan komitmen dan kerja keras dari semua pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, guru, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan.Â
Semua pihak harus berperan aktif dalam menyampaikan nilai-nilai Pancasila melalui contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum Merdeka dengan Profil Pelajar Pancasila
Salah satu cara yang relevan untuk menguatkan karakter Pancasila adalah melalui pendidikan di sekolah.Â
Guru memiliki peran sentral dalam menjalankan tugas mulia ini. Guru tidak hanya bertugas mengajarkan pengetahuan akademik, tetapi juga membentuk karakter dan nilai-nilai Pancasila dalam diri anak didik.Â
Dalam menghadapi tantangan abad ke-21 yang kompleks, guru harus mampu membimbing siswa agar memiliki pemahaman yang mendalam tentang Pancasila dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam upaya menguatkan karakter Pancasila, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah meluncurkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini mengusung tujuan untuk mencapai anak didik yang berkarakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.Â
Dengan menerapkan kurikulum ini, diharapkan siswa akan lebih terlatih dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila, sehingga menjadi generasi yang lebih bertanggung jawab, berintegritas, dan berkomitmen pada Pancasila.
Tidak hanya itu, dalam proses penerapannya, sekolah juga dapat mengembangkan proyek-proyek yang bertujuan untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Misalnya, sekolah dapat mengadakan kegiatan yang mendukung pembentukan karakter Pancasila, seperti gotong royong, atau pengenalan budaya daerah.Â
Dalam menghadapi tantangan global yang terus berkembang, menguatkan karakter Pancasila melalui pendidikan merupakan langkah strategis dalam membangun masa depan yang kuat bagi bangsa Indonesia.Â
Materi tentang Pancasila adalah materi yang relevan dan sangat esensial untuk disampaikan pada anak didik di era digital yang penuh dengan berbagai kemajuan zaman seperti saat ini.
Dengan pemahaman dan penerapan yang mendalam terhadap Pancasila, diharapkan generasi muda Indonesia dapat menjadi calon pemimpin yang berintegritas, berwawasan global, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap keberlanjutan bangsa dan negara.
Tantangan "lost control" yang dihadapi di luar sekolah
Generasi saat ini menghadapi tantangan yang begitu besar dan kuat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Meskipun nilai-nilai Pancasila diajarkan di sekolah, namun pengaruh negatif dari lingkungan dan perkembangan zaman seringkali merusak dan melunturkan karakter yang telah dibangun.Â
Tantangan zaman yang meliputi teknologi, internet, media sosial, dan game online telah menjadi pemicu kasus-kasus amoral yang semakin mengkhawatirkan.
Salah satu dampak negatif dari perkembangan teknologi adalah terjadinya pergeseran nilai dan kepribadian pada generasi muda. Banyak sekali tersaji konten-konten yang tidak bermoral dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.Â
Kasus-kasus kekerasan yang dilakukan bahkan oleh anak-anak di Sekolah Dasar dan Menengah menunjukkan betapa kuatnya pengaruh lingkungan terhadap kehancuran karakter.Â
Lingkungan yang kurang mendukung, terpapar pada kekerasan di lingkungan sekitar, dan kurangnya pendidikan moral di lingkungan keluarga dapat memicu perilaku agresif dan kekerasan pada anak-anak.Â
Oleh karena itu, pendekatan yang holistik dan melibatkan semua pihak menjadi penting dalam membangun karakter Pancasila yang kuat.
Sebagai seorang guru, seringkali saya dihadapkan pada anak didik yang memiliki karakter dan kepribadian yang tampak "lost control". Mereka telah menunjukkan perilaku yang tidak terkendali, sulit mengontrol emosi, dan sering kali melanggar aturan.Â
Di balik perilaku ini, terdapat berbagai faktor yang berperan, termasuk lingkungan dan pengaruh keluarga yang kurang ramah terhadap fase perkembangan anak.
Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang tidak kondusif, terpapar pada kekerasan, atau bahkan pergaulan yang buruk, cenderung lebih rentan terhadap perilaku "lost control".Â
Lingkungan yang negatif dapat memberikan pengaruh yang kuat dan mengubah pola pikir serta sikap mereka.
Sebagai guru, tugas kita adalah membantu anak didik mengatasi tantangan ini dan membangun karakter yang lebih baik.Â
Pertama-tama, penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung di dalam kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk hubungan yang baik antara guru dan siswa, membangun kepercayaan, dan memberikan dukungan yang positif, termasuk memberikan dorongan yang konstruktif dapat membantu anak didik memperkuat harga diri dan pengendalian dirinya.
Selain itu, kolaborasi dengan orang tua juga sangat penting dalam membangun karakter anak. Berkomunikasi secara terbuka dengan orang tua, melibatkan mereka dalam proses pendidikan, dan memberikan saran yang konkret dan praktis dapat membantu menguatkan peran mereka sebagai orang tua di rumah.
Menyadari bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan tantangan yang berbeda, penting bagi kita untuk mengadopsi pendekatan yang holistik dalam mendukung anak secara personal.
Tidak hanya itu, pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait juga harus berperan aktif dalam memberikan pemahaman dan pemantauan terhadap dampak negatif teknologi dan lingkungan terhadap generasi muda.Â
Dibutuhkan upaya kolaboratif yang melibatkan semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter Pancasila yang baik.
Dalam menghadapi tantangan zaman, menguatkan karakter Pancasila pada generasi saat ini menjadi tugas yang tidak bisa dianggap enteng. Perlu adanya kesadaran bersama bahwa pendidikan nilai-nilai Pancasila harus berjalan seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.Â
Hanya dengan komitmen dan upaya nyata dari semua pihak, kita dapat membentuk generasi muda yang kuat, berintegritas, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang menjadi pondasi bangsa Indonesia.
Pendidikan informal sebagai syarat keberhasilan pendidikan Pancasila
Dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang berusaha merusak karakter Pancasila pada anak, peran orangtua tidak bisa diabaikan.Â
Anak adalah harta paling berharga bagi setiap orangtua, dan kesadaran akan hal tersebut harus menjadi landasan dalam mendidik dan menguatkan karakter Pancasila pada mereka.
Sejatinya, orangtua memiliki kekuatan dan akses yang "unlimited" dalam membentuk kepribadian anak sejak dini.Â
Ketika orangtua benar-benar menyadari pentingnya peran mereka dan memperhatikan secara aktif perkembangan anak, maka terwujudlah kepedulian yang mampu menguatkan karakter Pancasila pada anak.
Penting bagi orangtua untuk menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak belajar melalui pengamatan dan meniru perilaku orangtua.Â
Oleh karena itu, orangtua harus mampu menunjukkan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan nyata, seperti integritas, kejujuran, keadilan, persatuan, dan gotong royong.Â
Dengan menjadi contoh yang baik, orangtua memberikan fondasi yang kuat bagi anak untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut.
Selain menjadi contoh, komunikasi yang baik antara orangtua dan anak juga sangat penting. Orangtua perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan dan berbicara dengan anak secara terbuka.Â
Diskusi tentang nilai-nilai Pancasila, misalnya, dapat dilakukan secara sederhana dan menarik agar anak dapat memahami makna dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.Â
Orangtua perlu memantau aktivitas anak di dunia digital, termasuk penggunaan internet dan media sosial. Anak-anak rentan terpapar pada konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.Â
Dengan memberikan arahan yang jelas dan mengajarkan penggunaan yang bijak, orangtua dapat membantu melindungi anak dari pengaruh negatif dan memastikan mereka tetap berpegang teguh pada karakter Pancasila.
Dalam menghadapi tantangan zaman yang begitu kompleks, peran orangtua dalam menguatkan karakter Pancasila pada anak sangatlah vital. Melalui kesadaran, perhatian, dan keterlibatan aktif orangtua, kita dapat melindungi anak dari pengaruh negatif yang mengancam karakter Pancasila mereka.Â
Menanamkan karakter Pancasila pada anak tidak selalu memerlukan pendekatan yang rumit atau kompleks. Sebagai "orangtua baru" ---layaknya diri saya pribadi--- yang masih belajar, kita dapat memulai dengan cara-cara yang sederhana namun memiliki dampak yang besar.Â
Mengajarkan anak untuk beribadah, tidak membuang sampah sembarangan, dan berbagi kepada kaum dhuafa adalah contoh-contoh kecil namun berarti yang dapat kita lakukan sebagai orangtua.
Menyadari pentingnya pendidikan karakter sejak dini, kita dapat memanfaatkan momen-momen sehari-hari untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada anak. Salah satunya adalah melalui pendekatan agama.Â
Mengajarkan anak tentang nilai-nilai keagamaan, seperti kejujuran, kebaikan, dan kasih sayang, merupakan fondasi awal yang kuat dalam membangun karakter Pancasila pada anak.Â
Selain itu, mengajarkan anak untuk tidak membuang sampah sembarangan juga memiliki nilai yang penting dalam karakter Pancasila. Dengan menjelaskan kepada mereka mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan, kita mengajarkan mereka nilai-nilai seperti tanggung jawab, gotong royong, dan kepedulian terhadap sesama.Â
Hal ini dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun saat berpergian. Ketika anak melihat orangtua mereka mempraktikkan perilaku yang benar, mereka akan terinspirasi dan ikut melakukannya.
Berbagi kepada kaum dhuafa juga merupakan contoh yang baik dalam menanamkan karakter Pancasila pada anak. Dengan mengajarkan anak untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan, seperti memberikan makanan, pakaian, atau bantuan lainnya, anak akan belajar tentang nilai-nilai sosial, kepedulian, dan keadilan sosial. Mereka akan mengembangkan sikap empati, kepekaan terhadap kesenjangan sosial, dan keinginan untuk membantu sesama.
Sebagai orangtua, kita perlu menyadari bahwa pendidikan karakter tidak hanya terjadi dalam lingkup sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga.Â
Mengamati pengalaman dari banyak orangtua yang berhasil mendidik anak berkarakter Pancasila, kita bisa melihat bahwa pembiasaan karakter yang sederhana pun dapat memberikan dampak yang besar. Melalui konsistensi dan keteladanan, anak-anak akan belajar mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara bertahap.
Dalam proses ini, kesabaran dan ketekunan adalah kunci. Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila pada anak adalah investasi untuk masa depan mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar dan sebagai penduduk global.Â
Dengan memulai dari hal-hal sederhana, kita membantu anak-anak kita menjadi individu yang memiliki integritas, tanggung jawab, dan semangat gotong royong, dan nilai-nilai dasar lainnya sesuai Pancasila.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H