Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Amunisi untuk Merantau dan "Survive" di Kota ala Perantau Minang

6 Mei 2023   01:43 Diperbarui: 10 Mei 2023   08:05 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merantau merupakan sebuah fenomena yang sangat khas bagi masyarakat Minangkabau atau lebih mudah dipanggil dengan "Orang Minang". Yakni suku bangsa yang mendiami wilayah Sumatera Barat di Indonesia tercinta ini. 

Sejak zaman dahulu kala, merantau sudah menjadi sebuah tradisi yang dijalankan secara turun-temurun hingga di masa modern seperti saat ini. Tak heran jika fenomena merantau menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya Minangkabau.

Merantau bagi orang Minang memiliki arti yang sangat penting. Bagi sebagian orang Minang, merantau merupakan cara untuk mengadu nasib. Mereka berangkat dari kampung halaman menuju kota-kota besar di Indonesia atau bahkan ke luar negeri dengan tujuan mencari pekerjaan yang lebih baik. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang Minang yang telah dewasa dan ingin membuktikan diri bahwa mereka mampu meraih kesuksesan di luar kampung halaman mereka. 

Tidak hanya mencari pekerjaan yang lebih baik, merantau juga memiliki arti penting dalam hal pendidikan. Bagi masyarakat Minangkabau, pendidikan sangatlah penting. Oleh karena itu, banyak orang Minang yang merantau kemana saja untuk menuntut ilmu. 

Hal ini biasanya dilakukan oleh anak-anak muda yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah menengah atas dan ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Layaknya pengalaman saya kuliah di "Kota Pelajar".

Orang Minang yang merantau harus tetap menjaga hubungan dengan keluarga dan kampung halaman mereka. Mereka juga harus tetap memperkuat identitas dan budaya mereka sebagai orang Minang meskipun berada di kota tempat mereka merantau. 

Fenomena merantau senantiasa dapat tetap menjadi sebuah tradisi yang membanggakan bagi masyarakat Minangkabau dan dapat memberikan manfaat positif bagi diri dan daerah asalnya.

= Orang Minang merantau untuk memperkaya wawasan dan pengalaman =

Merantau juga dilakukan untuk memperkaya wawasan dan pengalaman hidup. Di dalam merantau, banyak hal yang dapat dipelajari dan diambil sebagai pelajaran hidup.

Orang Minang memang banyak yang gigih dan berani mengambil resiko dalam mencapai cita-citanya. Oleh karena itu, merantau menjadi pilihan bagi banyak orang Minang yang ingin mengejar impian, memperkaya wawasan dan pengalaman hidup.

Dalam merantau, seseorang akan dihadapkan pada situasi dan tantangan yang berbeda dari yang biasanya mereka alami di daerah asal. Hal ini dapat menambah pengalaman hidup dan membuat seseorang menjadi lebih matang dalam menghadapi berbagai situasi.

Merantau adalah sebuah pengalaman hidup yang sangat berharga bagi orang Minang. Oleh sebab itu, tak heran jika fenomena merantau masih tetap eksis dan menjadi tradisi yang terus dijaga oleh orang Minang hingga saat ini.

Selain itu, tentu bonus dari berjuang, bertahan hidup dan menaklukkan segala tantangan hidup di perantauan akan membuahkan semacam keberhasilan dan kesuksesan dalam bentuk materi atau kecukupan rezeki.

= Petuah dan pesan moral sebelum merantau

Merantau bukanlah perkara mudah bagi orang Minang. Namun, sebelum berangkat merantau, biasanya calon perantau akan diberikan petuah oleh keluarga dan kerabatnya. Petuah-petuah ini berisi nasehat dan pesan moral tentang bagaimana seharusnya bersikap di negeri orang.

Saya sebagai orang Minang yang sudah pernah merantau, sungguh menganggap petuah-petuah ini sangatlah berarti. Ibaratnyalebih mahal daripada sekedar pemberian sedikit uang untuk tambahan uang saku. 

Petuah-petuah yang dulunya pernah saya dapat adalah keluar dari mulut kakek dan nenek, datuak, bundo kanduang, cadiak pandai, tetangga, kerabat dekat dan jauh, bahkan dari orang di kampung yang peduli dan memberikan perhatian kepad saya kala itu.

Petuah-petuah tersebut tidak hanya berisi nasihat tentang bagaimana agar calon perantau bisa bertahan hidup di negeri orang, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai moral yang penting bagi kehidupan manusia. 

Petuah yang pernah saya terima misalnya tentang larangan bersikap sombong. Bahwa di negeri orang kita akan berjumpa khalayak dengan berbagai macam latar belakang dan kepekaan sosial. Bersikaplah rendah hati dan hormati orang lain.

Saya juga pernah diingatkan untuk jangan melupakan kampung dan orang-orang yang telah sayang dan peduli. Ingat akar budaya dan tradisi Minangkabau yang telah menjadi bagian dari diri, ketika sukses jangan tinggi hati dan jangan lupa "daratan".

Selain itu, saya juga pernah mendengar arahan bahwa merantau ke negeri orang adalah kesempatan untuk memperkaya wawasan dan pengalaman. Maka jangan pernah berhenti belajar dan teruslah mengembangkan kapasitas diri.

= Bekal yang dipersiapkan perantau Minang =

Bekal yang saya maksud disini adalah tentang pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan. Beberapa hal dibawah ini sepertinya tanpa disadari ternyata dapat melekat pada diri orang Minang dan sangat berguna sebagai bekal keterampilan sebagai seorang "pendatang".

Pertama, membentengi diri dengan ilmu agama dan terampil beribadah

Orang Minang yang merantau ke berbagai kota di Indonesia maupun luar negeri tidak hanya membawa bekal keterampilan dan pengalaman, namun juga membawa bekal ilmu agama yang kuat. Hal ini tidak terlepas dari budaya dan adat istiadat yang telah tertanam dalam masyarakat Minangkabau sejak lama.

Yakni "adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah" atau dapat diterjemahkan menjadi adat bersendikan syariat, syariat agama bersendikan kepada Al-Qur'an.

Ada yang mengatakan bahwa orang Minang dikenal sebagai masyarakat yang taat beragama. Shalat dan mengaji dengan dasar ilmu yang agama yang cukup baik ditanamkan kepada generasi Minang sejak dini. Karena itu, tidak mengherankan jika seorang perantau Minang tampak konsisten dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Sebagaimana yang kita yakini bahwa kehidupan di perantauan sangatlah keras. Jika tak kuat iman maka akan terpengaruh untuk menghalalkan segala cara untuk tetap bertahap hidup. Makanya tanpa bekal ilmu agama yang kuat, seseorang bisa kehilangan arah dan terjerumus pada hal-hal yang negatif. Banyak orang Minang yang selalu memprioritaskan ibadah dan agama.

Banyak juga orang Minang yang menawarkan diri sebagai takmir masjid/musholah. Hal itu memberikan banyak manfaat bagi dari segi akhirat maupun bertahan hidup di dunia. Teman-teman saya sesama orang Minang banyak yang saya jumpai melakukan hal baik dan positif seperti itu.

Kedua, keterampilan berkomunikasi dan beradaptasi

Merantau membutuhkan kemampuan adaptasi yang tinggi karena tempat tujuan merantau akan mengalami perbedaan budaya dan bahasanya yang kontras dengan daerah asal. 

Dalam merantau, orang Minang akan belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan belajar untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda latar belakangnya.

Budaya religius juga membuat orang Minang sangat menghargai nilai-nilai persaudaraan dan saling membantu. Dalam keseharian orang Minang di perantauan selalu berusaha membantu sesama muslim yang membutuhkan. 

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak orang Minang yang sukses di berbagai bidang dan berhasil mendapatkan kepercayaan dari masyarakat di lingkungan tempat mereka merantau.

Tidak hanya itu, merantau juga memiliki nilai sosial dan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Minangkabau. Orang Minang akan membentuk komunitas yang saling mendukung dan menjaga kebersamaan. 

Hal ini terlihat dari adanya perkumpulan orang Minang di kota-kota besar yang biasanya disebut dengan "Perantau Minang". Seperti yang saya rasakan langsung ketika tinggal di asrama daerah dengan ikut pula bergabung dengan perkumpulan masyarakat Minang yang ada disana.

Orang Minang berusaha untuk selalu memperkuat tali silaturahmi antara masyarakat Minangkabau dengan masyarakat tempat mereka merantau.

Ketika merantau, orang Minang akan bertemu dengan orang-orang baru dan dapat membangun hubungan sosial dengan mereka. Hal ini dapat membantu dalam mencari pekerjaan atau kesempatan bisnis di masa depan.

Ketiga, bukan pelit melainkan financial planning 

Orang Minang di perantauan memang terkenal dengan sifatnya yang jujur dan teguh pada prinsip hidup yang sederhana dan bersahaja. Orang Minang dijuluki sebagai orang yang pelit oleh sebagian orang, namun sebenarnya hal tersebut merupakan stereotip yang salah. 

Bukan pelit, orang Minang hanya lebih suka menerapkan financial planning. Hidup di perantauan tidaklah mudah. Biaya hidup yang tinggi dan jauh dari keluarga membuat orang Minang harus berpikir kreatif dan pintar mengatur keuangan.

Banyak orang Minang di perantauan akan menerapkan prinsip gaya hidup minimalis dan frugal living. Orang Minang tidaklah pelit karena bahkan banyak diantara orang Minang suka memberi dan berbagi selama di rantau.

Sementara itu, orang Minang juga terkenal rajin menabung dan menginvestasikan uang dengan bijak. Orang Minang selalu memperhitungkan budgeting dengan matang. Serta memiliki rencana jangka panjang untuk masalah keuangan. 

Hal ini untuk membiasakan orang Minang untuk bisa menghadapi masa sulit dan mengatasi situasi finansial yang tidak terduga di kemudian hari.

Financial planning yang diterapkan oleh orang Minang merupakan salah satu cara bijak dan efektif untuk bertahan hidup di negeri orang. 

Keempat, suka mencari peluang untuk berdagang

Dengan sikap mandiri, banyak orang Minang yang memanfaatkan kesempatan yang ada untuk berdagang di perantauan. Meskipun memiliki modal yang terbatas bukanlah halangan untuk menjalankan usaha kecil-kecilan yang dapat memberikan penghasilan tambahan.

Pengalaman saya bahwa dulu pernah jualan baju batik khas Minang dan pernah pula jual-beli sepeda. Hal yang sederhana namun layak untuk dicoba mengenai kultur berdagang.

Di perantauan, banyak orang Minang yang jualan makanan atau kuliner khas, membuka warung atau toko kecil-kecilan, sebagai sumber penghasilan tambahan. 

Ada yang berdagang dengan membawa barang dagangan menggunakan kendaraan bermotor. Maupun memanfaatkan teknologi untuk berdagang seperti memanfaatkan media sosial untuk dapat menjangkau pelanggan dari berbagai daerah dengan lebih mudah dan efisien.

Semangat berdagang yang dimiliki oleh orang Minang di perantauan menunjukkan betapa pentingnya kemampuan berwirausaha dan bersikap kreatif dalam menaklukkan situasi ekonomi di negeri orang. 

Kelima, menjamurnya Rumah Makan Padang karena keterampilan memasak

Keterampilan memasak adalah salah satu hal yang sangat dihargai oleh orang Minang dimanapun mereka berada. Kemampuan memasak menjadi aset yang sangat berharga. 

Kemampuan memasak ini penting untuk keperluan pribadi. Misalnya saya dulu sering masak semasa masih kuliah di Jogja. 

Bila ditekuni dengan baik maka kemampuan memasak ini akan berguna bagi orang Minang untuk membuka usaha kuliner.

Makanan khas Minangkabau seperti rendang atau sate padang, sudah menjadi ikon kuliner Indonesia yang terkenal hingga ke mancanegara. Tak heran jika banyak orang Minang yang membuka usaha rumah makan di berbagai kota di Indonesia.

Banyak orang Minang yang membuka usaha rumah makan atau usaha kuliner tanpa modal besar. Mereka mulai misalnya dengan menyewa tempat kecil atau bahkan berjualan dengan gerobak. 

Usaha rumah makan Padang sangat menguntungkan, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Tak heran jika makanan Padang menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia yang sangat disukai oleh banyak orang.

Banyak orang yang menyukai masakan Minang yang populer dengan sebutan masakan Padang ini karena rasanya yang khas dan lezat. Selain itu, harga yang terjangkau juga menjadi faktor yang membuat rumah makan Padang menjadi favorit.

Orang Minang yang hendak merantau. (ilustrasi KOMPAS/YOLA SASTRA)
Orang Minang yang hendak merantau. (ilustrasi KOMPAS/YOLA SASTRA)
*****

Biasanya, setelah berhasil menaklukkan tantangan hidup di perantauan maka perantau Minang akan pulang ataupun memberikan kontribusinya untuk kampung halaman. Tradisi merantau dan sistem matrilineal masih dipegang teguh oleh orang Minang hingga hari ini.

Tak selamanya orang minang akan menetap di perantauan. Karena banyak yang pulang kampung dan membangun nagari. Ada pepatah Minang, "mambangkik batang tarandam" sebagai semangat dan motivasi untuk berkontribusi memajukan kampung halaman.

Pulang kampung dan membangun nagari/kampung merupakan cita-cita yang mulia bagi orang Minang yang percaya bahwa kebahagiaan tidak hanya terletak pada materi atau uang, melainkan dapat memberi manfaat dan berguna bagi kehidupan bersama di kampung halaman.

Ketika kembali ke kampung halaman, banyak orang Minang yang membawa pengalaman dan ilmu yang telah  diperoleh selama merantau. Yang kemudian diaplikasikan untuk membuka usaha atau lapangan pekerjaan, membantu memperbaiki infrastruktur, dan mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat di nagari.

Demikianlah, semoga dapat kita cermati dan bermanfaat bagi para perantau yang berasal dari daerah lain bahwa sebagai pendatang wajib punya keterampilan.


Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun