Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Balimau" Wujud Identitas Nilai dan Pembelajaran Karakter Jelang Ramadhan

22 Maret 2023   08:35 Diperbarui: 23 Maret 2023   02:22 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan bersama dalam tradisi Balimau di kampung kami. (Foto Akbar Pitopang)

Hari ini adalah hari dimana esoknya kita akan mulai melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. itu artinya bahwa hari ini menjadi hari "Balimau" di Ranah Minang.

Ya, Balimau merupakan sebuah tradisi atau ritual yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Kata Balimau dalam bahasa Indonesia adalah "berlimau". sedangkan limau adalah salah satu jenis jeruk/ citrus yang sering digunakan sebagai penambah rasa dalam makanan tradisional di Minangkabau.

Dalam prakteknya pada zaman dahulu bahwa tradisi ini dilakukan untuk membersihkan diri dari energi negatif atau penyakit yang ada pada seseorang, baik secara fisik maupun psikologis atau mental.

Pada awalnya, Balimau di Minangkabau menjadi salah satu kegiatan budaya yang menandai akan masuknya bulan Ramadhan. Lambat laun Balimau juga menjadi sebuah tradisi "pembersihan diri" yang dilakukan dalam berbagai acara seperti pernikahan, kelahiran, atau upacara adat lainnya.

Memahami Balimau

Nah, Balimau masih dianggap kontroversial oleh sebagian orang. Karena pada sebagian orang merasa bahwa Balimau memiliki unsur-unsur mistis atau supranatural yang tidak sesuai dengan keyakinan atau agama Islam. 

Bagaimana bisa tradisi Balimau hadir dalam budaya Minangkabau yang notabene memegang falsafah "adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah" (adat bersendikan agama, agama berlandaskan Kitabullah/Al-Qur'an), namun dianggap menjadi ritual yang menyimpang dari ajaran agama Islam?

Jadi, sebenarnya hal perlu dilakukan yakni bagaimana menyikapi tradisi Balimau ini baik dari segi historis hingga praktisnya.

Maka ada beberapa poin yang perlu kita pahami tentang tradisi budaya Balimau agar tidak menyalahi norma agama Islam yang dianut oleh orang Minangkabau itu sendiri.

Yang paling penting dan utama sekali yakni memahami bahwa Balimau adalah tradisi budaya, bukan suatu bentuk ibadah. 

Oleh karena itu, cara kita memandang Balimau adalah bukan sebagai bentuk ibadah atau praktik keagamaan, tetapi sebagai sebuah tradisi budaya yang dilakukan sebagai wujud cinta kebersihan yang akan mendatangkan manfaat kesehatan.

Lalu, Balimau sebagai tradisi budaya hanya sekedar bertujuan untuk membersihkan diri agar terhindar dari penyakit yang mengintai seseorang. 

Prosesi Balimau di Sumatera Barat menyambut datangnya Ramadhan. (Photo by Yuka Fainka/Xinhua via liputan6.com)
Prosesi Balimau di Sumatera Barat menyambut datangnya Ramadhan. (Photo by Yuka Fainka/Xinhua via liputan6.com)

Jika memang Balimau adalah cara membersihkan diri (mandi dengan air yang dicampur dengan perasan limau) maka upaya penyembuhan penyakit harus tetap diikuti dengan upaya-upaya medis yang sesuai dengan diagnosa dokter atau hasil medical check up.

Serta dalam pelaksanaan Balimau, sebagai pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT mesti menghindari unsur-unsur yang bertentangan dengan agama, misalnya menggunakan mantra yang tidak sesuai dengan keyakinan agama Islam yang dianut.

Ada pula masyarakat yang menjalankan kegiatan Balimau ini dengan mandi bersama-sama di aliran sungai di kawasan terbuka ---baik pria maupun wanita, serta dari berbagai kalangan usia--- maka yang perlu diperhatikan adalah tetap menjaga aurat masing-masing. Karena menjaga aurat adalah salah satu ajaran Islam yang harus dipatuhi oleh pengikutnya.

Dengan memahami poin-poin penting tentang Balimau tersebut, maka sejatinya tradisi Balimau tetap dapat dijalankan tanpa menyalahi norma agama.

Bagaimana masyarakat modern menyikapi tradisi Balimau

Bagaimanapun, bagi sebagian masyarakat Minangkabau masih menganggap Balimau sebagai salah satu tradisi penting dalam budaya mereka.

Namun, karena adanya pengaruh globalisasi dan modernisasi, cara masyarakat saat ini dalam menyikapi tradisi Balimau tentu bisa berbeda-beda tergantung pada sudut pandang mereka.

Masyarakat modern mungkin masih tetap dapat mengikuti tradisi tersebut dengan cara yang sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai yang mereka yakini. Mungkin bagi mereka, yang dipetik dari Balimau adalah esensi bukan sensasi.

Disisi lain, masyarakat modern yang ada saat ini perlu menghargai perbedaan dengan sikap toleransi, namun tetap mementingkan amar ma'ruf nahi mungkar. Bahwa apabila terjadi penyimpangan maka perlu dicegah dan atau ditinggalkan.

Satu hal penting yang perlu diketahui oleh masyarakat modern bahwa tradisi Balimau bukanlah ketinggalan zaman, sebaliknya malah relevan dengan kehidupan mereka saat ini. 

Mandi merupakan upaya pembersihan diri yang setiap hari kita lakukan. Limau sudah menjelma dalam bentuk sabun dan shampo. 

Bukankah menjaga kebersihan (pada diri dan segala aspek penting di kehidupan ini) dapat mendatangkan kesehatan? "Bersih pangkal sehat", kalau kata pepatah.

Jadi, mandi bisa dilakukan dirumah masing-masing tanpa harus pergi Balimau ke aliran batang air (sungai). karena tentu di sebagian wilayah Minangkabau, tak seluruhnya dialiri oleh sungai, danau, dan yang sejenisnya.

Di kampung saya sendiri malah tidak ada sungai, atau bila hendak melaksanakan mandi ala Balimau maka harus pergi ke jorong/kampung sebelah.

Mata pencaharian masyarakat di kampung saya didominasi dengan menjadi petani yang pada setiap harinya tentu bergelimang dengan lumpur yang mengotori diri dan pakaian.

Maka, Balimau yang dilakukannya menjelang memasuki bulan suci Ramadhan dimaksudkan agar memperoleh kenyamanan saat nantinya menjalankan ibadah, misalnya ketika shalat tarawih berjamaah dan tadarus Al-Qur'an di masjid.

Kesimpulannya, praktik Balimau masih relevan karena mandi dan membersihkan diri adalah sebuah kebutuhan yang mencapai hajat hidup setiap orang di muka bumi ini.

Perwujudan acara Balimau saat ini oleh masyarakat Minang

Tradisi Balimau saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat minang namun dalam prakteknya diwujudkan melalui acara makan bersama yang dilakukan di lingkungan masjid. Sebagaimana yang dapat dijumpai di kampung saya sendiri.

Balimau dalam wujud mandi atau membersihkan diri dapat dilakukan oleh setiap orang di rumah masing-masing. Setelah dirinya bersih maka waktunya untuk pergi makan bersama.

Acara makan bersama yang dilakukan di lingkungan masjid yang dianggap oleh masyarakat di kampung saya sebagai tradisi Balimau, tetap bisa dianggap sebagai kegiatan yang positif dan tetap mengandung nilai-nilai kebaikan.

Acara Balimau dalam wujud makan bersama tersebut bisa menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial antar warga masyarakat, seperti dapat memperkuat rasa kebersamaan, solidaritas, dan persaudaraan di antara anggota masyarakat.

Acara Balimau dengan makan bersama tetap menjadi sebuah kegiatan yang positif dan mengandung nilai-nilai yang sama dengan tradisi Balimau itu sendiri. 

Apa saja nilai-nilai yang ditawarkan dan masih terjaga dalam acara Balimau dengan cara makan bersama jelang memasuki bulan suci Ramadhan?

Pertama, mempererat silaturahmi dan rasa kebersamaan. Salah satu nilai penting dari tradisi Balimau yakni silaturahmi yang mampu menguatkan hubungan sosial dan kekeluargaan antar anggota masyarakat Minang. 

Acara makan bersama di lingkungan masjid tersebut dapat menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial dan kekeluargaan antar warga yang hadir.

Dalam acara makan bersama tersebut juga mengajarkan pentingnya kebersamaan dan saling membantu dalam mengatasi masalah atau kesulitan hidup. Acara makan bersama bisa menjadi wadah untuk saling bahu-membahu dan membantu sesama, terutama dalam keadaan yang sulit. 

Dimana warga yang kurang mampu bisa menikmati menu makanan yang berbeda dan bervariasi sehingga membuat perasaannya terharu maka saat menjalankan ibadah puasa Ramadhan menjadi semakin hikmat dan penuh syukur.

Acara makan bersama tersebut juga dapat menjadi ajang untuk memperkenalkan dan memperluas pengetahuan mengenai tradisi dan budaya daerah kepada generasi muda dengan menggabungkan praktek tradisional dengan acara makan bersama yang bisa tetap ditanamkan nilai-nilai dalam acara tersebut.

Kedua, pentingnya kesehatan dengan cara hidup bersih. Meskipun praktek Balimau yang secara konsep tradisi dan historisnya adalah melibatkan penggunaan air dan bahan-bahan tertentu untuk membersihkan diri. 

Namun, praktek makan bersama di lingkungan masjid tetap memperhatikan kebersihan dan kesehatan peserta yang datang. 

Hal ini bisa diwujudkan dari penyediaan menu makanan yang sehat dan higienis, serta penggunaan alat makan yang bersih dan steril.

Mendengarkan ceramah saat Balimau di kampung kami. (Foto Akbar Pitopang)
Mendengarkan ceramah saat Balimau di kampung kami. (Foto Akbar Pitopang)

Ketiga, adanya proses penyampaian ajaran kebajikan dalam Islam. Sebelum dilakukannya sesi makan bersama maka terlebih dahulu masyarakat atau jamaah yang hadir menyimak ceramah dan tausiyah yang disampaikan oleh ustadz atau ulama.

Kesempatan tersebut dapat menjadi momen untuk membicarakan dan berbagi tentang kebajikan, serta mengajarkan pentingnya menjauhi perbuatan dosa dan kesalahan serta mengamalkan amal sholeh dalam hidup dan kehidupan sehari-hari.

Keempat, ajang untuk saling bermaaf-maafan antar sesama anggota masyarakat. Itulah yang menjadi magnet dalam kegiatan Balimau ini karena dengan saling melupakan kesalahan dan dendam sehingga hati menjadi ikhlas dan bulan puasa pun akan dilalui dengan penuh makna.

Kehidupan bermasyarakat di kampung juga penuh dengan lika-liku dan problematikannya, oleh karena itu maka dengan saling bermaaf-maafan setelah makan bersama dalam rangkaian acara Balimau ini dapat mengembalikan suasana kehidupan sosial di kampung menjadi harmonis dan damai sejahtera.

*****

Dengan demikian, meskipun dalam bentuk yang berbeda dengan tradisi Balimau yang sesuai asalnya, namun Balimau dalam bentuk acara makan bersama di ini tetap dapat memperkuat nilai-nilai positif yang terkandung dalam tradisi Balimau itu sendiri. 

Hal ini menunjukkan kepada masyarakat modern bahwa nilai-nilai tradisi dapat terus dijaga dan dilestarikan dalam bentuk yang lebih relevan dengan zaman dan kondisi sosial masyarakat saat ini.

Selamat menjalankan ibadah puasa untuk seluruh umat Islam yang menjalankan. Marhaban ya Ramadhan.

Salam berbagi dan menginspirasi.

== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun