Asesmen formatif ini terbagi menjadi asesmen awal (diagnostik) dan asesmen dalam proses.
Asesmen awal (diagnostik), merupakan asesmen di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Ditujukan untuk kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan di dalam rapor.Â
Asesmen diagnostik ini dapat berupa wawancara, lisan, tulisan, kuis observasi, tanya jawab, survei, angket dan lain-lain.Â
Asesmen diagnostik merupakan alternatif pendekatan pembelajaran sesuai tahap pencapaian peserta didik yang dapat dilakukan pendidik adalah sebagai berikut:
Alternatifnya adalah berdasarkan asesmen yang dilakukan di awal pembelajaran peserta didik di kelas yang sama dibagi menjadi dua atau lebih kelompok menurut capaian belajar mereka, dan keduanya diajarkan oleh guru yang sama atau disertai guru pendamping. Disamping itu, satuan pendidikan juga dapat menyelenggarakan program pelajaran tambahan untuk peserta didik yang belum siap untuk belajar sesuai dengan fase di kelasnya.
Alternatif lainnya yakni berdasarkan asesmen yang dilakukan di awal pembelajaran, pendidik mengajar seluruh peserta didik di kelasnya sesuai dengan hasil asesmen tersebut. Untuk sebagian kecil peserta didik yang belum siap, maka pendidik dapat melakukan pendampingan setelah jam pelajaran berakhir.
Sedangkan asesmen dalam proses adalah asesmen dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang pembelajaran atau di tengah kegiatan/langkah pembelajaran, serta dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran.
Asesmen formatif dirancang untuk tujuan pembelajaran dan bukan digunakan untuk menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan-keputusan penting lainnya. Asesmen formatif tidak beresiko tinggi (high stake). Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai bentuk atau teknik instrumen. Suatu asesmen dikategorikan sebagai asesmen formatif apabila bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar.
Contoh-contoh pelaksanaan asesmen formatif adalah pendidik memulai kegiatan tatap muka dengan memberikan pertanyaan berkaitan dengan konsep atau topik yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pendidik mengakhiri kegiatan pembelajaran di kelas dengan meminta peserta didik untuk menuliskan tiga hal tentang konsep yang baru mereka pelajari, dua hal yang ingin mereka pelajari lebih mendalam, dan satu hal yang mereka belum pahami.Â
Kegiatan percobaan dilanjutkan dengan diskusi terkait proses serta hasil percobaan tersebut, kemudian pendidik memberikan umpan balik terhadap pemahaman peserta didik. Pendidik memberikan pertanyaan tertulis kemudian setelah selesai menjawab pertanyaan, peserta didik memperoleh kunci jawabannya sebagai acuan melakukan penilaian diri, penilaian antar teman, pemberian umpan balik antar teman dan refleksi.Â