Rendang adalah masakan asli orang Minangkabau. Kuliner ini semakin mendunia. Reputasi rendang memang tak perlu diragukan lagi. Rendang menduduki peringkat pertama dalam World's 50 Delicious Food berdasarkan survei CNN Internasional pada 2011. Dalam survei tersebut, rendang mengalahkan berbagai makanan dari negara-negara lain, seperti sushi dari Jepang hingga peking duck dari China. Masakan khas Minang ini kembali masuk daftar 50 makanan terbaik di dunia versi CNN tahun 2021. [sumber]
Rendang memang sudah menjadi kuliner khas dari seluruh daerah di Sumatera Barat. Namun dengan adanya aksi nyata dari Kota Payakumbuh sebagai Kota Rendang maka hal itu menjadi sebuah langkah yang bijak dan sangat visioner.
Kota Payakumbuh akan mampu lebih menggeliat lagi dengan adanya Kampung Rendang. Disamping itu, Pemko Payakumbuh sudah mendatangkan teknologi retouch untuk menjaga kualitas rendang tetap stabil.
Branding Kota Rendang itu bukan wujud sikap inkonsistensi Pemko Payakumbuh karena slogan yang selalu berubah-ubah. Pasalnya, hal itu dilakukan sebagai upaya untuk makin menggaungkan rendang sebagai kuliner khas Minang, terutama dari Payakumbuh.
Sebagai tindak lanjut, kini semakin banyak pelaku UMKM di Payakumbuh dan Sumatera Barat yang berjaya karena adanya branding ini dan hasil produksinya sudah menembus pasar mancanegara.
Sudah berton-ton rendang yang telah dipasarkan ke berbagai negara seperti Jepang, AS, negara-negara di Eropa, dan seterusnya. Bahkan dalam sehari produksi rendang di Kampung Rendang Payakumbuh ini sudah mencapai ribuan kilogram.
Branding sebagai Kota Rendang yang telah diambil alih oleh Kota Payakumbuh ini tentu akan menghadirkan inklusivitas ekonomi bagi masyarakat.
Alhasil, tentu hal ini akan mendatangkan banyak peluang usaha bagi masyarakat setempat. Serta memberikan dampak kepada peningkatan produktivitas industri pertanian atau agroindustri terhadap kinerja ekonomi mikro dan makro, meningkatkan pendapatan rumah tangga, dan upaya menurunkan statistik dan level kemiskinan di Payakumbuh dan wilayah sekitarnya.
Tentu saja apabila berbicara ekspor berton-ton rendang pasar global, maka hal itu akan menggerakkan hilirisasi berbagai sektor usaha mulai dari proses produksi dan proses suplainya pasti membutuhkan banyak bahan baku pertanian dan peternakan seperti daging dan bumbu-bumbu.