Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"The City of Randang" Branding Payakumbuh Kota Rendang dan Geliat Ekonomi Daerah

14 Desember 2022   16:15 Diperbarui: 5 Februari 2023   19:50 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengintip “The City of Randang” di Galeri Sentra IKM Randang Payakumbuh lengkap dengan sejumlah produk unggulannya (via hantaran.co)

Diskursus mengenai logo maupun slogan kini jadi ramai dan sedang hangat diperbincangkan di media sosial karena perubahan "branding" yang diterapkan Pemprov DKI terhadap DKI Jakarta. 

Banyak warganet yang mengomentari isu yang terjadi di Pemprov DKI Jakarta mengenai branding logo dan slogan kota.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Jakarta di zaman Anies Baswedan dicanangkan menjadi Plus Jakarta artinya Jakarta sebagai kota kolaborasi. Hal tersebut relevan dengan kondisi Jakarta yang memang diapit oleh daerah lain di sekitarnya untuk maju.

Melansir Kompas.com, informasi yang disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik DKI Jakarta, Raides Aryanto bahwa logo Plus Jakarta masih bertahan sedangkan ada perubahan slogan menjadi "Sukses Jakarta untuk Indonesia".

Oke, baiklah. Mari kita dukung Jakarta untuk terus maju. 

Bagaimana dengan logo dan slogan yang ada di daerah anda masing-masing?

Karena isu tersebut, kini banyak warganet se-Indonesia mulai menyadari akan makna di balik logo dan slogan yang digunakan oleh daerahnya.

Berbicara tentang branding kota atau sebuah daerah melalui logo dan slogan ini tidak kali ini saja terjadi. Bahkan di daerah lain sudah beberapa kali melakukan rebranding. salah satunya kota Payakumbuh di Provinsi Sumatera Barat.

Apakah anda pernah mengunjungi kota Payakumbuh? 

Kota yang berhawa sejuk ini merupakan sebuah kota yang daerahnya dikelilingi oleh Kabupaten 50 Kota. Kedua daerah ini bagaikan telur mata sapi.

Kota Payakumbuh merupakan daerah yang menjadi penghubung antara Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Riau.

Payakumbuh menjadi kota persinggahan dan mengandalkan sektor jasa dan perdagangan serta menjadi transit hasil pertanian dan peternakan dari wilayah Kabupaten 50 Kota dan sekitarnya.

Gerbang masuk Kampung Rendang Payakumbuh (Dok. Nurul Hidayah via pasbana.com)
Gerbang masuk Kampung Rendang Payakumbuh (Dok. Nurul Hidayah via pasbana.com)

Kota Payakumbuh sudah berkembang menjadi salah satu daerah administrasi distrik sejak pemerintahan kolonial Hindia Belanda waktu itu. 

Semenjak campur tangan Belanda dalam Perang Padri, kawasan ini berkembang menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi.

Belanda sempat membangun jembatan batu untuk menghubungkan kawasan Aia Tabik dengan pusat kota sekarang. Jembatan itu sekarang dikenal juga dengan nama Jembatan Ratapan Ibu dan menjadi landmark kota untuk saat ini.

Sedangkan pada zaman pemerintahan Jepang, Payakumbuh menjadi pusat kedudukan pemerintah Luhak Limo Puluah (baca Kabupaten 50 Kota).

Menurut Wikipedia, dengan ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1970 maka Payakumbuh resmi menyandang status kotamadya pada 17 Desember 1970.

Payakumbuh sejak zaman sebelum kemerdekaan hingga detik ini telah menjadi pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan dan pendidikan.

Selain itu, Kota Payakumbuh juga terkenal dengan kuliner hingga kawasan wisatanya, tidak hanya bagi turis lokal, namun juga mancanegara.

Oleh sebab itu, Kota Payakumbuh termasuk salah satu kota di Sumatera Barat yang serius dalam membranding kotanya. Setidaknya hingga saat ini telah ada 4 slogan bagi kota yang dalam Bahasa Minang adalah Payokumbuah/Pikumbuah.

Menparekraf Sandiaga Uno saat mengunjungi Payakumbuh dalam rangkaian kegiatan di sentra IKM Rendang (Foto: Dok. Kemenparekraf)
Menparekraf Sandiaga Uno saat mengunjungi Payakumbuh dalam rangkaian kegiatan di sentra IKM Rendang (Foto: Dok. Kemenparekraf)

Seturut dengan itu, upaya branding kota diwujudkan dengan kehadiran logo dan slogan yang representatif. Kota Payakumbuh telah menyadari betul betapa pentingnya logo dan slogan tersebut dalam membangun citra daerah. 

Oleh karena itu, maka logo dan slogan Kota Payakumbuh diperbarui sesuai dengan perkembangan zaman.

Kota Payakumbuh hingga saat ini setidaknya memiliki empat slogan, mulai dari Kota Biru, Kota Batiah, Kota Galamai, dan terakhir Kota Rendang. Dari 4 slogan tersebut, 3 slogan terakhir diambil dari makanan khas kota Payakumbuh.

Sekilas tentang slogan Payakumbuh sebelumnya; Kota Biru, Kota Batiah dan Kota Galamai

Payakumbuh Kota Biru, slogan ini mengacu pada lambang daerahnya yang memang berlatar belakang warna biru.

Berdasarkan Perda Kota Payakumbuh No. 3 Tahun 2012 tentang lambang daerah Kota Payakumbuh, warna biru berarti: "Keramahtamahan --- air jernih ikannya jinak, mengandung harapan pada masa depan yang lebih baik".

Lalu, Payakumbuh Kota Galamai yang asal-usulnya dari gelamai yang merupakan makanan khas Payakumbuh. Menariknya, galamai ini menjadi hidangan dalam peresmian Kotamadya Payakumbuh oleh Mendagri Amir Machmud pada 17 Desember 1970. Galamai yang dihidangkan pada saat acara peresmian inilah yang kemungkinan menjadi awal Kota Payakumbuh mendapat julukan kota galamai.

Selanjutnya, Payakumbuh Kota Batiah. Slogan Kota Batiah ini muncul pertama kali pada era kepemimpinan Muchtiar Muchtar, saat menjabat Walikota Payakumbuh dari 1988-1993.

Batiah juga merupakan salah satu makanan khas atau kuliner yang berasal dari Kota Payakumbuh. Selain nama kuliner, Batiah adalah singkatan dari Bersih, Aman, Tertib, Indah, Asri, dan Harmonis (BATIAH).

Sentra Rendang Payakumbuh jadi destinasi kunjungan berbagai daerah untuk studi tiru (via basangek.com)
Sentra Rendang Payakumbuh jadi destinasi kunjungan berbagai daerah untuk studi tiru (via basangek.com)

Payakumbuh Kota Rendang, pengukuhan rendang yang mendunia di pasar global

Pada akhir 2018, Pemerintah Kota Payakumbuh yang ketika itu dijabat oleh Walikota Riza Falepi mempromosikan daerahnya sebagai Kota Rendang atau "The City of Randang" (randang adalah Bahasa Minangkabau).

Rendang adalah masakan asli orang Minangkabau. Kuliner ini semakin mendunia. Reputasi rendang memang tak perlu diragukan lagi. Rendang menduduki peringkat pertama dalam World's 50 Delicious Food berdasarkan survei CNN Internasional pada 2011. Dalam survei tersebut, rendang mengalahkan berbagai makanan dari negara-negara lain, seperti sushi dari Jepang hingga peking duck dari China. Masakan khas Minang ini kembali masuk daftar 50 makanan terbaik di dunia versi CNN tahun 2021. [sumber]

Rendang memang sudah menjadi kuliner khas dari seluruh daerah di Sumatera Barat. Namun dengan adanya aksi nyata dari Kota Payakumbuh sebagai Kota Rendang maka hal itu menjadi sebuah langkah yang bijak dan sangat visioner.

Kota Payakumbuh akan mampu lebih menggeliat lagi dengan adanya Kampung Rendang. Disamping itu, Pemko Payakumbuh sudah mendatangkan teknologi retouch untuk menjaga kualitas rendang tetap stabil.

Branding Kota Rendang itu bukan wujud sikap inkonsistensi Pemko Payakumbuh karena slogan yang selalu berubah-ubah. Pasalnya, hal itu dilakukan sebagai upaya untuk makin menggaungkan rendang sebagai kuliner khas Minang, terutama dari Payakumbuh.

Sebagai tindak lanjut, kini semakin banyak pelaku UMKM di Payakumbuh dan Sumatera Barat yang berjaya karena adanya branding ini dan hasil produksinya sudah menembus pasar mancanegara.

Bumbu Rendang ala Payakumbuh diekspor ke Jerman (via kerjha.com)
Bumbu Rendang ala Payakumbuh diekspor ke Jerman (via kerjha.com)

Sudah berton-ton rendang yang telah dipasarkan ke berbagai negara seperti Jepang, AS, negara-negara di Eropa, dan seterusnya. Bahkan dalam sehari produksi rendang di Kampung Rendang Payakumbuh ini sudah mencapai ribuan kilogram.

Branding sebagai Kota Rendang yang telah diambil alih oleh Kota Payakumbuh ini tentu akan menghadirkan inklusivitas ekonomi bagi masyarakat.

Alhasil, tentu hal ini akan mendatangkan banyak peluang usaha bagi masyarakat setempat. Serta memberikan dampak kepada peningkatan produktivitas industri pertanian atau agroindustri terhadap kinerja ekonomi mikro dan makro, meningkatkan pendapatan rumah tangga, dan upaya menurunkan statistik dan level kemiskinan di Payakumbuh dan wilayah sekitarnya.

Tentu saja apabila berbicara ekspor berton-ton rendang pasar global, maka hal itu akan menggerakkan hilirisasi berbagai sektor usaha mulai dari proses produksi dan proses suplainya pasti membutuhkan banyak bahan baku pertanian dan peternakan seperti daging dan bumbu-bumbu.

Rendang sebagai kuliner khas Minang. (SHUTTERSTOCK/Yunan Yusmanto via Kompas.com)
Rendang sebagai kuliner khas Minang. (SHUTTERSTOCK/Yunan Yusmanto via Kompas.com)

Jadi, branding slogan kota yang dibarengi dengan tindak lanjut aksi nyata yang telah dilakukan Kota Payakumbuh ini sungguh membawa misi yang luar biasa dalam menjawab tantangan dan tuntutan zaman yang berlaku di masa terkini. 

Branding logo dan slogan yang telah dilakukan Kota Payakumbuh tersebut hendaknya dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain. Dengan meminjam slogan yang tertera di halaman profil Akbar Pitopang terinspirasi Kompasiana, terkait branding logo dan slogan daerah: "bukan sensasi tapi esensi".

 Referensi: 1 2

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

Akbar Pitopang, Desember 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun