Baru-baru ini dunia maya kembali ramai oleh kehadiran sosok wanita paruh baya yang biasa dipanggil dengan Bunda Corla.
Sosok 'bunda' atau emak-emak yang satu ini cukup menuai banyak perhatian warganet sehingga tayangan live streaming yang dilakukannya dapat mengundang ratusan ribu viewers. Bahkan para artis bercentang biru pun ikut menonton serta memberi tantangan dan 'saweran' kepada Bunda Corla.
Bunda Corla cukup sering melakukan live streaming di akun Instagram maupun di TikTok. Kini banyak sekali cuplikan video live-nya yang berseliweran di lintas media sosial setelah di-upload ulang oleh penggemarnya.
Banyak orang yang mengaguminya bahkan ada pula yang yang mengirimkan sejumlah uang kepadanya.
Bunda Corla ini memiliki ciri khas gaya bicaranya yang blak-blakan, ceplas-ceplos, 'no basa-basi' serta gaya bahasa, logat dan intonasi yang banyak disukai oleh penggemar dan netizen.Â
Banyak hal yang disampaikan oleh Bunda Corla pada saat melakukan live streaming di akun media sosialnya.Â
Beberapa hal yang disampaikannya mungkin sangat relate dengan apa yang dialami oleh orang-orang yang menyaksikannya.Â
Oleh sebab itu, orang-orang tidak bosan untuk mengikuti kegiatannya selama live tersebut. Karena merasa terhibur bahkan Bunda Corla disebut-sebut sebagai salah satu pemersatu bangsa. Iyuhh.
Sebenarnya siapa sih sebenarnya Bunda Corla ini?
Penulis memang tidak mengenalnya secara personal. Namun menurut informasi yang beredar di internet dan media sosial dikatakan bahwa Bunda Corla ini menetap di Jerman. Dia pindah kesana ketika dulu Indonesia mengalami krisis moneter pada 1998 silam.
Penulis awalnya mengetahui tentang sosok seorang Bunda Corla dari sebuah video cuplikan live-nya yang diunggah oleh akun fanpage. Video tersebut telah diedit dan ditambahkan dengan kalimat yang memancing ketertarikan warganet untuk menyaksikannya.
Mungkin setiap orang punya keunikan dan ciri khasnya tersendiri baik itu dari cara dia bersikap maupun caranya berbicara, termasuk pula Bunda Corla ini.
Tetapi ada beberapa hal yang menurut kami kurang layak atau kurang pantas untuk ditonton atau bahkan untuk ditiru oleh orang-orang yang menyaksikannya.Â
Dari segi cara berbicara, Bunda Corla ini agak sering menyampaikan kalimat yang cenderung kasar, carut-marut, memaki hingga berteriak sambil mengucapkan nama salah satu binatang berkaki empat.Â
Sebenarnya apa yang dilakukan itu mungkin sah-sah saja menurut si Bunda Corla. Lha, wong dia berhak untuk berekspresi dengan cara seperti itu. Ya kan?
Akan tetapi cukup disayangkan juga karena dia melakukannya di media sosial yang memiliki jangkauan pemirsa yang begitu luas dan tak terbatas.Â
Penulis rasa yang menyaksikan live Bunda Corla ini tidak hanya orang dewasa saja melainkan juga disaksikan oleh para remaja atau anak muda.
Secara psikososial, apa yang disaksikan oleh para remaja dan anak muda dalam tayangan live Bunda Corla tersebut pasti sedikit banyaknya akan mempengaruhi pola kepribadian atau karakter mereka.
Bisa saja anak-anak muda akan meniru bagaimana cara Bunda Corla berbicara dan bersikap serta cara mengekspresikan perasaan dan segala hal yang terlintas dalam benaknya layaknya Bunda Corla.Â
Memang cukup disayangkan ketika Bunda Corla berhasil membawakan sosok dirinya yang apa adanya. Bunda Corla mungkin memilih untuk menjadi dirinya sendiri yang bebas berekspresi.Â
Namun, hanya saja dia tidak memperdulikan pengaruhnya terhadap generasi bangsa. Selain itu hal yang menjadi perhatian kita bersama adalah mengapa fenomena seperti ini gampang sekali untuk viral dan menjadi trending di media sosial.
Dimana kini media sosial tidak hanya ada orang dewasa, melainkan banyak sekali anak kecil saat ini yang sudah main hp dan bermedia sosial sejak dini.Â
Apakah orang Indonesia memang lebih tertarik dan menyukai konten-konten seperti itu. Terlepas dari sisi viralnya yang kebanyakan didukung oleh faktor warganet yang ikut-ikutan karena takut ketinggalan informasi terkait kepopuleran seseorang yang tengah viral.
Sebelum ada Bunda Corla viral, kita tahu bahwa sudah ada banyak emak-emak yang lebih duluan viral dan mendulang kesuksesan di jagat maya.
Belum lama ini juga ada sosok Kak Jill yang viral karena gaya berbicara dan tata riasnya yang unik serta nyentrik.
Gayanya juga mengundang perhatian warganet bahkan disebut-sebut sebagai sosok kesayangan warga TikTok karena keramahannya.
Itu semua awalnya tidak lepas dari strategi bisnis untuk bisa mempromosikan dan menawarkan usaha gorden yang kerap memanggil penonton live streaming-nya dengan sebutan 'sayang' dan 'adik Kak Jill'.
Penulis rasa cukup dua sosok 'emak-emak' yang baru-baru ini sudah viral yang penulis kisahkan dalam artikel ini. Walau sebenarnya banyak emak-emak yang juga viral dan masih populer hingga kini.
Entahlah, kini warganet lebih terhibur dengan hal-hal seperti itu. Yang terpenting adalah warganet dapat bersikap bijak dan dapat memilah sisi positif maupun sisi negatif terhadap segala fenomena viral yang terjadi.
Disini penulis sama sekali tidak menjustifikasi sosok emak-emak yang viral itu. Namun hanya mencoba memberikan tanggapan secara okjektif.
Semua orang memang berhak viral dan meraih kepopuleran walau secara bebas atau sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Karena tidak hanya anak muda yang bisa viral, emak-emak juga bisa. Bahkan sebelumnya juga ada sosok guru seni yang viral.
Sebenarnya hal penting yang menjadi perhatian penulis adalah tentang bagaimana dampak viralnya emak-emak ini terhadap karakter para generasi bangsa.
Emak-emak sebagai MotivatorÂ
Sosok wanita, perempuan, emak-emak atau yang kita sebut dengan panggilan baku yaitu ibu merupakan sosok sentral dalam pembentukan karakter bangsa.
Itulah sebabnya kita mengenal istilah 'ibu pertiwi', dan bukan 'bapak pertiwi'.
Karena begitu strategisnya peran dan sosok seorang ibu maka itu yang menjadi alasan kenapa para emak-emak ini lebih mudah untuk viral atau populer di tengah-tengah masyarakat.
Orang tentu lebih tertarik mengikuti live streaming emak-emak daripada mengikuti live streaming yang dilakukan oleh bapak-bapak bahkan sangat jarang sekali kita menjumpai bapak-bapak yang bisa viral.
Dalam hal memotivasi anak-anak termasuk orang lain, emak-emak merupakan sosok yang cukup handal untuk melakukan semua itu.
Emak-emak adalah sosk yang sering dijadikan sebagai tempat untuk sharing dan diskusi, saling berkolaborasi.Â
Banyak orang yang mudah termotivasi oleh seorang emak-emak, dan mampu meningkatkan animo generasi muda untuk itu.
Karena begitu strategisnya sosok seorang emak maka hendaklah para emak-emak ini bisa memposisikan dirinya sebaik mungkin.Â
Walaupun sudah viral, hendaknya emak-emak masih mementingkan martabat dan harga dirinya sebagai seorang wanita yang sudah ditakdirkan sebagai pembentuk karakter generasi.
Emak-emak sebagai Role Model
Emak-emak yang pada dasarnya merupakan sosok yang disiapkan dalam tugas mulianya memberikan pengetahuan sekaligus mendidik para generasi.Â
Kunci keberhasilan dalam mendidik salah satunya dengan cara mencontohkan atau menunjukkan keteladanan.
Ketika emak-emak memberikan teladan yang baik maka dengan sendirinya anak-anak dan bahkan semua pihak yang terlibat dapat pula meniru kebaikan tersebut.
Oleh sebab itu, emak-emak hendaknya senantiasa menjaga sikap dalam berekspresi karena sosok emak dimanapun berada akan selalu menjadi seorang role model.Â
Sejatinya, role model adalah sosok yang dapat memberikan dampak yang baik bagi orang lain dan sekitarnya.
Emak-emak tidak hanya membentuk aspek kognitif yang menjadi tujuan yang hendak dicapai. Namun juga ada aspek sosial dan spiritual dari seorang emak yang ikut diaplikasikan oleh generasi muda dalam kehidupan mereka.
Sebagai seorang emak-emak, wajib baginya untuk lebih memperlihatkan contoh yang baik kepada semua orang disekitarnya, dimanapun ia berada, dan dalam kondisi apapun.Â
Layaknya seorang guru yang "digugu dan ditiru", emak-emak sebagai garda terdepan dalam proses pembelajaran akan menjadikan tindak-tanduk dan perilaku seorang emak sedikit banyaknya pasti akan ditiru oleh generasi yang ada.
Bercermin dari viralnya sosok emak-emak belakang ini sebagaimana yang penulis singgung diatas.Â
Bagaimana seorang emak-emak membawakan sosok dirinya sebagai contoh yang baik ataupun secara tidak sadar membawakan diri kedalam hal yang buruk, tetap saja itu semua memiliki efek yang luar biasa kepada generasi.Â
Pertaruhan Marwah Emak-emak dalam Jejak Digital
Tak masalah jika seorang emak-emak memiliki kesempatan untuk viral karena pengalaman dan latar belakang yang berbeda-beda. Karena setiap emak-emak di dunia ini memiliki latar belakang atau kepribadian yang unik dan beragam.
Tapi, selayaknya yang dilakukan seorang emak adalah memperbaiki segala kekurangan dirinya agar dapat memberikan contoh yang baik kepada anak dan generasinya.Â
Sebenarnya, emak-emak ini wajib meninggalkan segala kebiasaan buruknya atau kebiasaan-kebiasaan yang dianggap buruk dimata masyarakat.
Emak-emak perlu menjaga kehormatan dan harga dirinya. Emak-emak harus tetap selalu menjaga 'rasa malu' dengan memposisikan diri sebaik mungkin dimata berbagai kalangan terutama anak dan generasi muda.
Karena jika hanya memperdulikan kepopuleran tanpa menjaga sikap, perbuatan dan perkataan di media sosial, maka hal itu hanya akan menjadi aib tersendiri di kemudian hari.
Pasalnya, apa yang telah tersebar di media sosial atau internet sudah menjadi sebuah jejak digital yang masih bisa diakses oleh siapapun dan kapanpun di masa depan.
Apakah emak-emak yang terobsesi untuk viral sudah memtimbangkan dampak kedepannya?Â
Bagaimana jika sesuatu yang mungkin menjadi sebuah aib malah diketahui oleh anak sendiri di kemudian hari.Â
Atau bahkan karena aksi emak di media sosial, anak lah menjadi korban bully dan olok-olokan dari teman-temannya.
Semoga tidak ada dampak buruk yang terjadi ulah emak karena ingin viral
Penulis sangat yakin dan percaya bahwa masih banyak diluar sana sosok emak yang mampu menjadi 'figur' yang baik dimata semua kalangan.Â
Sosok emak yang seperti Bunda Corla itu banyak. Begitu pula dengan sosok emak-emak yang mampu menampilkan versi terbaik dari dirinya juga masih terjaga hingga kini.
Masyarakat sebagai penikmat konten yang dihadirkan oleh emak-emak itu harus bisa bersikap profesional dengan menilai secara objektif, dan bukan secara subjektif.
Masyarakat hanya perlu mengoreksi kelakuan emak-emak yang viral jika ada bagian dari aksinya yang keliru. Agar emak-emak yang viral itu dapat berubah dan memperbaiki diri menjadi lebih terhormat karena sudah menjadi kodrat dan tugas mulianya sebagai seorang pembentuk akhlak generasi.
Kita semua menghormati dan meninggikan martabat semua sosok emak di muka bumi ini. Emak-emak sudah dikenal sejak dulu sebagai sosok yang hebat yang senantiasa beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan zaman.Â
Jika kemudian viral, hendaklah itu hanya wadah bagi emak-emak untuk menyebarkan nilai-nilai positif bagi anak, generasi muda dan masyarakat secara luas.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
Akbar Pitopang untuk Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H