Para santri harus dapat menjalankan moderasi beragama ini dengan bijaksana dan tetap mengedepankan syariat Islam secara kaffah.
Santri dan Inklusivitas Semangat Toleransi
Secara bebas tentang inklusivitas dapat dipahami sebagai sebuah pengakuan, penghargaan atas eksistensi serta penghormatan atas perbedaan.
Dengan prinsip inklusivitas tersebut maka akan menghasilkan semangat bertoleransi.
Indonesia merupakan negara berstatus megadiversity yaitu negara yang memiliki tingkat keragaman yang sangat luar biasa. Sehingga kita termasuk negara yang paling membutuhkan para santri sebagai penggerak untuk dapat mengelola keberagaman itu.
Kamaruddin Amin kepada republica.com menerangkan bahwa terdapat empat indikator moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal.
Salah satu dari empat indikator tersebut adalah toleransi yang harus diterjemahkan oleh santri dengan jelas dan mendalam.
Dalam ajaran Islam sendiri sudah sangat lekat dengan yang namanya perbedaan.Â
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13 dan Q.S Al-Kafirun. Silahkan nanti pembaca sekalian menyimak makna dari ayat atau surat tersebut.
Dalam Surah Al-Kafirun mengajarkan santri tentang toleran dalam arti menghargai perbedaan tanpa mencampuradukkan akidah.Â
Dalam menyikapi semangat perbedaan yang dimaksud maka  umat beragama diharuskan untuk saling menghargai satu sama lain. Dan para santri pun harus mampu untuk saling menghargai keyakinan yang berbeda dan tetap dapat hidup berdampingan dengan keyakinan masing-masing sebagai warga negara Indonesia.
Santri dengan Semangat Kearifan dan Kemanusiaan
Pada kesempatan ini, Menag Yaqut mengatakan bahwa kenyataan para santri yang selalu siap mengabdikan hidupnya untuk bangsa dan negara.Â