Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Moderasi Beragama, Inklusivitas Toleransi dan Kiprah Santri Indonesia

23 Oktober 2022   00:51 Diperbarui: 3 Januari 2023   19:44 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri dan jiwa merawat keutuhan NKRI (sumber Kompas Images)

Eksistensi santri di negeri ini tidak bisa kita pandang sebelah mata. karena memang basisnya sangat besar dan luar biasa.

Dunia pesantren (pe-santri-an) sudah berkembang di Indonesia sejak dahulu dan sudah banyak terlibat dalam dinamika kebhinekaan di negeri tercinta ini.

Oleh sebab itu peringatan hari santri ini bukan tanpa alasan.

Dilansir dari Kompas.com, dimana Harian Kompas telah memberitakan bahwa pada 22 Oktober 2015, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan, penetapan Hari Santri dilakukan tak lepas dari pentingnya peran santri sebagai bagian fundamental bangsa Indonesia. 

Perjuangan pahlawan mahasantri seperti KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy'ari dan Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto menciptakan organisasi Islam sungguh sangat berperan penting dalam perjalanan bangsa. 

Salah satu momen penting yang melandasi pencanangan Hari Santri adalah menyulut semangat patriotisme rakyat Indonesia. Oleh karena itulah maka keberadaan Hari Santri bukan merujuk pada kelompok atau pihak tertentu, melainkan pada seluruh umat Islam yang mengedepankan komitmen yang sama, yakni untuk menjaga keutuhan bangsa. 

Bapak Komaruddin juga menyatakan bahwa santri dapat menjadi pemersatu umat, baik secara psikologis, ideologis, maupun politis.

Hendaklah semangat kebangsaan yang telah ditabur benihnya oleh para tokoh tersebut sejatinya santri juga harus memiliki komitmen Islam dan komitmen kebangsaan yang harus digemburkan secara luar biasa. 

Peringatan Hari Santri pada tahun ini mengusung tema 'Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan'. 

Tema ini mencerminkan eksistensi santri yang telah dicatat dalam sejarah yang selalu ada dalam setiap fase perjalanan Indonesia. 

Ketika Indonesia memanggil, santri memang sudah seharusnya selalu siap sedia dan siap siaga.

Guna mencapai itu semua perlu perjuangan yang harus dirawat sedemikian rupa sedari awal demi menepis beratnya tantangan dunia modern dan kekinian yang saat ini terus menggempur semangat dan motivasi para santri.

Santri dan Moderasi Beragama

Salah satu yang ditekankan oleh pemerintah saat ini adalah tentang semangat moderasi beragama. semangat pemahaman moderasi beragama ini dikenalkan kepada semua kementerian dan lembaga pemerintah.

Beberapa minggu yang lalu ketika penulis mengikuti pelatihan tentang Impelemtasi Kurikulum Merdeka diselipkan pula materi tentang moderasi beragama ini.

Topik ini menjadi sebuah topik pembahasan yang sangat menarik terlihat dari tingginya antusiasme peserta yang menanyakan berbagai hal penting demi memahami istilah moderasi beragama ini beserta bagaimana penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat serta di lingkungan sekolah sebagai langkah dasar dalam upaya menanamkannya sejak dini.

Pemahaman tentang moderasi beragama ini berbeda dengan moderasi agama.

Sangat penting untuk dipahami bahwa agama tidak perlu dimoderasi karena agama itu sendiri telah mengajarkan prinsip moderasi, keadilan, dan keseimbangan.

Sedangkan moderasi beragama adalah cara beragama yang direfleksikan oleh semua pihak, bukan hanya umat Islam saja, tapi juga umat beragama lain.

Dalam menerapkan moderasi beragama ini para santri harus mampu menerjemahkan agama sebagai basis yang merefleksikan kesejukan, perdamaian, dan menghindari konflik. 

Pada pertemuan yang lalu, penulis juga menggaris bawahi bahwa sebagai sesama penganut sebuah agama, penganutnya tidak lagi disibukkan dengan mengurusi bagaimana cara seorang pengikut agama beribadah kepada Tuhannya.

Misalnya, dalam menjalankan perintah shalat pasti ada saja ditemukan beberapa perbedaan cara baik sikap maupun bacaan antara sesama penganut agama Islam sendiri. 

Jika kita tidak melakukan moderasi beragama ini maka tentu kita hanya sibuk melakukan konflik dan perdebatan mengenai perbedaan tersebut.

Para santri harus dapat menjalankan moderasi beragama ini dengan bijaksana dan tetap mengedepankan syariat Islam secara kaffah.

Santri dan Inklusivitas Semangat Toleransi

Secara bebas tentang inklusivitas dapat dipahami sebagai sebuah pengakuan, penghargaan atas eksistensi serta penghormatan atas perbedaan.

Dengan prinsip inklusivitas tersebut maka akan menghasilkan semangat bertoleransi.

Indonesia merupakan negara berstatus megadiversity yaitu negara yang memiliki tingkat keragaman yang sangat luar biasa. Sehingga kita termasuk negara yang paling membutuhkan para santri sebagai penggerak untuk dapat mengelola keberagaman itu.

Kamaruddin Amin kepada republica.com menerangkan bahwa terdapat empat indikator moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal.

Salah satu dari empat indikator tersebut adalah toleransi yang harus diterjemahkan oleh santri dengan jelas dan mendalam.

Dalam ajaran Islam sendiri sudah sangat lekat dengan yang namanya perbedaan. 

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13 dan Q.S Al-Kafirun. Silahkan nanti pembaca sekalian menyimak makna dari ayat atau surat tersebut.

Dalam Surah Al-Kafirun mengajarkan santri tentang toleran dalam arti menghargai perbedaan tanpa mencampuradukkan akidah. 

Dalam menyikapi semangat perbedaan yang dimaksud maka  umat beragama diharuskan untuk saling menghargai satu sama lain. Dan para santri pun harus mampu untuk saling menghargai keyakinan yang berbeda dan tetap dapat hidup berdampingan dengan keyakinan masing-masing sebagai warga negara Indonesia.

Santri dengan Semangat Kearifan dan Kemanusiaan

Pada kesempatan ini, Menag Yaqut mengatakan bahwa kenyataan para santri yang selalu siap mengabdikan hidupnya untuk bangsa dan negara. 

Begitu banyak problematika tantangan dan rintangan yang kini dihadapi oleh umat dan bangsa ini.

Baik dalam di dunia nyata maupun di jagat maya, banyak hal yang mengusik rasa kemanusiaan kita.

Keberadaan para santri harus dapat menjadi penengah dan ikut mencarikan solusi terhadap segala permasalahan yang dihadapi oleh bangsa dan negara.

Menjaga martabat kemanusiaan adalah merupakan salah satu tujuan diturunkannya agama Islam ke muka bumi sebagai rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta.

Posisi para santri sebagai insan yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama, sudah sepatutnya untuk harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

Akbar Pitopang untuk Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun