Ketika ia tidak mampu mengelola faktor eksternal yang akan mempengaruhi kesehatan jiwanya tersebut maka stimulasi yang datang dari luar akan berubah menjadi sebuah toksik.
Ketika berbagai toksik tersebut mengendap dalam diri maka pola sikap, kepribadian dan karakter seseorang tentu akan ikut terpengaruhi.
Kebiasaan untuk mengurusi kehidupan orang lain juga dapat menjadi bumerang yang akan mempengaruhi kesehatan jiwa bagi orang yang biasa melakukan hal tersebut.
Karena ketika ia melihat orang lain dapat berkembang dan maju menjadi lebih baik seperti memiliki barang baru, prestasinya meningkat, pekerjaannya makin cemerlang, dan sebagainya, malah akan membuat jiwanya merasa meronta-ronta karena merasa cemburu dan sakit hati.
Padahal orang lain yang mendapatkan kebaikan tersebut tetap dapat bersikap biasa saja dan tidak membicarakan pencapaiannya.
Maka lambat laun ketika kebiasaan mengurus kehidupan orang lain ini tidak dibendung maka akan mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang tersebut yang akan membuatnya merasa sangat menderita.
Hal yang perlu kita biasakan dalam hidup ini hendaknya untuk bersikap bodo amat terhadap apa yang telah dicapai oleh orang lain karena memang pencapaian tersebut tentu berasal dari usaha yang ia lakukan sendiri.Â
Tugas kita hanya memberikan selamat dan tidak memungkinkan kita bisa bertanya tips atau kiat yang dilakukannya agar kita juga bisa meraih hal yang sama. Dan bukan melakukan hal sebaliknya yakni bersikap curiga atau menyampaikan hal yang tidak baik kepada orang lain tentang pencapaian yang telah seseorang raih.
Sikap bodo amat terhadap segala bentuk apersepsi maupun apresiasi dari orang lain juga perlu ditanamkan dalam diri pribadi kita masing-masing.
Ketika kalau misalkan kita mendapat atau mengalami sesuatu hal yang menjadi bahan perhatian atau perbincangan di orang-orang lain, kita tidak perlu pusing memikirkan seperti apa tanggapan atau feedback dari orang lain. Janganlah kita menjadikan segala omongan orang lain menjadi sesuatu batu loncatan untuk kita bertindak.Â