Beberapa waktu yang lalu kami selaku orangtua telah menerapkan pola pengasuhan ala long distance parenting ini kepada anak pertama dan semata wayang.
Pola pengasuhan long distance parenting ini dalam beberapa hal cukup memberikan pengalaman berharga kepada anak seperti kemampuan untuk berkomunikasi dengan semakin kaya akan kosakata.
Semua itu tentu tergantung usia dan fase tumbuh kembang anak itu sendiri. Semakin besar usianya tentu pengalaman dan wawasan yang diterima anak akan semakin kaya dan variatif.
Berbeda dengan anak yang mungkin masih batita atau balita tentu pengalaman atau stimulus yang diperolehnya lebih kepada kemampuan mendasar seperti kemampuan berkomunikasi, belajar makan, toilet training, dan sebagainya.
Pola asuh secara long distance parenting yang telah kami lakukan ini tidaklah lama. Lantaran anak kami saat itu sedang mengalami demam dan penurunan berat badan secara drastis akibat nafsu makan yang berkurang.
Sehingga kemudian anak kami dengan diantar oleh bibinya dapat berkumpul lagi dengan kami orangtuanya.
Berikut ini ada beberapa catatan penting terkait keberlangsungan pola asuh long distance parenting ini yang harus kita cermati bersama.
1. Perhatikan intensitas pelaksanaan video call bukan kuantitas
Ketika sedang melakukan long distance parenting ini komunikasi antara orangtua dan anak memang sangat penting untuk dijaga kualitasnya. nah, perlu digarisbawahi adalah kualitas bukan kuantitas.Â
Jika video call ini terlalu sering dilakukan maka rasa kangen atau keinginan anak untuk bertemu dengan orangtuanya akan semakin besar.Â
Bukan berarti hal itu tidak baik, hanya saja video call yang dilakukan dengan kuantitas yang cukup sering misalkan dilakukan sekali dalam sehari dapat memperpendek masa berlangsungnya long distance parenting.