Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada 8 Cara Sukses Survive sebagai Pelajar Perantauan

26 Juni 2022   23:56 Diperbarui: 27 Juni 2022   14:12 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa di kampus| Dok UMN via Kompas.com

Gunanya agar mahasiswa tersebut dapat berkembang dan pola pikirannya terbuka akan perbedaan dan toleransi dari upaya saling mengenal satu sama lain.

Penulis merasakan betul betapa besarnya manfaat bergaul dengan rekan-rekan yang berasal dari wilayah Jogja sendiri. Mereka mahasiswa yang baik dan sangat welcome terhadap para pendatang seperti kami.

Mahasiswa rantau dengan berbagai latar belakang (sumber u-report via viva.co.id)
Mahasiswa rantau dengan berbagai latar belakang (sumber u-report via viva.co.id)

Tak jarang kami para perantau sering diajak ke rumahnya ketika sedang musim durian dan salak pondoh. Itu contoh sederhananya saja bukti kebaikan dan manfaat yang akan diperoleh oleh mahasiswa rantau.

Dulu, penulis pernah memutuskan tidak pulang kampung ketika Hari Raya Idul Fitri. 

Tanpa kami minta, rekan kami yang asli Jogja yang beralamat di Cangkringan malah menawari penulis untuk merayakan lebaran bersama keluarganya. 

Betapa syahdu momen berharga seperti itu. Yakinlah, itu adalah keberkahan karena menjalin silaturahmi dengan warga lokal.

6. Masak makanan sendiri? kenapa tidak!

Semasa kuliah, penulis sering memasak makanan sendiri. Karena kebetulan penulis termasuk salah satu mahasiswa yang memiliki keterampilan memasak yang dipelajari secara otodidak. 

Keterampilan memasak pada masyarakat Minang, khususnya kaum lelaki bukanlah sesuatu hal yang aneh karena merupakan sebuah bagian dari budaya.

Dengan memasak makanan sendiri, selain makanan tersebut dijamin kebersihan, higienis dan kualitas rasanya. Tentu pula alasannya adalah biar lebih irit dan hidup hemat.

Ya, maklum saja bahwa dengan latar belakang sebagai mahasiswa yang bukan berasal dari keluarga kaya raya, penulis harus menerima keadaan dan memanfaatkan dana yang ada dengan semaksimal mungkin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun