Mungkin yang akan kita bahas yang pertama sekali adalah tentang tradisi yang melekat pada budaya bertani yang telah diamalkan oleh para nenek moyang kita sedari dahulu kala.
Pada proses bertani di negeri ini tidak bisa dilepaskan atau dihilangkan dari tradisi gotong royong yang telah menjadi kearifan lokal yang diamalkan oleh petani hingga saat ini.
Warisan kearifan lokal yang menjelma dalam semangat kebersamaan mengurusi proses aktualisasi pertanian dimulai sejak masa penyemaian bibit hingga proses panen.
Misalkan dalam dunia pertanian padi yang merupakan sumber makanan pokok yang menjadi bahan konsumsi utama oleh hampir sebagian besar warga.
Penduduk lokal sesama petani akan saling membantu dalam proses tradisi bertani. Antara satu petani dengan petani lainnya menjadi support system untuk terus berkolaborasi dan berkontribusi memberikan apa yang yang dibutuhkan oleh rekan petani lain.
Faktor senasib seperjuangan membuat hubungan dan relasi yang baik antar sesama petani dalam upaya menyukseskan proses bertani agar membuahkan hasil yang bermakna dan penuh arti.
Maka kita akan melihat bahwa lahan milik salah seorang petani akan ikut diolah dan dipengaruhi campur tangan petani lain dalam pengertian campur tangan yang positif guna keseimbangan proses bertani.
Dari mulai menyiapkan lahan produktif hingga dilakukannya aktifitas bercocok tanam atau menanam padi di sawah berlumpur. Lalu menyemai dan memupuk padi di sawah. Hingga akhirnya padi siap untuk dipanen.
Secara keseluruhan dari aktifitas pertanian padi tersebut tidak dapat dihilangkan dari tradisi kebersamaan dan semangat saling membantu diantara sesama petani.
Sebuah tradisi dalam budaya bertani yang menyimpan sisi humanis dan pesan moral untuk diwariskan kepada generasi secara turun temurun.Â
Tradisi dan nilai yang tertancap dalam budaya bertani yang melekat di negeri ini akan dapat terus menjadi inspirasi yang tak lekang oleh berbagai pengaruh buruk dari budaya instan nan semu yang telah menginvasi hingga hari ini.